Bab 23 : Sebuah Janji yang Terpatri

154 28 10
                                    

Yang udah nungguin cunggg!!!

Yok kita selesaikan kapal yang satu ini.

vote dan komenmya dong kaka...

Thank youuu..
🙏🙏🙏

____

Perasaan bodoh macam apa ini? Matanya memanas dan tak lama mengalir cairan bening hangat di pipi. Kesal rasanya, dan itu tertuang untuk diri sendiri.

Bodoh! Batin Jeff mulai meneriakkan semua makian dan umpatan pada diri yang selama ini ternyata keliru.

Sejauh mata memandang hanya hamparan putih salju. Dingin menusuk tulang terabaikan. Sakit di tubuh seakan mati rasa. Ingatannya melayang pada kejadian lampau; titik dimana keangkuhannya dimulai. Kini tinggalah penyesalan.

"Tiada guna rasa amarah dan sesalmu itu. Kau hanya perlu memaafkan dirimu."

Tidak! Jeff merasa dirinya tak pantas untuk dimaafkan. Baik Miranda, Lea, maupun dirinya sendiri. Pria sepertinya harusnya malu jika berhadapan lagi pada wanita baik seperti mereka. Namun, setidaknya dia harus melihat kondisi Lea sekarang. Kapan terakhir kali mereka bertemu dan berbicara? Rasanya sudah sangat lama. Jeff semakin gusar memikirkan jika hal terburuk terjadi pada Lea. Tiada maaf baginya bila itu terjadi.

"Bagaimana Lea? Apa dia sangat parah?"

Sean sekilas melihat wajah tanpa ekspresi Jeff tengah menepis jejak air matanya. Mengalihkan pembicaraan dengan sebuah pertanyaan lain dari kursi penumpang di samping. Mereka kini sudah separuh jalan dengan menggunakan truk milik Sean, dan pria Morisson itu tadi yang ingin segera diantarkan ke rumah sakit. Tak peduli dengan sosok Lolita yang sudah entah kemana.

"Kita lihat saja nanti. Semoga Lea dan janin yang dikandungnya baik- baik saja."

Oh, dan satu makhluk hidup lainnya.

Seperti hantaman keras. Jeff lagi- lagi diingatkan pada anaknya yang kini sedang dikandung. Setelah sedari tadi memikirkan Miranda. Kini ada Lea yang diambang kematiannya. Tentu bersama anak mereka.

Dalam hatinya bertanya, apa yang telah dia perbuat? Menjadi seorang pembunuh? Manusia terburuk yang pernah ada. Berandai pun Jeff tak mampu lagi. Ini semua salahnya. Kata - kata itu yang terus - menerus berputar di kepalanya.

Waktu terasa lama. Jika bisa memutar keadaan, Jeff ingin kembali ke masa di mana sebelumnya mereka baik- baik saja. Benar - benar mengambil keputusan yang tidak merugikan pada akhirnya. Namun, itu semua takkan mungkin. Dia sekarang telah menuju nerakanya.

Demi Tuhan, Lea.

Hanya si wanita berambut jahe itu yang dia pikirkan.

Perasaannya.

Apakah semua telah berubah haluan?

Cinta?

Kasihan?

Rasa bersalah?

Atau semuanya?

***

Setibanya di rumah sakit dan berlari ke arah ruangan Lea tanpa menghiraukan tatapan tajam pamannya, Jeff mendekat ke arah di mana Lea terbaring.

Namun, Livy menghalangi langkahnya dan mendorong sosok tinggi itu, lalu memukulnya tanpa ampun.

"Masih ada muka untuk datang ke sini? Masih punya belas kasih? Seharusnya kau lebih tahu diri lagi, Tuan Morisson - yang - Tidak- Terhormat!"

I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang