Bagian 31

12.4K 899 52
                                    

"Seharusnya lo nggak ngomong kayak gitu."

Saat ini Lucenzo berada di dalam mobil bersama Alfariziv. Cowok itu sedang menyetir seperti orang kesetanan tanpa mengindahkan kendaraan yang banyak.

Alfariziv tetap fokus menyetir tanpa menjawab pertanyaan Lucenzo. Suasana hatinya benar-benar tidak baik saat ini.

Lucenzo menghela napas kasar. "Ziv gue tahu lo cuman asal ngomong aja."

"Gue nggak pernah bicara omong kosong, Luc," balas Alfariziv penuh penekanan, ia tak suka cara bicara Lucenzo yang seakan-akan menganggap dirinya pembohong.

Lucenzo mendengus sebal. "Ayolah, nggak usah bohong, di sini cuman ada gue."

Alfairizv mencekram stir dengan erat. "Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri apa yang terjadi saat di pemakaman Kaizen."

Kali ini Lucenzo terdiam. Kenapa jadi membawa-bawa nama Kaizen? Memang apa hubungannya?

"Gue lihat cara Kla memperlakukan Sagra layaknya perempuan rendahan."

"Maksud lo?" tanya Lucenzo tak mengerti,

Alfariziv melirik Lucenzo sementara lalu memelankan laju mobilnya. "Kemarin gue mau ke makam Kaizen tapi tanpa sengaja gue ngelihat Sagra ada di situ, dia cerita sambil nangis-nangis di makam Kaizen terus tiba-tiba Kla datang marah-marah."

"Kenapa?"

"Dia cemburu."

Lucenzo tercengang. "Dia cemburu sama siapa?! Yang bener aja!"

"Mayat." Alfariziv menjawab dengan datar, bibirnya menyunggingkan senyum sinis, "Dari dulu kalau menyangkut perasaan Kla memang gila."

"Temen lo tuh," balas Lucenzo tak habis pikir.

"Bukan temen gue, sih," balas Alfariziv tak sudi, "Gue nggak punya temen sebajingan dia."

"Kalau kayak gini, gue dukung lo," ujar Lucenzo seraya bersedekap dada, "Perbuatan Kla nggak harus ada pembenaran, dia harus di kasi pelajaran dulu biar tobat karena kalau sekadar ucapan aja dia bakal menye-menye jadi mending biar dia rasain aja akibat perbuatannya."

Alfariziv mengangguk tipis, ia juga berpikir begitu.

"Gue dapet kabar dari Dokter," kata Lucenzo tiba-tiba.

"Hm?"

"Kondisi Louis udah baikan tapi dia belum sepenuhnya siuman, Dokter memprediksi kalau Louis bakal siuman malam ini atau besok."

Alfariziv sedikit kaget sekaligus senang, ia kemudian memfokuskan menyetirnya seraya berkata, "Serius?"

Lucenzo mengangguk. "Iya, gue bersyukur banget kalau Louis siuman karena semua masalah ini nggak akan memanjang kalau dari dulu Louis nggak koma."

"Kayaknya malam ini kita harus jenguk Louis, siapa tahu dia siuman kan?" imbuh Lucenzo sambil terkekeh pelan.

Alfariziv secara tiba-tiba mencekram stirnya, netranya menajam ketika sempat melirik ke arah tubuh Lucenzo.

Lucenzo mengernyit saat menyadari perubahan Alfariziv. "Kenapa lo?"

Alfariziv menepikan mobilnya sejenak yang membuat Lucenzo semakin dibuat kebingungan. "Lah, kok di berhentiin?"

"Sttt .... " Alfariziv menempelkan jari telunjuknya kearah bibirnya mengisyaratkan Lucenzo agar diam.

Lucenzo yang paham pun menutup mulutnya rapat.

Alfariziv mengulurkan tangannya kemudian mengambil sesuatu di balik jaket yang di kenakan Lucenzo, kemudian ia memperlihatkan benda itu pada Lucenzo.

Lucenzo menegang, ia menatap Alfariziv seraya berbicara tanpa mengeluarkan suara.

SRAKER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang