✨10✨

1.4K 119 3
                                    

Sebelum/sesudah baca, ada baiknya di Vote dulu yekan!
.
.
Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Alanka tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, akhirnya setelah melewati banyak kendala dan sudah seminggu dirinya keluar dari rumah sakit. Kini ia diperbolehkan kembali ke sekolah, dengan penuh semangat sedari tadi tubuh mungil berbalut seragam sekolah lengkap beserta tas berwarna kuning menyampir dipunggungnya berputar-putar didepan cermin sesekali melompat girang sambil bertepuk tangan hingga tidak menyadari akan kehadiran Rayyan yang sedari tadi menyender di kusen pintu sambil bersedekap dada melihat kelakuan si bungsu.

" Adek ngapain pake seragam? "

Alanka menoleh menatap Rayyan dari atas sampai bawah dan Abang satu sekolahnya itu tidak mengenakan seragam sama sekali

" Abang Ray kok gak siap-siap, Abang mau bolos ya? Alan aduin ke Papa Lo " Tuduhnya tidak berdasar, Rayyan justru tergelak.

" Dek hari ini Rabu dan seragam sekolah cuma dipake buat Senin Selasa "

1 detik
7 detik
30 detik
45 detik
Masih nge-blank

Rayyan membongkar lemari dan menemukan sweater garis-garis hijau, membantu melepas jas lalu dasi dan kemeja si kecil menyisakan kaos singlet bergambar bola basket ditengah-tengah lalu memakaikan sweater tadi.

Alanka terdiam, tidak sadar kalau kini pakaiannya sudah berganti, ia baru tersadar ketika Rayyan menyerahkan celana Levis kepadanya
" Pake sendiri atau mau Abang pakein? "

" Sendiri. Nanti Abang liat lagi asetnya Alan "

" Lah kan sama-sama cowok "

Alanka menggeleng, tau kok mereka sama-sama punya tapi ya tetap aja malu

" Atau jangan-jangan Adek udah tumbuh bulunya ya? " Bisik Rayyan disertai senyum devil yang seketika membuat wajah yang paling muda memerah sempurna, ia dorong tubuh kelinci bongsor itu keluar dari kamarnya dan menguncinya dalam.

" Lebat gak dek? "

"ABAAAAANG!!!"

Bara menatap heran pada Rayyan yang sedari tadi terkikik disampingnya dan satu Bocil yang melipat tangan didada dengan wajah tertekuk;sebal. Aneh saja karena biasanya mereka yang paling berisik dimeja makan disumpal segenggam nasi baru bisa diam.

" Bang tau gak? Alan udah... "

"Aaaaaaaa~ " Alanka hampir melemparkan sendok, matanya berkaca dan bibir melengkung kebawah.

" Hei gak boleh gitu " Ini Devin yang menahan tangan si mungil agar sendok tidak melayang.

Rayyan tertawa dan hal ini tentu mengundang rasa penasaran Theo yang duduk diseberangnya tepatnya disebelah Alanka. Ia bangkit dari duduknya menghampiri Rayyan dan ketika Rayyan selesai membisikkan sesuatu, matanya melebar.

" Adek beneran? "

Seekor lobster tidak bersalah melayang mengenai Theo, bukannya marah pemuda itu jelas ikut-ikutan gila seperti Rayyan.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang