33. Harapan Alfa

84 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

"Aku tak butuh apapun lagi, karena denganmu saja sudah cukup untukku."

-Alfarel Garendra-


....

Alfa meletakkan kepalanya di pundak Tera. Matanya ia pejamkan. Saat ini Alfa benar-benar lelah, ia butuh pundak Tera sebagai penopang kepalanya.

Tera memandang Alfa yang terlihat lelah. Tangannya terangkat menghalangi sinar matahari yang cukup terik menerpa wajah cowok itu. Senyuman tipis terbit dibibir Alfa saat tak merasakan sinar matahari yang menyengat kulit wajahnya karena terhalang tangan Tera. Perlakuan kecil Tera selalu membuat Alfa bahagia.

"Ra, kepala gue sakit!" keluh Alfa sambil mengusap kepalanya di pundak Tera.

Tera mulai memijat kepala Alfa yang sedikit panas. "Pasti lo capek kerja? Iya kan?"

Alfa tersenyum tipis. "Kagak kok."

"Tegakkin tubuh lo, mau gue pijit pundak lo."

Alfa menegakkan tubuhnya. Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Tera mengubah posisinya menjadi berdiri. Cewek itu kemudian memijat kedua pundak Alfa yang mungkin pegal juga.

"Eh iya, besok setelah pulang sekolah ayok jalan-jalan? Mumpung gue libur kerja sama tanggal merah, " ajak Alfa sambil mendongak menatap Tera.

"Kagak mau, lo harus banyak istirahat." Tera menolak.

"Gue kagak secapek itu kok, Ra."

Tera memijat pundak Alfa dengan keras, melampiaskan kekesalannya pada cowok itu.

Alfa merintih pelan. "Sakit, Ra."

"Lo harus gunain libur lo dengan baik Alf, lo harus istirahat yang banyak." Tera berkata dengan nada sedikit kesal.

"Tapi gue pengen ngajak lo jalan-jalan," pungkas Alfa.

Tera terdiam sesaat. "Gimana kalo kita jalan-jalannya jam sembilan?" usul Tera.

"Oke!"

Tera tersenyum lebar.

Alfa mengangkat sebelah tangannya, ia memijat lehernya yang pegal. "Pijat disini, Ra."

"Siap pangerannya gue!"

Alfa terkekeh saat mendengar perkataan Tera yang terdengar konyol di telinganya. Tapi selalu membuatnya bahagia.

***

Tera melirik jam tangannya. Kepalanya mendongak menatap langit yang mendung pertanda hujan akan turun tak lama lagi.

"Langit lagi mendung, kayaknya mau hujan deh?" ujar Tera.

"Terus jalan-jalannya gimana?" tanya Alfa.

Tera menoleh menatap Alfa. "Gak usah, mending pulang aja ke rumah lo."

Saat mereka berlari menuju halte, hujan turun begitu deras. Angin bertiup sangat kencang. Helaan nafas lega keluar dari bibir mereka setelah sampai di halte.

"Hujan, Ra!" tukas Alfa.

"Ya mau gimana lagi?"

Cowok itu menoleh menatap Tera. "Jadi gimana dong?"

"Teduh dulu disini, " jawab Tera seraya menarik tangan Alfa untuk duduk.

Kilat muncul, dan dengan spontan Tera menutup telinga Alfa. Hingga suara petir menggelegar. Alfa terpaku menatap Tera yang tersenyum menatapnya. Meskipun cara Tera tak terlalu berhasil menutup telinganya agar tidak mendengar suara petir, namun melihat raut wajah Tera yang tersenyum membuat Alfa merasa terharu. Ia merasa bahwa suara petir tak semenakutkan itu.

Merasa suara petir tak akan bersuara lagi, Tera menarik tubuh Alfa untuk ia dekap. Cewek itu mulai bersenandung dengan suara pelan, seraya tangannya mengelus punggung Alfa. Alfa yang diperlakukan seperti itu oleh Tera mengulum senyumnya. Cowok itu memejamkan matanya dan membalas dekapan Tera.

Hujan akhirnya berhenti pada pukul 1, langit berubah kembali menjadi cerah. Dan mereka kembali melanjutkan jalan-jalan mereka.

Malam harinya, keduanya berjalan seraya bergandengan tangan. Menghabiskan waktu untuk menutup kegiatan hari ini meskipun tadi tak berjalan baik, namun sangat berkesan untuk keduanya.

"Alf, ada bintang jatuh." Tera berseru saat tak sengaja melihat bintang jatuh sambil menunjuk ke arah langit malam.

" Tera berseru saat tak sengaja melihat bintang jatuh sambil menunjuk ke arah langit malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alfa menoleh ke arah mana telunjuk Tera mengarah. "Iya!"

Tera menoleh menatap Alfa. "Ayok buat permohonan," ajak Tera dengan senyuman.

Alfa menoleh ke arah Tera. Cowok itu lalu mengangguk.

Senyuman Tera semakin lebar. Cewek itu mulai memejamkan matanya dengan tangannya yang saling menggenggam satu sama lain dan mulai membuat permohonan.

Alfa ikut menutup matanya dengan tangan yang saling bertautan. 'Gue berharap, kebahagian ini gak pernah hilang!'

Cowok itu membuka matanya, ia lalu menoleh ke arah Tera yang masih memejamkan matanya.

"Apa harapan lo?" tanya Alfa penasaran setelah Tera membuka matanya.

Tera menoleh menatap Alfa. "Harapan itu gak boleh di kasih tau, nanti gak di kabulin."

Alfa terkekeh pelan.

Tera cemberut. "Kok lo ketawa?"

Alfa tersenyum tipis. Tangannya terangkat mengelus rambut Tera pelan. "Kagak!"

Tera meraih tangan Alfa untuk digenggam kembali. "Alfa," panggil Tera.

"Mm?"

"Kalo kita nikah nanti, gue mau anak kita mirip lo. Soalnya lo ganteng."

"Tapi gue pengen anak kita mirip lo deh," pungkas Alfa.

"Kenapa?" tanya Tera dengan rasa penasaran.

"Mau aja," tukas cowok itu sambil mencium punggung tangan Tera lalu tersenyum.

Tera yang diperlakukan seperti itu menunduk malu.

"Bahagia gue itu lo, Ra."

-----------


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️






ILY Alfarel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang