"Hei, apa yang terjadi? Ada yang bisa ku bantu?"
Lea yang sedang berjongkok mencoba meletakkan dongkrak ke kolong mobil, memutar kepalanya dan melihat ada seseorang berdiri di belakang. Lantas dia mendongak ke atas untuk melihat sosok itu. Sean.
"Oh, Terima kasih, Tuhan," ucap Lea legah. "Aku tidak tahu cara melakukan ini. Aku perlu bantuan. Apa kau bisa?"
Sean melihat ban belakang mobil sedan tua yang dikendarai Lea memang kempis, dan Lea berniat menggantinya dengan ban cadangan yang sudah wanita itu keluarkan.
"Biar aku saja." Sean tersenyum dan mulai mengambil alih kerjaan Lea.
Tak disangka, pria yang kemarin Lea lihat kini berada di hadapannya. Baru saja dia ingin mencari tahu. Benar kata pepatah; bila ada niat, pasti ada jalan. Semoga saja rencana Lea berhasil.
Jika dilihat dari penampilannya, Sean tak kalah jauh dari Jeff. Hanya saja Sean berkulit putih, sedangkan Jeff... mungkin kebanyakan berjemur di luar. Mereka sama tingginya, dan juga atletis. Lihat saja bisep Sean yang terbuka. Belum lagi urat - urat di tangannya. Bisa Lea bayangkan Sean pasti tipe pria pekerja keras. Ya, terutama di ranjang.
Hei, ada apa dengan pikirannya? Mengapa pria - pria di pelosok ini membuat Lea selalu berpikiran kotor?
Sial, apa Lea sudah basah lagi sekarang?
"Selesai. Kau bisa mengendarai mobil tua ini lagi sekarang."
Lea terkejut. "Bagaimana bisa secepat itu?"
"Ku pikir kau di sampingku tadi memerhatikannya. Apa yang Nyonya Morisson lakukan sepanjang tadi? Menatap dengan penuh puja pria lain selain suamimu?"
Rasanya Lea terpental kuat dan tertohok mendengar penuturan pria berambut pirang ikal itu. Terdengar seperti tuduhan, tetapi dikemas dalam bentuk candaan dan ... godaan?
"Oh, aku sedang banyak pikiran tadi. Maaf. Ah, dan terima kasih atas bantuanmu, " jawab Lea sesantai mungkin. Jika dinilai, Sean sepertinya tipe pria yang frontal juga. Lea sepertinya cocok dengan pria. seperti Sean.
Namun, pria itu hanya diam menatap Lea. Membuat wanita berambut jahe itu risih, karena terus ditatap tanpa henti mulai dari ujung rambut hingga kaki. Sebenarnya itu sangat tidak sopan dan senonoh. Jika bukan karena rencananya, Lea mungkin akan mundur.
"Aku Sean River. Kuharap kau ingat namaku, " ucap pria itu seraya menggenggam tangan Lea dan mengecupnya lama.
Lea dengan bodohnya hanya diam atas aksi pria itu, dan baru tersadar ketika Sean kembali tegak.
"Oh, ya. Aku lupa memperkenalkan diri. Panggil saja aku Lea."
Anehnya, Sean hanya tersenyum. Hanya saja senyumnya seperti penuh arti.
"Bagaimana sebagai bayarannya kau mentraktirku di Charlie?" Sean tiba- tiba memutari Lea dan memojokkanya di badan sedan tua itu. "Malam ini kebetulan aku kosong."
Apa yang dilakukan Sean membuat jantung Lea berdebar kencang. Pria itu sepertinya cukup agresif. Apa sebaiknya dia tidak jadi memilih Sean?
"Malam ini?" Kebetulan sekali Jeff tidak ada di rumah hingga besok. Lea bisa menggunakan kesempatannya. "Oke, malam ini. Kita berjumpa di sana. "
Selepas itu Sean lalu kembali ke truknya. Sedangkan Lea...
"Oh, kuharap kali ini bukan suatu kebodohan. Jangan merusak hidupmu, Lea!"
***
Lea baru saja akan menuju kamarnya dari arah dapur begitu didengarnya suara mesin truk Jeff tiba. Bukankah Jeff rencana pulang besok? Kenapa malam ini?
Jam di dekat perapian sudah menunjukkan tepat pukul satu. Segera Lea berjalan ke arah pintu.
"Jeff?" Lea bersuara sebelum membuka pintu. "Kau kah itu?"
"Tolong bukakan pintu, Ginger. Aku terluka, " sahut Jeff dari luar.
Seketika Lea panik. Dia buru- buru membuka pintu dan melihat keadaan Jeff.
"Astaga, Jeff! Apa yang terjadi?" Lea melihat tangan pria itu berdarah dengan luka sayatan yang menganga, serta bau alkohol yang sangat keras. "Ayo, cepat masuk."
Lea mendudukkan Jeff di sofa depan perapian, dan dengan cepat mengambil kotak pertolongan pertama untuk mengobati luka tersebut.
Isi kotak itu lebih dari lengkap. Bahkan Lea lihat ada bak instrumen untuk menjahit luka.
"Lukamu harus dijahit, Jeff. Kau mau aku melakukannya? Kebetulan aku bisa. "
Jeff memandang horor wajah wanita di depannya.
"Oh, ayolah, Tuan Keras Kepala. Jika tidak, kau akan kehilangan banyak darah serta tanganmu. "
Dan itu semakin membuat wajah Jeff pucat pasi. Pasalnya Lea juga bukanlah orang medis.
"Kau yakin bisa melakukannya? Biasanya Marry yang membantuku."
"Ya, tapi dia sedang ke luar kota jika kau lupa. Kau ingin menunggunya saja? Silakan. Kalau begitu aku tidur."
Jeff memejam matanya dan menarik napas. "Oke. Lakukan. Jika kau gagal, aku akan menguburmu hidup- hidup, Ginger," ancamnya pada Lea.
Namun, Lea tak mendengar ucapan Jeff yang seperti biasanya sangat mengesalkan. Fokus pada peralatan medis di depannya sembari mempersiapkan tangan yang akan dijahitnya itu.
Ternyata Lea lumayan ahli melakukannya. Wanita itu tidak canggung sedikit pun. Sama seperti yang dilakukan Marry yang dulunya notabene adalah perawat. Jeff menilai jika kinerja Lea cukup rapi dan cekatan. Mulai dari caranya memasang sarung tangan karet, membersihkan luka, menganastesi, sampai melakukan jahitan dan kembali membersihkan lukanya, sangat terlihat profesional. Apa karena wanita itu banyak bergaul dengan perawat dan dokter di rumah sakit tempatnya bekerja?
"Sudah. Kau bisa istirahat sekarang. Jangan lupa minum obat anti nyeri dan antibiotik setelah ini." Lea membuka sarung tangan karet sekali pakai pada nirbeken dan membawanya segera ke dapur.
Jeff tidak bisa percaya. Jahitannya sudah selesai secepat itukah? Jika dilihat ada tujuh jahitan di tangannya. Sangat rapi
"Kau yakin ini tidak apa- apa, Ginger? Kau yakin lukaku tidak akan infeksi dan membuatku mati?" teriak Jeff.
"Jika kau tidak percaya, silakan buka kembali jahitannya dan lakukan sendiri," sahut Lea dari dapur.
Tentu Jeff hanya bercanda. Dia bersyukur tanganya masih bisa selamat dan lukanya dapat diatasi
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Lea datang dan membawakan air minum untuk Jeff.
"Ah, itu ... " Jeff menunjukkan wajah konyol. "Biasa. Pria dan ototnya."
Lea memutar matanya. "Terserah. Aku ingin tidur. Kau istirahatlah. Jangan melakukan hal bodoh lagi atau jahitanmu akan lepas."
Namun, Jeff mencegahnya. "Oh, ayolah, Ginger. Penasaranlah sedikit. Ayo lebih usaha lagi menanyakanku."
"Aku sudah bertanya tadi jika kau lupa." Siapa yang tidak kesal dipermainkan. Masalahnya ini sudah jam berapa? Lea mengantuk dan sama sekali tak penasaran.
"Sean River."
Dahi Lea mengerut. Apa hubungannya dengan pria itu.
"Aku menghajarnya, karena dia mengatakan akan merebut istriku. Sudah kubilang jauhi dia."
___
Omg aku lupa update Jeff- Lea
Semoga masih ada yang nungguin mereka.So sorry aku lagi hectic bgt di rl, tp tetap kuusahain update
Jangan lupa
Follow
Vote
Comment.Jangan jadi sider ya... Setidaknya pencet bintang gak buat kalian rugi
😁😁😁Thank you
🙏🙏🙏Ann.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found A Stranger In My House
RomanceLea Winter dikejutkan dengan seorang pria asing di rumahnya. Kedatangannya tak lain untuk memaksan Lea agar menikah dengannya. Itu karena isi surat wasiat dari sang ayah yang telah meninggal dunia. *** Lea Winter tak percaya jika dirinya diculik ol...