Semilir angin malam berembus kencang menusuk kulit lengan Sagraini yang tak terbalut apa pun, gadis remaja itu membuang napas kasar dan sesekali berdecak kesal. Malam ini entah kenapa terasa begitu mencekam baginya. Bagaimana tidak? Ia berkeliling menggunakan sepeda motor bututnya di tengah-tengah jalanan sepi dan minim cahaya. Awalnya, Sagraini keluar hanya untuk menenangkan pikirannya, sebab di rumah kedua orang tuanya sibuk berkelahi, entah apa yang mereka pertengkarkan lagi. Sagraini muak berada di sana hingga memilih keluar untuk mencari ketenangan, tetapi ketenangan itu malah berujung malapetaka, ia terjebak di jalanan hening dan sepi karena motor kesayangannya tiba-tiba mogok.
Sagraini menendang ban motornya dengan kesal. "Bocor lagi? Perasaan baru kemarin gue tempel." Dengan malas, Sagraini mendorong motor itu tak tentuh arah, terus lurus dan jika ada pembelokan pun ia membelok asal, yang penting dirinya bisa menemukan sebuah perumahan atau kalau bisa langsung bengkelnya saja.
Beberapa menit setelah berjalan sambil mendorong motornya, Sagraini tak menemukan tanda-tanda perumahan maupun bengkel. Namun, sebuah suara berisik yang perlahan-lahan terdengar dari indra pendengarannya membuat Sagraini mempercepat dorongan motornya. Apa mungkin ada orang? Jika memang ada ia bisa meminta tolong.
Daebak! Sagraini melihat bengkel di perempatan sana, tetapi langkah Sagraini tertahan begitu saja saat tahu bahwa di perempatan sana banyak segerombolan cowok yang berkumpul. Sejujurnya Sagraini benci keramaian, apalagi modelan seperti mereka, terlihat seperti anak berandalan yang sukanya keluyuran tengah malam. Sagraini baru saja akan berbelok arah tetapi sebuah teriakan dari arah segerombolan cowok tadi menghentikan langkahnya.
"WOI CEWEK!"
Haruskah Sagraini memaki malam ini? Kenapa rasanya ia terus saja ditimpa kesialan? Kenapa pula mereka harus melihatnya? Sagraini kembali berbalik, ia tak bergerak sedikit pun melainkan diam di tempatnya sambil menatap satu laki-laki yang berjalan kearahnya.
"Lo ngapain di sini?"
Karena perbedaan tinggi, Sagraini harus mendongak untuk menatap cowok itu. Sementara cowok di hadapan Sagraini sekarang mengerutkan keningnya bingung. "Lo dengar gue, kan?"
"Ban motor gue bocor, lo bisa tempel ban nggak?" Sontak kalimat tak berdosa itu meluncur dari bibir Sagraini.
Salah satu dari teman cowok tadi ikut mendekat, ingin rasanya ia tertawa mendengar permintaan gadis itu. "Lo pikir ini bengkel?"
"Tempat ini mirip bengkel," jawab Sagraini datar, tetapi di mata mereka Sagraini malah terkesan lugu yang membuat cowok-cowok di sana menahan tawa.
"Lo denger, Kla? Dia ngatain tongkrongan kita bengkel." Cowok itu melipat tangannya di depan dada sambil menatap Sagraini remeh sementara Sagraini menaikan alisnya satu, jadi ini tongkrongan?
"Ini bukan bengkel." Suara yang terdengar tajam itu menusuk indra pendengaran Sagraini.
"Sorry, gue pikir ini bengkel." Usai mengatakan hal itu, Sagraini memutar badan dan akan segera pergi. Namun, seseorang menarik kerah baju belakangnya dengan kuat yang membuat Sagraini hilang keseimbangan dan akibatnya motor sepeda Sagraini terjatuh.
Salah satu dari mereka menendang ban motor Sagraini dengan kasar. "Motor butut kayak gini ngapain lo pakai? Ini mah rongsokan bukan motor!"
Mereka semua tertawa seakan-akan kalimat tadi adalah sebuah lelucon.
"Lo Yanti apa Yanto sih?" tanya seorang cowok yang Sagraini pikir telah menarik kerah bajunya tadi.
"Lo nggak liat asetnya berisi gitu?" celetuk temannya dengan nada mengejek.
Kali ini, suara tawa itu lebih keras sehingga Sagraini mengepalkan tangannya kuat.
"Mana, Kis? Gue nggak liat tuh, datar-datar aja perasaan," sahutnya dengan tatapan nakal yang tertuju pada dada Sagraini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRAKER ✔
Teen FictionSagraini Anastassya adalah murid baru di kelas sebelas yang masuk melalui jalur beasiswa, ketika masuk ke dalam SMA Rauklan ia sudah bertekad untuk tidak mencari masalah apa pun dan berusaha hidup dengan tenang. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba...