18. Semakin Jatuh Cinta

86 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

"Jatuh cinta bukanlah dosa. Maka dari itu aku semakin mencintaimu dengan berani."

-Alatera Andhira-


....

"Hay Sayangku," sapa Tera dengan senyuman manis.

Alfa membuang nafas kasar dengan perasaan dongkol. Ia memojokkan Tera ke tembok. Tera yang dipojokkan memejamkan matanya dengan bibir dimajukan. Berfikir bahwa Alfa ingin menciumnya.

Alfa mengerutkan alisnya heran. "Ngapain lo monyongin bibir?"

Tera membuka matanya. Alisnya terangkat satu. "Bukannya lo mau nyium gue ya?"

Alfa menjauhkan tubuhnya dari Tera dengan ekspresi sinis. "Dasar gila, siapa juga yang mau nyium lo?"

Tatapan matanya berubah tajam. "Gue cuma mau peringatin lo, lo jangan pernah deketin gue lagi. Karena gue bener-bener risih ama kehadiran lo disisi gue!"

"Tahan kerisihan lo ke gue Alf, karena gue tetap bakal ngejar lo secara ugal-ugalan. Semakin lo jauh, semakin gue kejar! Gue gak bakal nyerah meksipun lo selalu nolak kehadiran gue."

Alfa memejamkan matanya menahan amarah. Sebenarnya Alfa tak ingin menanggapi sapaan Tera tadi dengan memojokkannya ke tembok, tapi karena ia risih tanpa sadar ia malah kembali memperingatkan cewek gila itu. Karena sungguh, Alfa benar-benar muak. Namun sekali lagi, ia tak bisa apa-apa. Bahkan ia sudah mengeluarkan kata-kata kasar yang merendahkan tapi cewek itu tak peduli. Padahal setiap ada cewek yang ingin mendekatinya, semuanya akan pergi dengan sendirinya saat ia menolak. Namun Tera tidak, cewek itu malah semakin mengejarnya. Dan itu sangat-sangat Alfa benci!

"Alfarel Garendra, gue bakal tetep berjuang sampai lo jatuh cinta ama gue meskipun lo nolak kehadiran gue dihidup lo!"

"Sampai kapan? Sampai kapan lo bakal berjuang?"

"Sampai gue lelah, gue bakal nyerah dengan sendirinya!"

Alfa terdiam sesaat. Ia memandangi Tera dengan tatapan yang sulit diartikan. "Oke!"

Tera tersenyum senang. Matanya berbinar menatap Alfa.

"Gue bakal buat lo nyerah dengan sendirinya." Lanjutan dari perkataan Alfa membuat senyuman Tera memudar. Bahunya perlahan menurun dengan bibir maju ke depan.

***

Tera meremas perutnya yang terasa sakit. Kepalanya ia letakkan di atas meja sembari memejamkan matanya. Lea mengerutkan dahinya khawatir melihat keadaan Tera yang sepertinya tak baik-baik saja. "Lo kenapa, Ra?"

Tera membuka matanya menatap Lea. "Gue kayaknya lagi haid deh, soalnya perut gue sakit. Tapi gue inget, gue gak punya pembalut."

Lea menghela nafas. "Gue ada pembalut di loker, pake aja!"

Tera tersenyum sumringah. Ia menegakkan tubuhnya menghadap depan. Sebelah tangannya yang sempat memegang perut ia angkat ke atas. "Bu, saya izin ke toilet."

Sang guru yang menjelaskan menghentikan aksinya sejenak. Atensinya saat ini menatap Tera. Guru itu mengangguk mengizinkan. "Silahkan keluar!"

Tera tersenyum. Cewek itu bangkit masih memegang perutnya yang sakit. Namun belum sempat melangkah, Lea menahan lengannya. "Gak mau gue temenin?"

"Gak usah Lea, gue bisa sendiri."

Lea mengangguk. "Oke!"

Tera tersenyum tipis. Ia lalu melangkahkan kakinya keluar kelas menuju loker. Namun saat baru saja akan berbelok menuju tempat para loker, matanya lebih dulu menangkap sosok Alfa yang berjalan sendirian di koridor sekolah. Entah dari mana cowok itu pergi. Tapi itu adalah kesepakan Tera untuk mendekati cowok itu. Dan dengan semangat dan senyuman lebarnya, Tera berlari kecil menghampiri Alfa.

"Hay Alfa," sapanya dengan riang.

Alfa melirik sekilas, lalu mendengus pelan. Ia terlalu malas menanggapi Tera saat ini.

Tera merangkul lengan Alfa dengan manja, sedangkan Alfa langsung menghempaskan tangan Tera dari lengannya dengan sedikit kasar. "Menjauh dari gue!" sentaknya.

Tera cemberut. "Gak mau, Alfa."

Alfa berbalik hendak pergi. Namun Tera menahannya. "Apa lagi sih?"

"Gak, gue cuma mau bilang I love you Alfarel Garendra." Selepas mengatakan itu, Tera melepaskan tangannya dari lengan Alfa. Ia melangkah terlebih dahulu untuk meninggalkan Alfa. Untuk sekarang, Tera akan mengalah. Namun nanti, ia akan mendekati Alfa lagi.

Alfa mengerutkan alisnya saat melihat ada noda di rok Tera saat cewek itu berjalan menjauh darinya.

"Tunggu!" tahannya.

Tera menoleh menatap Alfa dengan alis terangkat satu, bingung dan penasaran alasan Alfa menghentikan langkahnya. "Kenapa?"

Alfa berjalan mendekat ke arah Tera. Ia lalu melemparkan jaket deminnya ke arah Tera. Tera terdiam menatap jaket demin Alfa dengan melongo. Ia tak menyangka bahwa cowok itu akan memberikan jaketnya itu padanya. Meskipun Alfa sangat membenci Tera, ia tak sejahat itu membiarkan Tera harus jalan dalam keadaan dimana roknya terdapat noda darah. Yah, Alfa masih punya hati untuk tidak memperlakukan perempuan seperti sampah meskipun ia sangat benci. Dan semua itu adalah ajaran ayahnya. Alfa yang sangat menghormati dan berbakti pada ayahnya tak mungkin melanggar apa saja larangan ayahnya.

"Lo tembus," ucap Alfa lalu pergi meninggalkan Tera yang tercengang.

Tera sangat tak menyangka bahwa Alfa sangat perhatian. Padahal ia tau bahwa cowok itu masih membenci dirinya. Namun meskipun begitu, cowok itu masih perhatian padanya. Hal itu membuat Tera semakin salah tingkah dibuatnya. Bahkan mungkin saat ini telinga dan wajahnya mungkin merah merona karena salah tingkahnya.

"Gimana gue bisa berhenti cinta ama lo coba, lo aja segentle itu. Bukannya malah berkurang, malah bertambah njir!"

Tera memejamkan matanya sembari meremas jaket cowok itu. "Alfarel Garendra, lo harus tanggung jawab!" pekik Tera.

Tera menunduk menatap jaket milik Alfa itu dengan senyuman manis. "Alfarel Garendra, sebenarnya sifat asli lo itu gimana sih? Buat gue semakin penasaran aja. Padahal lo selalu nolak gue, tapi kok lo perhatian gini ke gue!?" Tera bergumam.

"Dengan lo kayak gini, gue semakin gak bisa berhenti ngejar cinta lo." Tera memeluk jaket Alfa. "Tunggu aja, gue pasti bisa luluhin hati lo yang keras itu. Buat jatuh cinta sama gue, dan jadiin gue rumah ternyaman buat lo pulang. Rumah yang bakal selalu lo datengin saat lo butuh sandaran."

----------

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️

ILY Alfarel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang