Bagian 22

16K 1.1K 332
                                    

Sagraini menenteng satu tote bag di tangan kirinya sembari mengayunkan kaki menuju taman belakang sekolah sesuai ucapan Reokla tadi.

Sebelum ini, Atarah sempat meng-interogasinya. Sagraini sudah memberi alasan telak namun gadis itu tetap kekeuh tidak mempercayainya.

Dan pada akhirnya Sagraini menjelaskan semuanya dengan syarat gadis itu bisa menutup mulutnya.

Atarah menurut dan berjanji tidak akan menyebarkan hubungan mereka. Sagraini lega mendengar hal itu, lagian mulut Atarah tidak asal ceplas ceplos. Setidaknya itu yang Atarah katakan padanya.

Sagraini telah sampai di taman belakang sekolah, ia melihat Reokla yang duduk di bangku seorang diri. Sagraini bergegas mendekati cowok itu, ia duduk di sampingnya. "Udah lama?" tanya Sagraini seraya memangku tote bag nya.

Reokla menoleh. Wajahnya terlihat datar. Oh, apakah cowok ini marah?

Sagraini memasang wajah kasian, berharap cowok itu luluh. "Maaf ya, gue tadi habis ke kelas."

"Lo ngapain ke kelas?!" balas Reokla galak.

Sagraini menunjuk tote bagnya. "Gue habis dari kelas ngambil ini."

Reokla menatap tote bag tersebut. "Ini apa?"

Sagraini mengulas senyum manis. Ia mengeluarkan isi dari tote bag tersebut kemudian menunjukkannya pada Reokla. "Gue bawain lo bekal."

Reokla mengernyit. "Bekal? Bekal apa?"

Sagraini membuka penutup tupperwarenya. "Tadaaaa!"

Reokla menyipitkan matanya. "Nasi goreng?" Sedetik kemudian ia berseru, "Ini makanan kesukaan gue. Lo tau dari mana?!"

"Oh ya?" Sagraini memiringkan kepalanya. "Gue nggak tau kalau ini makanan kesukaan lo. Gue masakin ini karena gue mau."

Reokla menatap bekal Sagraini. "Mama suka masakin gue nasi goreng. Karena itu gue suka ini."

Sagraini memberi tepukan kecil di pundak Reokla. "Dan sekarang gue yang masakin lo nasi goreng. Ayo di coba!"

Reokla mengangguk, cowok itu membuka mulutnya. "Suapin dong."

Sagraini mendengus. "Apaan sih, kayak anak kecil aja lo. Makan sendiri!"

Reokla mengerucutkan bibirnya. "Nggak ada romantis-romantisnya lo." Ia merebut tempat bekal Sagraini lalu menyendokkan satu suapan ke mulutnya.

Sagraini tertawa pelan melihat ekspresi Reokla yang nampak cemberut.

Reokla menelan habis satu suapan itu. Iris matanya menatap Sagraini penuh selidik. "Kok rasanya sama kayak masakan mama?"

Sagraini terdiam.

"Sag? Masakan lo sama kayak mama gue," ulang Reokla sekali lagi. Dia tidak berbohong. Rasa nasi goreng Sagraini persis dengan masakan mamanya.

Sagraini menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ah masa sih? Lidah lo eror kali!"

Reokla menggeleng. "Enggak. Gue masih tau gimana rasanya masakan mama. Nasi goreng lo persis kayak masakan mama."

"Kebetulan aja, mungkin?" Sagraini juga ragu.

Reokla kembali menyendokkan satu suapan ke mulutnya. Ia mengunyah cepat.

"Pelan-pelan aja. Nanti keselek," tegur Sagraini.

Reokla menurut. Ia menelannya. "Dulu mama suka masakin nasi goreng buat papa. Mama pernah buatin gue nasi goreng tapi gue tolak."

"Kenapa?"

"Gengsi. Gue masih marahan sama dia."

Sagraini menahan tawanya.

SRAKER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang