Sagraini berjalan santai di koridor yang akan membawanya menuju perpustakaan. Ia ingin ke perpustakaan untuk sekadar membaca buku, lagi pula sudah lama ia tak ke sana.
Namun di tengah perjalanan niatnya untuk pergi ke perpustakaan langsung terurung sebab ada seseorang yang mencegahnya.
Sagraini menaikkan alisnya satu. Ada perlu apa lagi cowok ini? Demi apapun, ia malas berbicara sekarang, apalagi mengenai pembahasaan yang sama lagi.
Azalais mencekram pergelangan tangan Sagraini, tak begitu erat namun mampu menghentikan pergerakan gadis itu. "Mau ke mana lo?"
"Penting banget lo tahu?" Sagraini membalas sinis.
Azalais menarik tangannya kembali, lalu melipat tangannya di depan dada. "Lo bener-bener orang yang ngebunuh Louis, kan?" Tanyanya.
Sagraini ikut bersedekap dada hingga keduanya mengeluarkan aura yang menantang satu sama lain, raut wajah Sagraini terlihat tenang. "Kenapa? Lo ragu sama tuduhan lo sendiri?" Sesaat. Sagraini terkekeh. "Gue pembunuhnya atau enggak, lo nggak perlu tahu."
Azalais terdiam.
"Lagian lo ngapain nanya kayak gitu? Udah punya bukti kalau gue nggak bersalah?" Sagraini menyunggingkan senyum miring. Gadis itu memainkan ekspresi wajahnya yang membuat Azalais sempat kebingungan.
Azalais sontak mengepalkan tangannya. "Malah sebaliknya. Gue dapat bukti yang semakin memperkuat dugaan gue."
"Tapi ... Gue nanya soal Alfariziv," lanjut Azalais dengan nada datar.
Sagraini mengerutkan keningnya. Mengapa cowok ini terlalu bertele-tele?
"Apa lo dan Ziv kerja sama buat ngebunuh Louis?" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Azalais. Kenapa Azalais langsung beropini seperti itu?
Sagraini menatap Azalais tak percaya. Dia mencurigai temannya sendiri?
Sagraini sampai dibuat tercengang. Apa katanya? Kerja sama?!
"Lo gila?" Balas Sagraini sembari menatap cowok itu tajam. "Lo ngeraguin teman lo sendiri?" Sagraini menekan kata 'Teman' di kalimatnya.
Azalais membuang pandangannnya, perasaannya campur aduk usai mengatakan hal tadi.
Sagraini mendecakkan lidah lalu pergi begitu saja meninggalkan Azalais seorang diri.
"Teman?" Ulang Azalais. "Apa dia nyata?"
Azalais tersenyum pahit lantas melangkah jauh.
....
Reokla duduk di gazebo seraya membaca komentar tak berguna dari postingan meninggalnya Louis.
Dan secara tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya. Reokla tersentak kecil, ia menoleh ke samping kanannya. "Kayla?"
Kayla tersenyum manis. "Kamu ngapain di sini?"
Reokla balas tersenyum, namun senyuman yang tipis. "Main ponsel. Lo dari mana?"
"Kantin, habis makan, aku bingung mau ke mana eh ngeliat kamu sendirian di sini jadi aku samperin deh."
Reokla terkekeh. "Dua temen cowok lo mana?"
Kayla mengerucutkan bibirnya sebal. "Nggak tahu, deh. Mereka tuh suka tiba-tiba ngilang habistuh dateng kayak jalangkung."
Reokla lagi-lagi tertawa.
"Reo," panggil Kayla pelan, tatapannya mengarah pada wajah tampan Reokla.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRAKER ✔
Teen FictionSagraini Anastassya adalah murid baru di kelas sebelas yang masuk melalui jalur beasiswa, ketika masuk ke dalam SMA Rauklan ia sudah bertekad untuk tidak mencari masalah apa pun dan berusaha hidup dengan tenang. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba...