Sagraini kembali membuang napas gusar, iris matanya menatap knop pintu yang sedari tadi ia genggam. Pak Theo mengatakan bahwa ia berada di kelas 11 IPA 1.
Sagraini dapat mendengar sebuah suara yang tengah menjelaskan materi. Sagraini takut ketika dirinya membuka pintu malah akan membuat guru itu marah karena dirinya telah mengganggu pelajaran, tapi ... Sagraini berada di kelas ini, ia harus segera masuk sebagai murid baru.
"Kenapa nggak masuk?"
Sagraini tersentak kecil, ia menoleh ke belakang kemudian bergegas menatap ke depan lagi saat tahu pemilik suara itu.
"Masuk," titah Louis.
"Iya-iya, lo pergi aja sana!" Sagraini menatap sebal pada Louis.
Cowok itu mendengus kecil, ia maju beberapa langkah hingga tubuh Sagraini bergeser sedikit.
Sagraini menggeram kesal. "Lo-"
"Sttt .... "
Sagraini membeku kala jari telunjuk Louis menyentuh bibirnya, ia menepisnya cepat. "Jangan sentuh gue!"
Louis mengangkat alisnya satu, kemudian terkekeh pelan. "Jari telunjuk gue aja udah lo marahin. Apa kabar sama bibir Reokla?"
Sagraini melipat tangan di depan dada, ia benci jika Louis mengungkit-ngungkit kejadian itu. Sementara Louis kembali tak acuh, cowok jangkung itu memegang knop pintu lalu memutarnya. "Permisi, Bu," sapa Louis pada Bu Kara.
Bu Kara yang sedang menerangkan materi terhenti sejenak mendengar suara seseorang, ia menatap ke arah pintu kelas yang terbuka lebar.
"Eh, Louis?" sahut Bu Kara, wanita itu menyimpan buku paket di mejanya lalu menghampiri Louis. "Ada keperluan apa, Nak?"
Louis menggeleng. "Cuman nganterin murid baru ini." Ia bergeser ke samping sehingga semua dapat melihat tubuh Sagraini yang terlihat memang sengaja bersembunyi di balik punggung tegap Louis.
Louis menahan tawa melihat raut keterkejutan Sagraini. Bu Kara mendekati gadis itu yang masih berdiri dengan raut bingung. "Kamu murid baru?"
Sagraini sontak mengangguk kecil, gadis itu menunduk. "Iya, Bu. Maaf, saya terlambat."
Bu Kara tersenyum memaklumi. "Nggak pa-pa, ini hari pertama kamu, Ibu masih bisa mentoleransi hal itu. Lain kali, lebih disiplin lagi, ya?"
"Iya, Bu, saya usahakan," ujar Sagraini sopan.
Louis melirik Sagraini, ia tersenyum tipis sekilas lalu beralih menatap Bu Kara. "Kalau begitu saya permisi dulu, Bu."
Bu Kara menoleh pada Louis. "Ah iya, terima kasih ya Louis."
Louis tersenyum menanggapi, cowok itu bergegas pergi meninggal kelas 11 IPA 1.
"Silahkan perkenalkan diri kamu."
Sagraini melangkah masuk, gadis itu bergidik saat merasa mereka semua menatap dirinya intens. Apakah ada yang mengenali dirinya? Apakah mereka masih mengingat kejadian di lapangan itu? Apakah mereka mengingat jelas wajahnya?
Oh, sial. Jika mereka mengenal Sagraini, maka habislah dia! Bu Kara menepuk bahu Sagraini saat melihat anak muridnya itu bergeming saja. "Nak, ada apa?"
Sagraini tersadar dari lamunannya, ia menggeleng cepat. "Nggak pa-pa, Bu."
"Segera perkenalkan diri kamu."
Sagraini mengedarkan pandangannya, ia menarik napas panjang lalu berkata, "Sagraini Anastassya, pindahan dari SMA Surakarta. Salam kenal semuanya."
Semua murid-murid menyahut memperkenalkan diri mereka masing-masing sehingga kelas itu menjadi sedikit bising.
KAMU SEDANG MEMBACA
SRAKER ✔
Teen FictionSagraini Anastassya adalah murid baru di kelas sebelas yang masuk melalui jalur beasiswa, ketika masuk ke dalam SMA Rauklan ia sudah bertekad untuk tidak mencari masalah apa pun dan berusaha hidup dengan tenang. Namun, entah kenapa dirinya tiba-tiba...