Bab 37: Rencana Besar

134 9 0
                                    

"Hei, Joker dan Harley Quinn, apa kalian menikmati malam indah kalian sekarang?"

Sean ternyata masih hidup. Dia ikut menyaksikan semua adegan yang telah diatur dua psikopat gila di depannya. Ternyata tak sia- sia rencananya tadi. Akhirnya dendamnya pada si wanita iblis itu terbayarkan walau dengan cara kasus yang berbeda. Setidaknya si pembunuh itu dapat merasakan dinginya jeruji penjara.

Semuanya bermula pada saat di pondoknya tadi siang.

DOR!

Perlahan tubuh Sean terjatuh ke lantai. Tembakan itu tepat menghujam dadanya. Jantungnya seakan berhenti di tempat bersamaan dengan rasa sakit yang hebat dan darah yang mulai merembes.

"River, kau tak apa?"

Untuk pertama kalinya Sean melihat wajah panik manusia separuh iblis itu. Akan tetapi, rasa sakit yang dideranya teramat sulit untuk diungkapkan. Bahkan berbicara saja tak bisa. Sean merasa dirinya tengah sekarat dan akan segera menjemput ajal.

"River, maafkan aku. Tapi kau memusuhiku dan ingin membunuhku. Jadi jangan salahkan aku. Kau juga memihak pada si lemah Winter itu. Kau tahu? Tyler akan menculiknya malam ini. Aku akan membantunya dan kami akan membakar rumah Jeff juga. Kami akan bersenang- senang nanti malam. Sayangnya, kau tak diajak."

Sean yang tersungkur di lantai hanya bisa memerhatikan wajah porselen itu dalam diam. Cantik, tetapi sayang hatinya tak secantik wajahnya. Anehnya, mata jamrud itu justru mengeluarkan air mata tanpa ada isakan tangis. Sebenarnya emosi apa yang dirasakan wanita pembunuh di hadapannya ini?

"Tidurlah yang lelap, River. Seperti namamu, aku akan membuatmu mengalir seperti sungai."

Sama sekali tak bisa berontak. Sean hanya bisa pasrah tubuhnya diseret dengan tak manusiawi. Dia sangat menyesal tadi sempat terpana akan iris jamrud Lolita yang seakan menghipnotis, dan itu membuatnya lengah hingga pistol miliknya yang tergeletak di meja raib.

"Aku akan membalas dendam."  Hanya satu kalimat itu yang Sean ucapkan sebelum akhirnya menutup mata.

Namun, begitu tersadar dirinya telah berada di dalam air. Dirinya tersangkut di ranting pohon tumbang. Tadinya ia pikir dirinya telah pindah alam, tetapi ternyata Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup. Terutama untuk membalaskan dendamnya.

Hal paling tidak diduga adalah saat Sean memeriksa luka tembaknya. Ternyata tak sampai menembus jantung. Peluru itu tertancap di bagian dada dengan logam bulat yang menghalangi.

Itu kalung dengan mata logam tungsten pemberian Miranda dulu. Selalu ia pakai setiap waktu. Dengan kata lain kalung itu telah melindunginya sekarang.

"Terima kasih, Miranda. Kau menolongku, " ucap Sean tak hentinya bersyukur. Dia pikir telah mati tadi saat timah panas itu menembus tubuhnya. Mengingat rasa sakit yang menderanya seakan mencabut nyawa. "Aku akan membayar sakit hatimu, Miranda dan untuk ayah juga. "

Tak menunggu lama. Detik itu juga Sean bergegas pergi menyusuri hutan hingga tembus ke area pemukiman Jeff saat sudah memasuki senja. Tak peduli dengan luka tembaknya, dia menggedor pintu rumah Jeff tanpa henti hingga akhirnya terbuka.

"Astaga, Sean. Kau kenapa?" Ternyata Lea yang membuka pintu. Disusul Jeff sama khawatirnya.

"River,siapa yang membuatmu seperti ini?"

"Tolong aku. Ini ulah Lolita. Dia bersama Tyler sekarang. Mereka berdua berkeliaran."

Reaksi Lea dan Jeff jelas bukan main terkejutnya, tetapi mereka mencoba tenang dan berusaha untuk menyelamatkan Sean terlebih dahulu.

"Ayo, segera masuk. Ceritakan di dalam saja, " ujar Jeff.

Saat ditangani dokter akhirnya Sean menceritakan segala apapun yang terjadi padanya. Termasuk rencana Lolita dan Tyler nanti malam. Lea syok mendemgarnya. Dia teramat takut dengan Tyler, tetapi Jeff selalu meyakinkan semua akan baik- baik saja. Lantas segera mereka berembuk untuk menyusun rencana. Bahkan mereka melibatkan Paman Harold juga. Tak tanggung- tanggung, Paman Harold mengusulkan banyak orang untuk turut andil; kepolisian, warga lokal, dan para pekerja mereka semua. Itu karena Lolita dan Tyler adalah dua orang yang sangat meresahkan warga kota mereka akhir - akhir ini.

Alur rencana mereka adalah dengan sengaja Jeff dibuat pergi dan hanya Lea yang berada di rumah. Posisinya Lea akan tidur di kamar. Setelahnya mereka memantau dari luar. Hanya saja Jeff tak setuju jika Lea yang menjadi umpan. Istrinya itu sedang hamil. Dia meminta bagian kepolisian atau seseorang yang ahli untuk menyamar. Sayangnya tak ada satupun karakter seperti Lea, kecuali ....

"Biar aku saja. Aku lebih gesit dari pada kakakku."

Lea jelas protes. Livy adiknya mengajukan diri sebagai dirinya. Memang bentuk fisik Livy mirip sekali dengan Lea. Mulai dari wajah, rambut, tinggi badan dan juga bentuk tubuhnya. Perawakan yang sama. Padahal adiknya  baru tiba sore itu. Baru datang bersama Paman Harold dan Bibi Grace dari mansion keluarga Morrisson untuk kembali menjenguknya.

"Tidak, Livy. Itu bahaya. Aku takut kau terluka. "

"Hei, kau tak tahu aku jago bela diri? Ayolah, Lea. Aku yang mau. Kau tinggal duduk manis saja. "

Sekuat apapun Lea melarang, sebesar itu juga Livy ingin melakukannya. Lea khawatir, tetapi banyak orang yang menjamin Livy akan baik- baik saja.

"Jeff, aku tidak mau tahu. Awas saja jika adikku terluka! Walaupun itu hanya seinci, " ancam Lea pada Jeff dan semua pihak yang telah berkumpul di rumah.

"Tenang saja. Aku akan melindunginya dengan nyawaku juga, Lea, " sambung Sean.

Lea tak mengerti mengapa ada pria sebaik Sean. Pria itu bahkan telah terluka parah, tetapi masih saja tetap berupaya ikut melindunginya dan adiknya.

"Kita semua akan baik- baik saja, aku janji, " ucap Jeff pada Lea, "mereka harus kita hentikan, sebelum ada korban lainnya. "

Begitulah rencana yang telah mereka susun. Hasilnya cukup sesuai ekspetasi ternyata. Tyler dan Lolita masuk dalam perangkap mereka. Kejahatan mereka telah disaksikan banyak pasang mata. Termasuk kasus pembunuhan yang telah mereka lakukan pada salah seorang polisi yang berujung dibakar. Itu akan menambah daftar tindakan kriminal mereka selain menculik, percobaan pembunuhan, pembakaran properti dan terpidana kabur dari penjara.

"Wah, sudah selesaikah akting drama iklan sabunnya? Aku bosan menunggu di mobil. " Livy keluar dari sedan coklat dekat Tyler dan Lolita berada. Hal tersebut membuat Tyler tercengang bukan main.

"Dasar bajingan! Kalian telah menjebakku ternyata." Tawa Tyler yang tadi lebar seketika menghilang bergantikan dengan tatapan penuh kebencian dan amukan begitu beberapa polisi mengepung dan menangkapnya.

"Bakar saja mereka. Dasar. Manusia tak berhati!" teriak orang dikerumunan beramai- tamai.

"Hukum mereka seberat- beratnya. Jangan biarkan bebas!'

Anehnya, dari proses penangkapan itu, Lolita tak sama sekali memberontak. Dia justru terlihat senang. Apalagi saat melihat Sean yang selamat. Dia sempat terkejut tadi, tetapi lalu tersenyum ke arah Sean sambil melambaikam tangan.

"Sean River, aku senang kau masih hidup, " ucap Lolita  denga tangan terborgol saat lewat di depan Sean.

Usai sudah kisah Joker dan Harley Quinn. Apapun yang mereka lakukan selama ini tidaklah benar. Saatnya sekarang menikmati penderitaan di balik jeruji. Semoga keduanya berubah menjadi lebih baik lagi

Fin.














I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang