☁️18☁️

762 64 0
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.

Kembali Wiradarma memanggil Arthur dan Phillias serta anak-anaknya untuk berkumpul di ruang diskusi mansion Anggawirya. Terkecuali Ival yang menolak bergabung dengan alasan menjaga Alanka dirumah sakit dan disetujui begitu saja. Ival sendiri juga tidak tau ada apa dengan dirinya di ruang diskusi beberapa hari lalu, kenapa dia bisa berbicara seakan-akan ia membela Prakasa meski dirinya tak tau apakah yang ia lakukan adalah tindakan benar.

Ival menerima makanan yang ia pesan melalui delivery, sejak kejadian yang menimpanya kemarin Alanka sama sekali tidak bisa ditinggal dia sangat ketakutan bahkan tadi malam mendekati pukul 4 subuh ia baru bisa tertidur dan masih pulas hingga detik ini, Ival tidak ingin mengusik tidur Alanka biarkan anak itu beristirahat terlebih dahulu dan dirinya juga bisa makan dengan tenang.

" Eungh "

Gerakan Ival yang memindahkan mi ayam ke mangkuk terhenti mendengar lenguh Alanka, bergegas ia hampiri menemukan Alanka meringis sambil memegang area selangkangannya.

" Kenapa Dek? " Tanyanya risau, Alanka menggeleng dari wajahnya tampak ekspresi tengah menahan sesuatu.

" Mau pipis "

Ival terhenyak, bernafas lega padahal dia pikir tadi Alanka kenapa-kenapa.

" Ya langsung pipis aja, Adek 'kan udah pake kateter"

Alanka menggeleng laju, tak peduli kalau ia merasa pening tiba-tiba. Mana bisa dia mengeluarkan hasrat buang airnya hanya dengan berbaring seperti ini dan lagipula memakai kateter itu sama sekali tidak nyaman.

" Gak bisa, Abang bantu "

Ival memijit perut bagian bawah Alanka guna memudahkannya untuk mengeluarkan air seni yang tertampung di kandung kemih. Tidak lama kemudian terdengar hembusan nafas lega karena ia telah menuntaskan hasratnya.

" Tidurnya mau disambung lagi atau mau makan? Dari semalam Adek belum makan Lo kalau cuma minum susu bisa-bisa perutnya kembung "

Alanka menggumam, senyum Ival terbit hingga menghilangkan matanya. Dia tarik kursi dan mengaduk bubur yang juga tadi ia pesan delivery dengan senang hati menyuapi sang adik dan untungnya si kecil tidak menolak.

Tapi hanya sampai empat suapan, Alanka sudah tidak mampu menelan lagi. Ival tidak akan memaksa, ia tutup lagi wadah bubur tersebut dan diletakkan diatas nakas setidaknya pencernaan Alanka bisa bekerja daripada hanya dijejali susu.

" Dengar-dengar nih ya bakal ada pasar malam weekend nanti terus ada badut Pororo sama tokoh kartun lain "

" Pororo? "

Ival mengangguk, tadi saat scroll Insta tidak sengaja dirinya menemukan iklan pasar malam yang akan diadakan didekat balai kota. Terbesit ide untuk mengajak si bungsu kesana kebetulan mereka juga menyediakan berbagai wahana permainan dan menjual beragam kuliner, Rayyan si tukang makan itu pasti senang diajak kesana.

" Alan mau kesana, Abang ajak-ajak "

" Pasti diajak tapi Adek harus makan yang banyak biar cepat sembuh "

" Alan mau sembuh, Abang mau makan lagi. Aaaa~"
Alanka membuka mulutnya bersiap menerima satu suapan tapi Ival malah tidak melakukan apa-apa.

" Abang! "

" Ah eh oh iya, mau buburnya lagi ya? Sebentar " Ival meletakkan wadah bubur di atas overbed table membuka tutupnya dan mengambil sendok steril.

" Mau makan sendiri " Alanka merebut sendok dari tangan Ival, si pemilik smile eyes terkekeh melihat Alanka menyantap buburnya sampai belepotan, benarkah yang dihadapannya ini adalah remaja berusia 14 tahun bukan balita 14 bulan.

Kenapa yang dilakukannya selalu membuat orang gemas?!

" Abang minum " pintanya, Ival segera kembali dengan sippy cup berisi air putih.

" Abang "

Ival balas menggumam sembari menyalakan televisi mencari channel dan berhenti di tayangan Spongebob Squarepants.

" Ini air apa? " Tanya Alanka mengangkat botol miliknya.

" Air putih "

" Tapi kok bening? "

Mana Ival tau, bukan dia yang menamakan demikian. Benar juga, kenapa disebut air putih padahal jelas warnanya bening.

" Habisin buburnya biar sembuh "

Alanka mengangguk kembali menyantap buburnya dengan berantakan. Ival hanya bisa menghela nafas lihat saja wajah bayi itu yang sudah ternoda hingga ke piyama birunya.

Pintu terbuka menampilkan Theo dengan cotton candy Minion di tangan kanannya. Pemuda pemilik senyum kotak mendekat ke arah hospital bed menghalangi pandangan Alanka dengan permen kapas raksasa ditangannya.

" Abang~ ikh itu apa? " Protes Alanka gara-gara benda besar itu dia jadi kehilangan beberapa sikon adegan terbaik Spongebob tapi begitu matanya beralih pada apa yang menjadi halang pandangnya, matanya berbinar ingin menggapai cotton candy tapi dengan jahilnya Theo malah mundur selangkah.

" Mau? "

Direspon anggukan semangat, meneguk Saliva tergiur oleh makanan manis yang baru pertama kali ia lihat.

" Yah kalau Abang tau Adek pengen juga, Abang beli dua tadi " Theo sengaja menunjukkan raut muram, ingin lihat sejauh mana si bungsu menginginkan di permen kapas ini.

Alanka merengek gelisah, bibir melengkung dan mata berkaca-kaca dalam hitungan ketiga siap menumpahkan air terjunnya.

Satu

Dua

Ti ........

" Hobi banget sih jahilin Adek, kalau gak mau bagi gak usah dipamerin ke dia juga kali " komentar Ival yang baru selesai dari kegiatan mencuci bekas makan dia dan Alanka tadi.

" Iya iya jangan nangis dong. Ini memang buat Adek kok, permen manis untuk anak yang manis "

Senyum gusi yang selalu terlihat menggemaskan itu muncul juga, matanya membulat begitu rasa manis cotton candy menyapa indera perasa. Momen Alanka pertama kali mencoba cotton candy diabadikan Theo dalam kamera barunya.

Alanka benar-benar menikmati camilan barunya sudah tak peduli lagi dengan Minion yang tadi masih terlihat lucu kini sudah tak berbentuk.

" Jadi bahasan tadi gimana? Kita gak bisa diam aja bang. Ini menyangkut harga diri Adek dan citra keluarga kita juga "

Theo tersenyum kecil, pasalnya adiknya yang satu ini langka sekali menyebutnya Abang, bisa dibilang Ival itu gengsi karena menurutnya dia yang lebih dewasa.

" Gak gampang buat cari pelaku sebenarnya karena dia pintar banget sembunyikan identitas tapi kita gak boleh nyerah gitu aja. Kita akan cari sampai lubang semut sekalian. Gue gak akan biarin saudara gue dapat kejadian sehina itu lagi "

" Prakasa? " Tebak Ival. Hanya satu nama itu yang terlintas mengingat Prakasa sudah beberapa kali melakukan tindakan buruk kepada Alanka.

Theo menggeleng " Jelas bukan karena disaat yang bersamaan kata Bang Dev. Si Prakasa ada di resto dan dia gak kemana-mana karena Bang Dev benar-benar ngawasin dia secara ketat "

" Tapi bisa aja dia nyuruh orang lain " sambungnya

"Entahlah ini rumit " Theo menyandarkan punggungnya, selama ini keluarga mereka baik-baik saja tanpa satupun yang mengusik tapi setelah kedatangan Prakasa mengapa semuanya menjadi sulit.

SEE U NEXT CHAPTER

----------
Fiksi ini murni dari pemikiran saya tanpa meniru karya siapapun!

Jika ada kesamaan maka itu adalah kesalahan yang tidak disengaja.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang