.
.
."Bersama dirimu adalah kebahagian yang selalu aku cari-cari selama ini."
-Alfarel Garendra-
....
"Alfaaa," teriak Tera berlari ke arah Alfa yang tengah berjalan bersama Gavin di koridor sekolah seraya merentangkan tangannya.
Alfa terkekeh kecil. Ia ikut merentangkan tangannya.
Hap!
Tera masuk ke dalam pelukan Alfa. Gavin yang melihat kebucinan dua orang itu hanya bisa menghela nafas.
Tera mendongak menatap Alfa. "Kita pulang bareng ya?" ajak cewek itu.
"Hari ini, gue gak bawa motor. Gak apa-apa kan?"
Tera tersenyum simpul. "Gak masalah, kita bisa naik angkot atau bus. Yang penting sama lo," tutur Tera.
Alfa mengacak rambut Tera dengan gemas sambil tersenyum. Senyuman yang menampilkan lesung pipinya yang cantik.
Gavin memutar bola matanya malas. "Kalo gitu gue cabut," pamitnya dan langsung melangkah pergi tanpa menunggu ucapan kedua orang yang dilanda kebucinan itu.
Setelah kepergian Gavin, mereka berdua mulai melangkah hendak ke halte untuk menunggu angkutan umum.
"Gue sayang sama lo, bahkan sejak alam semesta ini tercipta hingga nanti. Gue bakal tetep sayang sama lo selamanya!" Tera berujar di sela-sela langkahnya.
Jentikan di dahinya membuat Tera kesal dengan bibir cemberut seketika.
"Lo apa-apaan sih? Sakit tau!" gerutu Tera.
Alfa terkekeh pelan. "Emangnya lo udah lahir sejak alam semesta ini tercipta?"
"Mungkin? Soalnya kan, siapa tau gue itu reinkernasi dari seorang putri kerajaan dengan lo sebagai pangerannya."
Alfa menghela nafas pelan. "Mimpi lo terlalu jauh."
"Seenggaknya gak ada salahnya kan bermimpi? Siapa tau aja beneran terjadi?!"
"Iya deh, tuan putri!"
Tera melingkarkan tangannya ke tangan Alfa. "Ayok pangeran, kita kencan."
"Baik tuan putri!"
Keduanya mulai mendudukkan diri mereka ke kursi yang ada di halte setelah sampai.
"Mau kencan dimana dulu?" tanya Alfa seraya memperbaiki rambut Tera.
"Gimana kalo kita ke taman bermain dulu, terus ke pantai nikmatin senja?" usul Tera.
"Oke!"
Terlalu lama mengobrol hal-hal random, akhirnya sebuah angkot berhenti. Keduanya mulai masuk ke dalam angkot. Duduk di belakang sambil berpegangan tangan. Diperjalanan menuju taman, Tera hanya terdiam memejamkan matanya dengan kepalanya yang bersandar di pundak Alfa. Sedangkan Alfa hanya terdiam memandangi Tera sambil tersenyum. Hingga akhirnya, mereka sampai di taman.
Mata Tera berbinar saat melihat ada penjual es krim. Cewek itu menoleh ke arah Alfa. "Makan es krim yuk," ajaknya dengan senyuman.
Alfa ikut tersenyum. Cowok itu mengangguk pelan. Senyuman Tera semakin mengembang, ia menarik tangan Alfa untuk mengikutinya ke penjual es krim.
"Pak, apa aja rasa yang ada?" tanya Tera.
"Ada macam-macam, " balas bapak penjual itu.
Tera menoleh menatap Alfa. "Mau rasa apa?"
"Coklat aja," jawab Alfa.
Tera kembali menoleh menatap bapak penjual itu. "Ada rasa vanila gak Pak?"
"Ada dek, mau rasa vanila?"
"Iya pak, sama coklat."
Tak butuh waktu lama, es krim mereka sudah jadi. Bapak penjual itu menyodorkan es krim ke arah Tera dan Alfa dan langsung diterima oleh keduanya. Saat Tera hendak menyerahkan uangnya ke arah bapak penjual, Alfa lebih dulu menyerahkan uangnya itu.
"Kok lo yang bayar?" tanya Tera.
Alfa mengacak-acak rambut Tera pelan. "Gue kan pacar lo, Ra. Jadi gue yang harus bayarin es krimnya."
"Gue emang pacar lo, tapi gak usah bayarin gue juga. Lo kan butuh banget sama uang."
Alfa tersenyum. "Gue emang butuh uang, tapi kalo beli ini gue masih mampu."
Alfa meraih tangan Tera yang tak memegang es krim. "Ayok pergi!"
Tera menunduk menahan senyumannya. Dengan malu-malu ia memakan es krim vanila miliknya. Ia mengangkat kepalanya menghadap ke depan. Cewek itu berdehem pelan, lalu melirik ke arah Alfa.
Alfa yang sedang menjilat es krimnya dengan wajah tanpa ekspresi, membuat Tera bertanya-tanya apa yang dipikirkan cowok itu. Namun, melihat cara makan Alfa yang begitu belepotan membuat Tera terkekeh. Tangannya terangkat untuk mengusap sudut bibir cowok itu dengan ibu jarinya, lalu menjilat ibu jarinya sendiri. "Enak banget!"
Alfa menjitak kening Tera sedikit kasar. "Dasar jorok!"
"Kok jorok sih? Cara makan lo aja yang jorok. Dasar pacarnya gue!" Tera berujar sambil menoyor kepala Alfa menggunakan jari telunjuknya dengan pelan.
Alfa hanya tersenyum simpul.
"Ra, maafin gue ya?"
Tera menghentikan langkahnya. Ia menoleh menatap Alfa dengan alis mengernyit. "Kenapa minta maaf?"
Alfa ikut menghentikan langkahnya, ia ikut menatap Tera dengan posisi kepala menunduk. Cowok itu tersenyum kecut. "Gue gak bisa jadi pacar yang selalu beliin lo barang-barang mahal," tutur Alfa.
Tera membuang nafas kasar. "Astaga Alf, gue kira apaan!" Cewek itu tersenyum simpul. "Bagi gue, bareng lo aja udah buat gue bahagia. Jadi gue gak butuh barang-barang yang mahal."
Tera berjinjit. Cewek itu mendekatkan wajahnya lebih mendekat ke arah Alfa. "Gue cuma butuh lo!" bisiknya Dengan senyuman lebar.
Deg!
Alfa terdiam kaku dengan wajah yang semakin panas. Ia tak bisa membayangkan semerah apa wajahnya saat ini. Menatap Tera dengan jarak sedekat ini membuatnya gugup. Ia meneguk ludahnya susah payah dengan jantung yang semakin berdetak kencang. Saat hendak memalingkan wajahnya dari Tera, cewek itu malah menangkup pipi Alfa yang memerah. "Alf, pipi lo kok merah? Lo sakit?" Tera bertanya dengan khawatir.
Alfa menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Menyembunyikan wajahnya dari Tera. "Gue kagak apa-apa."
Tera semakin mendekatkan wajahnya, masih merasa tak yakin dengan perkataan Alfa. "Serius?"
"Lo jauhan dikit," ucap Alfa sembari mendorong tubuh Tera secara perlahan agar menjauh darinya.
--------
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY Alfarel [END]
Teen FictionWARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIMA KASIH😘❤️❤️❤️ . . . Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah ditolak masih saja mengejar cinta...