.
.
."Hidupku yang dulunya ku pikir begitu membosankan, tak ada lagi semenjak diriku mengenalmu."
-Alatera Andhira-
....
Tera mendial nomor Chika. Tak lama kemudian, terpampang lah muka bantal Chika yang masih sayu. "Ngapain sih video call gak jelas?" Chika yang berada di seberang sana berucap dengan kesal."Chika, gue mau ngasih tau lo sesuatu." Ia berujar sembari tersenyum.
"Kalo lo mau ngasih tau gue, kenapa kagak langsung aja? Sumpah! Gue masih ngantuk babi. "
Tera menghela nafas, lalu kembali tersenyum."Gue mau ngejar cinta gue ke Alfa."
"Gue heran deh ama lo, lo udah ditolak tapi lo masih mau ngejar cinta si cowok itu. Padahal jawabannya sama doang, bakal sia-sia!" pungkas Chika.
"Dia punya nama Chika, Alfarel Garendra. Dan mana ada sia-sia sih kalo berjuang? Gak ada!"
"Ya tapikan lo udah jatuhin harga diri lo sebagai perempuan karena nembak si Alfarel Garendra itu. Apalagi cowok itu gay, Ra. Lo pikir, dia bakal mau ama lo? Lo punya dua jeruk, sedangkan dia sukanya pisang loh!? Emang lo yakin bisa ngalahin pisang dengan dua jeruk lo itu? "
Tera menghela nafas. "Gue emang kagak punya apa yang cowok punya, tapi gue punya cinta yang emang bener tulus ama dia. Dan gue mau buktiin ke si Gavin itu kalo gue bener-bener tulus ke Alfa."
"Dan soal mengejar cinta itu gak jatuhin harga diri kok, malahan itu adalah suatu usaha untuk mengejar cinta orang yang dicintai." Ia melanjutkan.
"Tapi Ra, perempuan itu gak seharusnya ngejar cowok. Seharusnya lo yang dikejar," tutur Chika.
"Gak Chika, omongan lo salah besar! Cewek itu gak diharuskan harus dipilih, dia berhak memilih sendiri. Dan bahkan gue gak pernah ngelihat hukum dan larangan cewek dilarang mengejar cinta orang yang dicintainya," pungkas Tera.
Chika mendengus kesal.
"Kalo bener ada larangannya atau bahkan hukumnya, kasih lihat gue."
"Terserah lo deh," pasrah Chika.
"Gue bener-bener serius Chika," kata Tera.
"Iya, gue juga serius kok! Matiin gih, gue mau tidur."
Tera mematikan sambungan video call-nya dengan Chika. Cewek itu menghela nafas. "Dasar Chika."
Keesokan harinya, Tera yang kini di depan cermin menatap dirinya dengan senyuman manis andalannya. "Rencana ngejar cinta Alfarel dimulai."
Cewek itu menyentuh dagunya berpikir. "Tapi gue harus apa ya?"
"Bodoh amat ah, mending nanti gue pikirin kalo udah ketemu." Tera berkata sambil meraih tasnya.
"Pagi Bunda dan Ayah," sapa Tera dengan senyuman manis.
"Pagi juga, tumben kelihatan banget bahagia?" Amanda bertanya saat melihat sang putrinya yang terlihat begitu bahagia dimatanya. Padahal kemarin sangat lesu.
"Iya doang Bunda, soalnya hari ini aku mau mengejar cinta my prince."
"Siapa sih my prince itu? Ayah jadi penasaran deh, bisa-bisanya dia buat putrinya Ayah berpaling dari Ayah."
Tera bangkit dari duduknya, ia berjalan di belakang tubuh Chandra dan memeluk pria setengah baya itu. "Gak kok Yah, Ayah tetep nomor satu di hati aku."
Chandra memegang lengan putrinya yang berada di dadanya itu. "Harus dong!"
"Ya udah, kamu cepetan sarapan dan langsung berangkat. "
"Siap Bunda!"
Tera melepaskan pelukannya pada sang ayah, ia lalu mendudukkan dirinya kembali. Sebelah tangannya meraih selembar roti dan memberikan selai coklat kesukaannya.
***
"Hay Alfa, " sapa Tera seraya tersenyum lebar.
Alfa melirik sekilas, lalu kembali menoleh ke depan.
Tera tersenyum kecil. "Gue bawain lo susu stroberi Alf, semoga suka! "
Alfa menghela nafas berat. "Kagak usah, gue kagak suka."
"Terus, lo sukanya susu apa? "
"Pergi gak lo," usir Alfa.
"Gak mau!" tolak Tera.
"Bukannya gue udah nolak lo? Apa kurang jelas penolakan gue?"
"Jelas kok, jelas banget! Tapi emangnya kalo gue udah ditolak, gue harus nyerah gitu?" Tera menggelengkan kepalanya menolak. "No! Itu gak mungkin gue lakuin."
Alfa hanya menatap Tera tajam dengan rahang mengeras.
"Karena cinta itu dikejar, bukan didiemin aja. Atau pun dilepasin gitu aja tanpa berjuang sama sekali!"
"Tapi sayangnya, gue risih dengan sikap lo yang kekanak-kanakan."
"Menurut gue, gak masalah kok!"
"Tapi gue yang masalah, gue yang kagak suka ama sikap lo yang kekanak-kanakan." Alfa berkata dengan nada tinggi.
"Kalo gak dengan cara gini, gimana caranya gue bisa buat lo jadi pacar gue?"
"Sekeras apapun lo berusaha, semuanya mustahil! Karena gue gak bakal mau ama lo."
"Gak ada yang tau apa yang bakal terjadi nanti, Alfarel Garendra. Siapa tau aja, lo bakal luluh dengan perjuangan gue yang ngejar lo."
"Itu kagak bakal terjadi!"
"Itu beneran, Alfa. Siapa tau gue jadi rumah ternyaman lo untuk lo pulang," tutur Tera dengan senyuman.
Alfa mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal kuat disisi tubuhnya. Mata hitam legamnya menatap tajam Tera yang balas menatapnya polos dengan senyum ceria cewek itu.
"Gila!"
Selepas mengatakan itu, Alfa melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Tera yang tercengang.
Tera membuang nafas kasar. "Dasar Alfa, untung aja lo pangeran impian gue." Cewek itu lalu tersenyum. "Tunggu aja Alf, gue bakal buat luluh. Dan buat lo jadiin gue rumah ternyaman lo untuk lo pulang."
----------
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY Alfarel [END]
Teen FictionWARNING!! DILARANG PLAGIAT! DAN DIHARAPKAN BAGI PEMBACA UNTUK VOTE DAN KOMEN SEBAGAI TANDA PERNAH SINGGAH!! SAYA SEBAGAI PENULIS SANGAT AMAT BERTERIMA KASIH😘❤️❤️❤️ . . . Bagaimana jadinya jika seseorang yang sudah ditolak masih saja mengejar cinta...