10. Berusaha Kembali

103 7 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Terlalu banyak hal yang sudah aku lakukan untuk mengejar mu, sampai aku bingung apa lagi yang harus aku lakukan?!"

-Alatera Andhira-

....

Tera membuang nafas kasar. Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan alis mengerut. Saat ini, ia tengah berbaring terlentang. Memikirkan ulang percakapannya dengan Lea.

"Kayaknya bener kata Lea, gue gak boleh nyerah. Gue harus buktiin ke Alfa seberapa cintanya gue ke dia."

Tera kembali membuang nafas kasar. "Tapi apa yang harus gue lakuin? Apa gue ngelakuin seperti biasa aja? Deketin dia seolah-olah gak ada yang terjadi?"

Tera menutup wajahnya dengan bantal. "Tau ah, pusing!"

"Susah amat sih buat ngejar cinta Alfa," gumam Tera dengan nada kesal.

Tera mulai tidur menyamping. Ia meraih ponselnya yang berada di sampingnya itu, lalu mencari aplikasi galeri. Melihat-lihat kembali foto-foto Alfa yang pernah ia ambil tanpa sepengatahuan cowok itu. Senyuman simpul terbit dibibir Tera saat melihat foto-foto Alfa di ponselnya.

"Gimana pun lo, gue tetep gak bisa berhenti. Lo udah terlanjur ngisi hati gue, Alf."

Tera mengusap matanya yang sudah terasa berat. Bahkan saat ini ia sudah menguap beberapa kali. Rasa ngantuk tiba-tiba menyerangnya. Padahal ia masih ingin menatap foto-foto Alfa di ponselnya.

Namun saat akan memejamkan matanya, nada dering pada ponselnya menghentikan dirinya. Matanya yang sayu menatap nama sang penelpon.

Tera mendengus pelan saat tau bahwa Chika yang menelpon dirinya.

"Kenapa sih Chik? Gue ngantuk nih!"

"Tidur mulu lo, sekali-kali keluar rumah kek. "

Tera memejamkan matanya yang berat. "Kalo lo nelpon gue cuma mau ngomong itu, matiin gih. Gue udah ngantuk, pengen tidur."

"Yaelah Ra, gue nelpon lo itu mau ngajak lo jalan-jalan. Lusa gue bakal balik lagi ke jogja."

"Males Chik, mending gue tidur."

"Ra, ayok jalan!" Suara rengekan Chika di seberang sana membuat Tera mendengus kesal.

"Gak Chik, males. Panas juga diluar," tukas Tera.

"Oh jadi gitu ya sekarang? Lo serius gak mau nemenin gue jalan-jalan?"

"Bodoh amat, Chik. Gue ngantuk!" Selepas mengatakan itu, Tera langsung mematikan panggilan telpon itu sepihak. Tera hari ini sangat malas keluar rumah. Ia sangat ingin tidur.

***

"Gimana hari ini? Lo bakal deketin Alfa lagi kan?" tanya Nana.

Tera  menghela nafas pelan. "Lihat nanti deh," ujar Tera tak yakin.

"Ayok dong usaha," ucap Ratu berusaha menyemangati Tera.

"Masalahnya gue bingung pengen deketin dia kayak gimana," pungkas Tera.

Lea merangkul pundak Tera. "Lakuin kayak biasa aja, Ra."

"Iya bener kata Lea, Ra." Nana berceletuk.

Tera terdiam memikirkan perkataan teman-temannya itu. Helaan nafas keluar dari bibir cewek itu. "Oke deh!"

Ratu, Nana dan Lea tersenyum mendengar ucapan Tera. Mereka senang karena Tera akhirnya bisa bangkit lagi untuk mengejar cinta Alfa.

Nana yang tak sengaja melihat Alfa yang berjalan sendirian di koridor yang berlawan arah dengan mereka menepuk pundak Tera dengan heboh. "Tera, Tera, Tera. Itu Alfa, Ra."

Tera, Ratu dan Lea menoleh menatap ke arah mana telunjuk Nana mengarah. Tera meneguk ludahnya susah payah saat melihat Alfa.

Lea mendorong tubuh Tera ke depan. "Samperin prince lo itu, Ra."

Tera terdiam membatu dengan perasaan campur aduk. Namun lebih dominan perasaan gugup, bingung dan gelisah. Ia tak tau harus berbuat apa. Otaknya benar-benar ngeblank saat dihadapkan oleh Alfa saat ini. Tera belum siap sebenarnya, namun teman-temannya tidak ada yang mengerti. Jadi, mau tidak mau Tera harus berjalan pelan ke arah Alfa yang sudah hampir mendekat ke arahnya.

Tera meneguk ludahnya susah payah. Bahkan jantungnya saat ini berdetak tak karuan. Senyuman kaku terbit di bibirnya. "H-hay Alfa," sapa Tera terbata-bata.

Alfa hanya melirik sekilas, dan tetap melanjutkan perjalanannya tanpa berhenti. Melewati tubuh Ters yang membeku di tempatnya berdiri.

Tera menghela nafas lesu. Bibirnya ia majukan.

Nana merangkul pundak Tera. "Kok lo jadi payah gini sih, Ra?" pungkas Nana.

Tera menoleh menatap Nana. "Gimana gak payah, orang gue belum siap."

"Nunggu lo siap mah, gak bakal jadi-jadi Ra." Ratu menimpali.

"Gimana kalo besok aja gue mulainya?" tawar Tera.

"Lah, kenapa harus besok?" tangan Nana.

"Gue mau mempersiapkan diri gue dulu, gue gak bisa deketin Alfa sekarang. Gue harus ngumpulin keberanian ama hati gue."

"Terserah lo deh, Ra." Lea menimpali.

---------














ILY Alfarel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang