.
.
."Posisiku saat ini masih tetap mencintaimu meskipun sudah jatuh berkali-kali."
-Alatera Andhira-
....
Helaan nafas berat keluar dari bibir Alfa saat melihat seseorang yang selalu mengganggu hari-harinya. Seseorang yang sangat ingin ia hindari. Cewek gila yang sudah beberapa kali ia tolak namun tetap mengejarnya.
"Apa lagi kali ini?"
Tera tersenyum lebar. "Gak ada, cuma pengen deket ama lo aja."
"Lo bisa menyingkir kagak sih dari hidup gue? Gue bener-bener muak liat lo."
"Tapi Alf, gue ..."
"Ternyata, gak cuma munafik. Perempuan juga murahan ya?! " potong Alfa.
Tera menunduk dengan perasaan remuk. Ia bingung, hatinya juga sakit. Sebenarnya seberapa benci Alfa dengan yang namanya perempuan? Mengapa cowok itu sangat membenci perempuan? Apakah ia tak bisa menjadi salah satu perempuan yang tidak dibenci oleh cowok itu?
"Jangan pernah ngejar gue lagi dan jangan pernah perlihatin muka lo itu dihadapan gue! Karena sekeras apapun lo berusaha, lo kagak bakal pernah bisa buat gue luluh."
Tera mendongak menatap Alfa. "Gue yakin Alf, gue bisa luluhin lo."
"Lo kagak bakal pernah bisa, dan kagak bakal bisa. Jadi mulai sekarang, berhenti lakuin hal gila lo itu. Karena gue bener-bener muak!"
Tera menunduk seraya memejamkan matanya.
"Lo tau bahasa manusia kan? Jadi lakuin apa yang gue mau. Jauhin gue dan jangan jadi orang yang kagak punya urat malu." Alfa berkata dengan wajah tanpa ekspresi.
Tera perlahan mendongak menatap Alfa. Matanya terlihat berkaca-kaca. Hati Tera sakit, namun ia tetap tak bisa membenci cowok dihadapannya itu.
"Maafin gue Alf, karena udah ngejar lo dengan gak tau malu. Tapi, apa salah kalo gue ngejar cinta gue?"
"Salah besar! Karena yang lo kejar itu gue, dan gue kagak suka."
"Tapi gue bener-bener tulus ke lo, Alf. Gue harus buktiin ketulusan gue ke lo dan Gavin, gue ..."
"Tulus? Lo bilang, lo tulus?" potong Alfa menatap tajam pada Tera. Bahkan rahang cowok itu mengeras dengan tangan terkepal erat. Mendengar kata tulus dari bibir Tera, membuat Alfa sangat ingin tertawa keras.
"Iya, gue bener-bener tulus ke lo."
Alfa tersenyum miring. "Lo itu cuma terobsesi aja ama gue. Jadi berhenti mulai sekarang."
Tera menundukkan kepalanya dengan tangan terkepal.
Alfa mendekatkan wajahnya ke samping wajah Tera. Mendekatkan bibirnya ke telinga cewek itu. "Dan gue semakin benci sama yang namanya perempuan setelah ngenal lo." Alfa berbisik.
Tera terdiam membeku. Alfa yang melihat keterdiaman Tera berjalan meninggalkan cewek itu.
***
Tera menatap kosong ke depan. Pikiran Tera berkecamuk. Ia bingung harus bagaimana? Ia tak ingin menyerah, namun mempertahankan juga belum tentu ia bisa berhasil. Helaan nafas lelah keluar dari bibir Tera. Cewek itu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya yang berada di atas meja.
Lea yang berada di samping Tera menyentuh pundak cewek itu. "Ra, lo kenapa? "
Tera menghela nafas kasar. Ia menolehkan kepalanya ke arah Lea, lalu menatap cewek dengan sendu. "Lea, gue salah ya ngejar cintanya Alfa? "
Lea terdiam sesaat. "Entahlah, gue kagak tau. "
Tera kembali menghela nafas kasar.
Lea mengusap kepala Tera. Senyuman tipis terbit diujung bibirnya."Tapi menurut penglihatan gue, lo kagak salah kok! Walaupun lo kayak gak tau malu, tapi semua yang lo lakuin itu cuma buat buktiin seberapa sukanya lo ama dia. Jadi lo kagak salah, " tutur Lea.
Tera tersenyum kecil. "Thanks ya, Lea!"
Tera menegakkan tubuhnya. Dagunya ia topang dengan sebelah tangannya. Namun matanya tetap mengarah menatap Lea. "Kira-kira, apa gue nyerah aja ya?"
Lea membuang nafas kasar. "Ra, lo aja baru berjuang masa udah nyerah aja sih? Mana Alatera Andhira yang gue kenal?"
Tera mengusap wajahnya kasar. Cewek itu kembali menoleh menatap sendu ke arah Lea. "Kalo gue gak boleh nyerah, jadi apa gue harus berjuang terus? Berjuang dengan hanya mengandalkan harapan kalo gue mungkin bisa buat Alfa balas cinta ama gue?"
"Apa harapan gue bakal jadi kenyataan kalo gue terus berjuang, Lea?" lanjut Tera.
Lea terdiam sesaat. Cewek itu tersenyum tipis. "Ra, berjuang kan butuh proses? Gak semua harus serba instan dan cepat. Ada juga kok proses lama. Mengejar cinta Alfa, lo harus lewatin beberapa tahap supaya bisa dapetin cowok itu."
Tera terdiam. Ia menyadarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Memikirkan ucapan Lea yang ada benarnya.
Lea menyentuh pundak Tera. "Lo udah sejauh ini melangkah Ra, masa lo mau berhenti?"
Tera hanya terdiam.
"Inget Ra, lo udah nembak Alfa dan udah ngejar dia. Masa lo mau nyerah gitu aja?"
“Tapi gue takut kalo ternyata gue cuma terobsesi sama dia, Lea.”
“Obsesi dan cinta itu beda, Ra. Dan lo itu cinta ama Alfa, bukan obsesi. Kalo lo emang terobsesi ama Alfa, lo mungkin bakal ngejar dia dari dulu dan mengklaim kalo Alfa cuma milik lo. Tapi itu enggak terjadi kan?”
Perkataan Lea kembali membuat Tera dilanda dilema. Tera menghela nafas. "Oke! Gue bakal tetep perjuangin cinta gue ke Alfa."
"Gitu dong, ini baru Tera yang gue kenal. Tera yang pantang menyerah demi cinta!"
'Alfarel Garendra, lo tunggu aja! Gue bakal buktiin ke lo apa itu cinta yang tulus.' batin Tera.
--------
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY Alfarel [END]
Teen FictionWARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIMA KASIH😘❤️❤️❤️ . . . Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah ditolak masih saja mengejar cinta...