06. Gegana

129 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Seberapa keras pun diriku untuk bisa berhenti mencintaimu, pada akhirnya aku tetap tidak bisa."

-Alatera Andhira-

....

Tera membuang nafas kasar. Makanan yang berada di hadapannya hanya ia aduk-aduk tak menentu, tanpa berniat memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Sayang," panggil Amanda saat melihat putrinya hanya melamun.

Tera menengadah menatap Amanda dengan bingung. "Kenapa Bunda? "

"Seharusnya Bunda yang nanya, kamu kenapa?"

Tera terdiam sejenak, lalu tersenyum yang terkesan paksa. "Gak apa-apa kok! "

"Masa sih? Terus kenapa ngelamun tadi? Ngelamunin apa?"

"Gak ada Bunda," sanggah Tera.

Amanda menatap penuh selidik ke arah Tera. "Yakin?"

"Iya Bunda!"

Amanda menghela nafas pelan. "Ya udah di makan tuh, jangan aduk-aduk gak jelas."

"Siap Bunda!"

Tera mulai menyuapkan makanan yang tadi dia aduk ke mulutnya walaupun tak berselera. Pikirannya saat ini hanya berfokus pada Alfa dan kejadian kemarin.

"Eh iya Bunda, Ayah mana?" tanya Tera saat sadar bahwa ayahnya tak ada.

"Ayah udah berangkat ke kantor tadi," jawab Amanda.

"Ah, gitu ya! "

***

Tera menatap ragu Chika yang begitu sibuk dengan ponselnya dan sesekali meminum minuman miliknya. Helaan nafas keluar dari bibir cewek itu.

"Chik, " panggil Tera.

"Hmm. "

"Lo tau gak?"

Chika berdecak kesal. "Kagaklah, kan lo belum ngasih tau gue. Gimana sih?"

Tera menghela nafas. "Gue udah nembak dia Chika, tapi ..." Tera terdiam.

Cewek dengan rambut yabg dikepang sebelah itu tersenyum miring. "Gue tebak, lo ditolak kan?"

Tera kembali menghela nafas. Ia mengangguk pelan. "Iya!"

"Tuh kan gue bener, lo pasti ditolak karena dia gak suka ama lo. Jadi mending lo move on deh sekarang," tutur Chika.

Tera menunduk menatap minumannya dengan lesu. Ia mengaduk-aduk tak menentu minumannya itu. "Lo gak mau tau alasan dia nolak gue?"

"Emang alasan dia apaan?"

"Ternyata cowok yang gue sukai itu ..." Tera menggantung ucapannya, ia merasa ragu memberitahu Chika. Karena fakta dari Alfa bahkan masih tidak bisa ia percayai. Alfa yang sempurna dimatanya tidak mungkin gay, itu yang ia yakini. Dan kalau pun itu benar adanya, rasa suka dan cinta itu masih ada. Ia tak akan bisa menghentikan perasaannya pada Alfa.

"Kenapa ama cowok yang lo sukai? " tanya Chika karena Tera hanya terdiam.

Tera mengigit bibir bawahnya gugup. Ia menengadah menatap Chika. "Dia ternyata ... Gay! " Tera berkata dengan lirih.

Chika yang tengah minum langsung tersedak minumannya saat mendengar penuturan Tera. "Apa? " Cewek itu dengan cepat menoleh ke arah Tera dengan ekspresi tak percaya. "Lo suka sama cowok gay? Gue gak salah denger kan? "

Tera menghela nafas kasar. "Lo gak salah denger! "

Chika memijat kecil pangkal hidungnya, ia masih tak percaya dengan perkataan Tera. "Gak mungkin! "

"Lo gak percaya apalagi gue?! "

Chika menggigit bibir bawahnya seraya berpikir. Cewek itu menoleh kembali ke arah Tera. "Dari mana lo tau kalo dia gay? "

"Dia sendiri yang bilang," ucap Tera dengan lesu.

"Dan lo percaya gitu aja? "

"Gue percaya, " balas Tera dengan nada lesu.

"Lo bego ya? Itu mungkin cuma alibi dia doang supaya lo gak deket ama dia. "

"Awalnya gue juga mikir gitu Chik, tapi saat gue liat dia sama cowok yang entah siapa gue ngerasa kecewa dan sedih."

"Mungkin aja saudaranya, " ucap Chika asal.

Tera tersenyum miris. "Tapi kenyataannya dia gak punya saudara. Dia anak tunggal. "

"Tapi meski begitu, gue tetep cinta ama dia, " lanjutnya.

"Mungkin dia sepupunya kali, kayak kita. Kan bisa jadi?!"

"Iya juga ya?" Tera menghela nafas. "Tapi tetep aja, gue ngerasa kecewa."

"Alasan lo suka sama dia apa sih? Gue ngerasa kagak ada gunanya tau gak!?"

"Gue gak punya alasan buat gak jatuh cinta ama dia Chik," Tera berkata seraya menatap foto Alfa yang berada di ponselnya itu.

"Kenapa? Bukannya jatuh cinta itu butuh alasan ya? "

"Bagi gue, cinta itu gak butuh alasan. Kalo pun ada alasannya, mungkin karena dia sosok sempurna dimata gue."

Chika bergidik jijik. "Sumpah, alay banget lo!"

Tera menghela nafas kasar. "Terserah lo deh," pasrah Tera.

"Gue boleh tau gak siapa cowok yang lo suka? "

"Alfa! "

"Kasih liat dong orangnya, kepo gue! Se ganteng apa sih tuh cowok, bisa-bisanya dia buat sepupu gue yang kagak ada akhlak ini jatuh cinta."

Tera kembali menghela nafas. Ia menyodorkan ponsel nya ke Chika dan langsung di raih oleh cewek bar-bar itu.

"Anjing, ganteng juga." Chika berdecak kagum saat melihat Alfa yang tengah membaca buku di perpustakaan.

"Siniin hp gue, nanti bisa-bisa lo kepincut ama pangeran impian gue."

Chika mendengus kesal. Cewek itu memberikan ponsel itu pada pemilik nya.

"Kalo pun gue kepincut, gue kagak bakal nembak ataupun ngejar dia kayak orang bego! Orang dia nya gay, kan percuma tenaga gue buat nghabisin waktu gak jelas Itu."

"Awas ya, gue sumpahin lo bakal bernasib sama kayak gue."

"Sumpah lo anjing banget," ucap Chika.

"Bodo amat," balas Tera dengan nada sewot.

Chika membuang nafas kasar. "Terus, langkah lo selanjutnya apa? "

"Gue kagak tau Chika, gue saat ini lagi gegana. Gelisah, galau, merana. Ngerti gak sih lo? "

"Ya itu derita lo, siapa suruh jatuh cinta. "

"Emang gue mau jatuh cinta kalo tau endingnya bakal kayak gini?"

"Bukannya kita sendiri ya, yang ngontrol perasaan?!"

"Emang lo bisa kontrol perasaan lo sendiri? Kalo lo emang bisa, coba kontrol perasaan lo ama anime gak jelas lo itu."

"Santai dong, jangan ngegas."

"Gimana gue kagak ngegas kalo lo aja bikin gue emosi? Niat hati gue ngajak lo kesini buat jadi temen curhat gue, tapi lo malah nambah beban pikiran gue. Dasar Chika dungu!"

"Lah, kok marah?"

---------
















ILY Alfarel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang