🐾47🐾

650 59 3
                                    

Tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata
.
.
Tokoh, peristiwa, dan tempat dalam cerita ini
Bersifat fiktif
.
.
.
.
.

Alanka mengusak matanya membiasakan cahaya yang berlomba masuk ke retina. Tersadar sepenuhnya menyadari dimana ia berada, bukan kamar salah satu abangnya, bukan pula kamar sang Papa apalagi kamarnya sendiri.

Apakah dia diculik tapi anehnya kenapa dia tidak diikat seperti di film-film, melihat matras tipis yang jadi tempatnya tertidur tadi. Beringsut mundur semakin merapatkan diri di sudut tembok melihat alat-alat yang tampak mengerikan dimata. Alanka gelisah bukan main, tangisnya pecah.

Ia merangkak menuju pintu, berteriak sembari menggedor pintu yang terkunci dari luar. Berharap siapapun bisa mengeluarkannya dari tempat mengerikan ini.

Tapi sampai dirinya lelah dan suaranya nyaris habis, tidak ada satupun yang datang. Alanka meraba kantong jeans-nya dan secercah harapan hadir ketika ia menemukan ponselnya.

Jemarinya bergerak cepat mencari kontak yang bisa dihubungi, kontak pertama yang ia temukan adalah Devin, kegelisahan semakin mendera ketika suara operator yang menyahut.

Alanka tidak mau menyerah, kontak kedua yang ia temukan adalah Fajar, tapi sayangnya Fajar menonaktifkan ponselnya.

Saat ingin menghubungi Ival, ponselnya berbunyi bip sebelum benda pipih itu mati total. Alanka berusaha untuk menyalakan ponselnya kembali tapi yang tertera hanyalah logo batterai kosong berwarna merah berkedip-kedip disertai bunyi bip setelah itu kembali gelap.

Terdengar bunyi kunci diputar, Alanka memandang waspada. Perlahan pintu itu mulai terbuka, tubuh kecil bergetar ketakutan ketika sosok bertopeng itu mendekatinya dan kini sudah berlutut dihadapannya.

" Si-siapa? Jangan jahat-jahat Alan "

Dibalik topeng yang melindungi wajahnya, Bigboss tersenyum . Melihat ekspresi ketakutan yang menjadi hiburan tersendiri baginya.

" Om kenapa pakai topeng, mukanya jelek ya? " Tanya Alanka polos yang mana menyulut emosi Bigboss, senyumnya luntur seketika dan tanpa aba-aba sebuah tamparan keras mendarat di pipi sebelah kiri.

Tamparan itu keras sekali dan masih terasa hingga membuat tangis Alanka pecah. Bigboss kalang kabut dan membekap mulut Alanka agar suara tangisannya yang nyaring itu tidak terdengar sampai luar.

" Akh " ia meringis, oh rupanya Alanka menggigit tangannya.

" Kau! " Mata Bigboss berkilat marah, dia lalu melakban mulut Alanka agar diam.

" Hmpppp hmppppp hmppp " Alanka memberontak, bukan cuma mulutnya yang dibekap tapi laki-laki bertopeng dan menakutkan itu juga mengikat kedua tangannya diatas kepala,

Bigboss menggerakkan sebuah katrol dan itu membuat Alanka yang mulanya duduk perlahan naik hingga menggantung, kakinya bergerak gelisah berusaha mencapai lantai. Ia berjalan mendekat dan melepas kasar lakban yang menutupi mulut korbannya.

" Lepasiiiin Alan, Alan minta maaf " Alanka benar-benar ketakutan, tapi Bigboss tak menggubrisnya melainkan membuka satu persatu kancing kemeja Alanka hingga bagian atas putih mulus itu tak lagi terhalang

Bigboss melepas ikat pinggangnya lalu melipat benda itu menjadi dua, mengayunkannya dan menghantam punggung telanjang Alanka.

Tangisan Alanka kembali pecah, merasakan sakit yang teramat pedih mendera punggungnya yang dicambuk tanpa henti menimbulkan bercak kemerahan yang mengalirkan darah.

Tapi Bigboss tak mau peduli, semakin kencang tangisan Alanka semakin kencang pula cambukannya.

Tidak puas hanya mencambuk, Bigboss mengeluarkan cutter dari sakunya dan tanpa rasa kasihan menyayat sembarangan mulai dari lengan bagian atas, dan paling banyak di bagian kaki karena tadi Alanka sempat menendang privasi Bigboss dan itu rasanya ngilu luar biasa.

--------------

Kabar hilangnya putra bungsu orang terkaya ke 19 di Asia ini dengan cepat menyebar. Laman berita online sampai tagar #Alankamissing menjadi trending teratas. Atas hilangnya Alanka, Wiradarma rela menyediakan sejumlah uang ratusan juta bagi siapapun yang memiliki informasi sekecil apapun mengenai keberadaan sang putra.

Sejak berita itu naik dan mengundang kehebohan di jagat dunia Maya. Tak dipungkiri banyaknya informasi-informasi palsu dari oknum yang tergiur dengan uang. Hal inilah yang semakin menyulitkan pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus penculikan si bungsu Anggawirya.

Geram dengan aksi tipu menipu, Bara menerbitkan sebuah pengumuman bahwa siapapun yang memberikan informasi palsu lagi terkesan memberatkan akan dijatuhi hukuman bui disertai denda maksimal dan peringatan ini ampuh.

" Coba kalian lihat video ini. Ini rekaman amatir dari ponsel seseorang yang melihat penculikan Alanka "
Lapor Zero, memang kepadanyalah setiap informasi itu dikirimkan.

Ia menekan tombol play dan video berdurasi 1 menit 48 detik itu menunjukkan Alanka yang duduk tenang dikursi roda lalu dua pria yang terlihat mencurigakan mendekatinya dari belakang dan langsung membekap mulut Alanka menggunakan sapu tangan yang persis ditemukan oleh Theo. Pria yang tidak menggunakan topeng mengangkat Alanka yang sudah tak sadarkan diri, wajahnya tak terlalu jelas jadi sulit dikenali sementara pria satu lagi yang memakai topeng mendorong kursi roda Alanka dan melemparkannya begitu saja ke sebuah danau.

" Jadi yang kulihat itu kursi roda Adek dong " kata Ival menepuk keningnya, betapa cerobohnya ia mengira kalau benda yang ia lihat waktu itu hanyalah sebuah sampah atau benda rusak yang sudah dibuang.

" Mencemari lingkungan saja " gerutu Fajar, si cinta kebersihan ini paling tidak suka ada yang tidak menjaga kelestarian alam. Melihat bungkus kecil makanan saja yang dibuang sembarangan dia sudah mengomel macam ibu-ibu.

" Papa mau kemana? "

" Mengambil kursi roda Alan, Fajar kamu ikut "

Fajar segera beranjak mengenakan jaketnya dan mengiringi langkah Wiradarma. Sementara yang lainnya tetap tinggal sembari memantau dan menunggu kabar selanjutnya.

-----------

Tiga jam kemudian baru Alanka tersadar dari pingsannya, ia merintih karena pedih akibat cambukan dan banyaknya luka sayatan itu masih terasa ditambah lagi dia juga lapar sekarang. Tubuh hampir telanjang yang hanya ditutupi selimut tipis meringkuk bagai bayi sebab dingin yang menusuk tulang. Manik yang biasa berbinar cerah kini berpendar sayu, Alanka hanya berharap dia cepat ditemukan setelah menyadari bahwa ponselnya tidak lagi tergeletak dilantai yang sama alias hilang.

Ia tersentak ketika pintu terbuka, memaksakan diri untuk duduk dan meringis kecil saat punggung terluka bersentuhan langsung dengan tembok. Bola mata sedikit membesar begitu ia mengenali siapa yang masuk, itu bukan pria bertopeng menakutkan tadi melainkan seseorang yang pernah dia kenal.

Orang yang dahulu pernah mendorongnya dengan sengaja dan membuat dia amnesia

" Om Prakasa, to--long bebasin.... Alan.... dari sini, Alan gak suka, Alan mau sama Papa dan Abang " Suaranya sudah terdengar lemah, padahal menurut Bigboss yang dia berikan tadi baru siksaan halus. Prakasa melirik Alanka kilas dengan pandangan sulit diartikan, ada rasa iba tapi memaksakan untuk tak peduli setelah Bigboss mencuci otaknya dan mengatakan bahwa kematian Ibunya dahulu berhubungan langsung dengan rumah sakit yang dikelola Wiradarma.

" Makan! Bigboss gak mau kamu mati cepat " Ucapnya ketus

" Alan mau pulang "

Prakasa menghela nafas berat, menekuk pipi Alanka dan menjejalkan gumpalan nasi ke mulut yang terbuka paksa, Alanka tersedak.

" Hiks hiks, Papa.... " Alanka membenamkan wajahnya diantara lutut. Perlahan ia mengangkat wajahnya meraih kotak makan yang ditinggalkan, meski rasanya hambar hanya karena nasi putih tanpa tambahan lauk atau sayur apapun, ia tetap paksakan diri untuk memasukkan sedikit-sedikit nasi putih kedalam mulutnya demi mengganjal perut daripada kelaparan, setidaknya dia punya tenaga sampai nanti ada yang menemukannya.


See U next Chapter

----------

Dibaca aja udah senang apalagi Vote dan Komen juga.

ALANKA|2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang