12. Egois

20.2K 1.4K 303
                                    

Lucenzo menghela napas berat, kedua netranya menangkap Reokla yang sedang termenung di atas brankar dengan pandangan lurus ke arah jendela. "Kla," panggil Lucenzo, "Lo nggak usah pikirin perkataan Louis di rooftop tadi."

Reokla menunduk, kedua matanya terpejam, dan napasnya pun terdengar berat saat Lucenzo mengatakan hal itu.

"Dia cuman pengin kita semua nggak kacau balau, Kla. Jangan salah paham sama niatnya," jelas Lucenzo, berusaha membuat Reokla paham. "Louis takut kejadian sebelumnya terulang lagi."

"Gue tahu," sahut Reokla akhirnya, "Gue tahu kalau Louis punya niat baik."

Lucenzo mengangguk, beberapa detik setelahnya ia terdiam. Haruskah Lucenzo mengatakan semuanya pada Reokla?

Reokla kembali memalingkan pandangannya kearah jendela.

"Gue mau kasih tahu sesuatu tentang Sagraini," ujar Lucenzo yang membuat atensi Reokla kembali terpancing.

Reokla mengalihkan pandangannya kepada Lucenzo, ia menaikan alisnya satu. "Apa?"

"Sebenarnya ... dia cewek yang-"

"Lo mau bilang juga kalau Sagraini cewek itu?" tebak Reokla tepat sasaran, bibirnya membentuk senyum miring ketika menyadari bahwa Lucenzo sempat terkejut mendengar perkataannya.

"Gue belum bisa percaya," pungkas Reokla bernada datar. "Meskipun lo dan Louis berusaha kasi tau gue tentang dia dengan cara apa pun, gue nggak bakal pernah percaya kalau bukan gue sendiri yang pastiin."

"Maksud lo?" Lucenzo mengernyitkan keningnya bingung.

"Sebenarnya, rencana gue bukan buat dia jatuh cinta sama gue," kata Reokla, "Gue sama sekali nggak minat dan nggak mau berurusan sama dia. Tapi karena kecurigaan Louis itu, gue bertekad buat cari tahu siapa dia sebenarnya."

Lucenzo terdiam dengan pikiran bercabang ke mana-mana. Kenapa Reokla ingin melakukan ini padahal Louis sudah mengatakan kebenarannya berkali-kali? Bukankah sama saja ia membuang-buang tenaganya? Kebenaran ada di depan mata, tapi Reokla memilih mencari tahu sendiri. Lebih tepatnya, Reokla menolak mempercayai fakta yang diberikan Louis.

"Tapi bukannya-"

"Gue harus cari tahu sendiri, gimana kalau Louis cuman salah paham soal dia?" potong Reokla.

"Yang paling cerdik di antara kita itu Louis, semua informasi yang dia bilang itu hampir seratus persen benar semua. Emang lo pernah dapet informasi palsu dari dia? Enggak, kan?" balas Lucenzo penuh keyakinan.

"Nggak pernah, tapi hari ini informasinya belum seratus persen benar," tukas Reokla dingin.

Lucenzo mengembuskan napas kasar, sangat susah jika menjelaskan ini kepada orang keras kepala seperti Reokla. "Buat apa lo ngelakuin semuanya kalau kebenarannya udah di depan mata, Kla?" tanya Lucenzo frustasi, lama-lama greget juga dengan Reokla.

"Bagi gue, belum ada bukti yang pasti. Mungkin lo dan Louis udah yakin sepenuhnya. Tapi untuk saat ini, gue perlu bukti yang benar-benar jelas, bukan penjelasan sampah lo semua," balas Reokla yang tanpa sadar membuat emosi Lucenzo tersulut.

"Sampah?" ulang Lucenzo seraya terkekeh sinis. "Benar yang dibilanf Louis, lo itu egois."

Reokla terdiam.

"Louis nganggep lo udah kayak saudara, dia nasehatin lo biar nggak ngelakuin kesalahan fatal lagi, tapi dengan santainya lo ngatain semua kata-katanya sampah?" Lucenzo menatap Reokla tajam. "Gue awalnya mau sembunyiin tentang kebenaran Sagraini dari lo. Tapi gue sadar, kalau gue sama aja ngebiarin lo terjerumus ke jurang yang lebih dalam, untungnya Louis sadarin gue."

SRAKER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang