42. Tak Terlupakan

150 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Aku sudah berusaha untuk tetap bertahan
meskipun aku sudah lelah! Tapi tetap saja,
aku masih butuh kamu disisiku."

-Alfarel Garendra-

....


Lima hari berlalu begitu cepat setelah kepergian Tera. Namun Alfa masih merasa kehilangan.

Malam yang sunyi dengan langit bertaburan bintang dan bulan cembung yang menghiasi langit, menemani malam Alfa saat ini. Cowok itu membuang nafas kasar, lalu kepalanya mendongak menatap langit. Memikirkan apa yang saat ini Tera lakukan.

Suara derap langkah kaki yang mendekat tak membuat Alfa menoleh pada orang itu. Matanya tetap fokus menatap langit malam.

"Sampai kapan lo kayak gini?"

Alfa hanya terdiam.

"Alf, kematian kagak bisa dikembaliin. Jadi lupain semuanya!" pungkas Gavin.

"Lo kagak ngerti perasaan gue, Vin." Akhirnya Alfa bersuara meskipun dengan suara parau.

Gavin menghela nafas. Cowok itu menyentuh pundak Alfa. "Gue nyuruh lo buat lupain semuanya bukan berarti lo harus hapus kenangan lo ama Tera. Lo cukup lupaain rasa sakit lo atas kematian Tera, Alf. Bukannya sayang kalo waktu dan hidup lo dihabisin buat itu?"

Alfa hanya terdiam dengan kepala menunduk.

"Dan sekarang karena saat ini lo masih hidup, maka lo harus jalani hidup lo sampai selesai."

"Lo bukan gue, Vin. Jadi lo jangan pernah nyepelein perasan gue. Hati gue, cuma gue yang tau!"

Cowok berkaos abu-abu itu berdecak kesal. "Yang nyepelein perasaan lo itu siapa sih? Hah?" Gavin membuang nafas kasar. "Gue emang kagak tau gimana perasan lo, Alf. Tapi mau lo tangisin Tera sampai nangis darah pun, Tera kagak bakal hidup lagi."

Gavin memejamkan matanya sejenak. Ia menatap Alfa yang terdiam dan tak ada tanggapan dengan pikiran yang entah apa, Gavin tak tau. "Lo hanya perlu lanjutin hidup lo yang sekarang, Alf. Tanpa harus berfokus pada kematian Tera yang udah jadi takdirnya."

Masih tak ada tanggapan.

"Lo harus tetep hidup, Alf! Jangan buat Tera sedih diatas sana atas penderitaan lo disini. Lo pikir Tera seneng liat lo kayak gini?"

Merasa ucapannya tak akan di balas, Gavin berbalik pergi meninggalkan Alfa yang masih menunduk.

Alfa mendongak menatap langit malam dengan pikiran berkecamuk. "Ra, gue capek! Gue butuh lo!" Kepala Alfa menunduk. Matanya yang berkaca-kaca ia pejamkan, lalu meremas dadanya yang terasa sakit. "Sakit, Ra!"

Suara derap langkah kaki kembali terdengar tapi Alfa masih tetap tak mengalihkan pandangannya untuk menatap orang itu.

Sepiring makanan yang berisi nasi, sayur dan ayam goreng diletakkan di atas meja bersamaan dengan gelas kaca berisi air putih.

Gavin, pelaku yang meletakkan piring dan gelas itu mendudukkan dirinya di samping Alfa. Cowok itu menoleh menatap Alfa yang masih terdiam. "Lo harus makan, Alf! Lo butuh asupan buat jalanin hari esok."

Gavin menghela nafas saat Alfa hanya menatap piring dan gelas itu tanpa berniat menyentuh. "Gue tau kalo lo kehilangan, tapi kasihan Tera! Itu bukan salah Tera yang ingin pergi, tapi itu udah takdir. Sekeras apapun lo nentang takdir, percuma aja. Karena takdir Tera tetap akan sama."

Alfa hanya terdiam.

"Alf, inget! Lo masih punya gue dan bokap gue, lo juga masih punya bokap lo kan? Jadi ayok bangkit lagi? Buktiin ke Tera, kalo lo akan bahagia!"

Alfa menoleh menatap Gavin. "Alf, bukannya Tera pengen lo bahagia? "

Alfa hanya terdiam menatap Gavin. Sedangkan Gavin mulai tersenyum. "Lo harus bahagia, Alf! Meskipun tanpa ada Tera disisi lo, tapi setidaknya dia ada di hati lo."

Mendengar perkataan Gavin yang sedikit ada benarnya, Alfa mulai meraih piring yang berisi makanan itu untuk ia makan. "Thanks, Vin."

Gavin tersenyum. "Iya!"

***

Alfa termenung menatap foto-foto kebersamannya dengan Tera.

"Ra? Kalo gue bahagia disini tanpa lo, apa lo juga bakal bahagia diatas sana?" gumam Alfa.

"Kalo itu emang bener, gue bakal berusaha Ra. Gue bakal berusaha buat bahagia disini meskipun itu sulit buat gue."

Alfa meletakkan album foto itu ke laci nakas. Alfa yang sedari tadi terduduk di atas kasur mulai membaringkan tubuh lelahnya. Mata hitam legam itu memandangi langit-langit kamarnya dengan senyuman tipis saat mengingat senyuman lebar Tera yang begitu indah. "Ra, apa lo liat gue disini?" Alfa terdiam sesaat. "Lo pasti tau gimana gue begitu rindu ama lo, iya kan?" Alfa melanjutkan.

"Ra, jujur aja! Gue kagak bakal pernah bisa berhenti berharap kalo semua yang terjadi saat ini hanyalah mimpi buruk gue. Dan setelah bangun keesokan harinya, lo bakal ada di samping gue dan tersenyum seperti biasa."

Alfa perlahan memejamkan matanya hendak tidur. Mencoba berpikir bahwa besok ia akan bertemu kembali dengan Tera. Dan jika besok itu ia tetap tak bisa bertemu, ia tetap berharap bahwa hari selanjutnya ia akan bertemu dengan Tera. Alfa akan terus berharap, sama seperti Tera yang selalu berharap bisa mendapatkan hatinya dan cewek itu ternyata berhasil. Dan Alfa juga berharap bahwa harapannya juga akan berhasil meskipun mustahil.

___________



JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️






ILY Alfarel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang