Atarah menumpu dagunya dengan kedua telapak tangan sambil menunggu Sagraini keluar dari kamar mandi. Tak lama kemudian, orang yang sedari tadi Atarah tunggu pun keluar, Atarah berdiri dengan mimik muka kesal. "Lo ngapain sih Sag di dalem? Sampai lumutan gue tunggunya!"
Sagraini menyengir lebar. "Sorry, Ta. Gue tadi lagi pilih gaun yang lo kasi. Soalnya gaun lo terlalu terbuka, jadi gue pikir gue nggak bakal pakai gaun."
Atarah melipat tangannya di depan dada. "Kita mau ke pesta, Sag! Lo mau pakai apa lagi kalau bukan gaun?! Lagian yang namanya gaun itu pasti modelnya begituan semua. Nggak ada tuh yang nutupin semua tubuh lo!"
Sagraini terdiam sebentar, kemudian melirik Atarah. "Lo punya rok sama kemeja?"
Atarah menaikan alisnya satu. "Mau ngapain lo?"
Sagraini berdecak, ia segera mendorong Atarah ke lemari besar gadis itu. "Gue nggak bakal pakai gaun, jadi kalau lo punya rok sama kemeja gue bakal pakai itu."
Atarah melotot. "What the fuck?! Sagra! Ini udah zaman ke berapa?! Lo masih mau pakai pakaian kuno kayak gitu ke pesta?"
Sagraini memutar bola matanya malas. "Gue nggak terbiasa pakai gaun, dan kalau gue lihat lebih teliti lagi, gaun lo semua mahal-mahal, gue nggak mau kotorin gaun lo. Jadi mending gue pakai baju yang simple aja."
Atarah mendengus geli. "Gaun gue itu banyak, yakali gue pinjemin lo baju kuno begituan?"
"Gue udah bilang kan, kalau gue nggak suka ke pesta. Jadi jangan banyak protes, dan yang maksa gue pergi siapa?" Sagraini menatap datar.
"Gue," Atara menyahut sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Jadi yang harus lo turutin maunya siapa?"
"Lo." Beberapa detik setelahnya, Atarah menggeram kecil. "Fine! Terserah."
....
Demi apa pun, Sagraini bersumpah akan mencakar-cakar wajah Atarah jika mereka tak lagi sedang di dalam acara seperti ini. Atarah membohonginya, ini bukan pesta ulang tahun melainkan pesta merayakan sesuatu yang bahkan Sagraini tak tahu apa tujuan diadakannya pesta ini. Pantas saja Atarah memaksa dirinya memakai gaun itu.
Sagraini duduk di kursi kecil seraya menatap datar kearah Atarah yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Sial. Dia benar-benar diasingkan. Atarah tak hanya membohonginya soal pesta, gadis itu juga bohong perihal akan pulang cepat. Buktinya sudah dua jam lebih mereka di sini, dan tak ada tanda-tanda Atarah ingin pulang.
Sagraini hanya diam bak patung di pojok ruangan sambil memegang segelas jus. Jika kalian tahu bagaimana perasaan Sagraini saat ini, dapat dipastikan kalian juga akan ikut tersulut emosi sama sepertinya. Duduk diam dengan waktu yang cukup lama kemudian dikelilingi oleh banyak orang asing dan minum jus tanpa berkata apa pun, itu benar-benar menjengahkan.
Ingin rasanya Sagraini menyeret Atarah dan memaki-maki gadis itu. Namun sayangnya, Sagraini dan Atarah memiliki posisi yang cukup membentang jarak. Posisi mereka berbeda, Atarah berada di tengah-tengah orang berdansa sementara Sagraini berada di sudut ruangan dengan wajah yang ditekuk. Sagraini merasa seperti orang bodoh.
Sagraini meneguk jusnya hingga tandas, gadis itu meletakkan gelas tersebut di meja kecil dengan kasar. Ia mendengus kesal sebelum berdiri hendak menjauh dari tempat memuakkan ini. Sagraini berjalan tanpa arah, hingga ia tiba di sebuah taman yang cukup sepi. Musik masih terdengar walau tak begitu keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRAKER ✔
Teen FictionSagraini Anastassya adalah murid baru di kelas sebelas yang masuk melalui jalur beasiswa, ketika masuk ke dalam SMA Rauklan ia sudah bertekad untuk tidak mencari masalah apa pun dan berusaha hidup dengan tenang. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba...