Harold Morisson tak mengizinkan Lea untuk pergi dari rumahnya dan bercerai cepat dari keponakannya Jeff, dengan alasan sampai dia melahirkan keturunan Morisson yang tengah dikandungnya. Lea sebenarnya sudah tak peduli lagi dengan janji pra- nikah dengan Jeff, pria itu juga tak menunjukkan batang hidungnya hingga kini. Bahkan sampai dia pulih dan musim dingin tiba.
"Lea, kau ingin makan sesuatu? Bayimu pasti butuh asupan gizi." Livy, adiknya datang karena liburan musim dingin. Rencananya dia ingin berkunjung sebentar sekaligus mengantar titipan ibunya, tapi karena tahu saudarinya ada masalah, dia pun memutuskan untuk menetap.
"Tidak, Livy. Aku sudah kenyang."
"Kau ingin coklat panas? Cemilan? Sup? Ayo, katakan," paksa Livy. Dia tak tahan melihat kakaknya melamun terus menatap salju dari jendela.
Lea hanya bisa menghela napas dalam. Adiknya sekarang berubah sangat super perhatian. Berbanding terbalik dengan Livy yang sebelumnya.
"Baiklah. Bawakan aku coklat panas saja, " ucap Lea menyerah.
Tak butuh waktu lama. Livy pergi dan kembali begitu cepat bersama Merry yang membawa hidangan lezat yang sepertinya baru keluar dari panggangan.
Pie apel. Kesukaannya.
"Untuk Lea dan calon bayinya yang luar biasa hebat." Merry menyajikan pie itu langsung ke hadapan Lea.
"Terima kasih, Merry. Kau baik sekali, " puji Lea. Perutnya yang tadi tidak lapar tiba - tiba berubah menginginkan satu pie besar itu masuk ke mulutnya.
Livy menggelengkan kepalanya saat melihat saudarinya begitu rakus sekarang. Dia jadi tidak tega mengambil barang sepotong kecil pun.
"Ini benar- benar lezat, Merry. Kau yang terbaik. " Lea mengacungkan ibu jarinya dan kemudian menjilati jari- jari tangannya.
"Kau sangat tidak anggun sekali, Lea. Hentikan itu. Gunakan ini. " Livy memberinya tisu bahkan membantu ikut membersihkan mulut kakanya. "Kau kekanakan sekali. Sama seperti ibu. "
Lea senang Livy bersikap baik padanya. Walaupun terkadang menyebalkan, tetapi adiknya itu dewasa dalam pola pikir. Berbeda dengannya yang terkadang bisa tersesat dalam kepalanya sendiri, dan pada akhirnya berbuat hal yang tak rasional.
"Oh, kalian berdua lucu sekali. Dua saudari yang kompak. Saling menyayangi satu sama lain. Aku senang kalian bersama. " Merry tersentuh sendiri melihatnya. Wanita gemuk itu sampai memeluk keduanya dengan sayang. "Anggap aku sahabat kalian di sini, oke?"
Baik Lea dan Livy sama - sama menyambut Merry. Tak ada salahnya. Pelayan perempuan itu orang yang baik.
"Baiklah, Nona- nona cantik. Merry harus pergi dahulu. Ada hal lain yang menunggu di dapur," ujar Merry setelah melepas pelukan hangatnya.
"Merry, kau janji mengajarkanku masak kemarin. Bagaimana jika hari ini? Aku akan menjadi asisten di dapurmu jika perlu," sahut Livy, hingga Lea tercengang.
"Sejak kapan kau ingin menyentuh dapur? Setahuku kau sangat anti, " sela Lea tak habis pikir.
Livy menghiraukan kakaknya. Tatapan memohon jelas dia tujukan pada Merry.
"Bagus sekali. Aku jadi punya personal asisten sekarang. Ayo ikut aku. "
Keduanya lalu pergi meninggalkan Lea sendirian di kamar. Tak masalah. Lea juga bisa beristirahat sekarang. Lagi pula ini sudah siang. Waktu di mana biasanya acap kali dia mengantuk.
Kata dokter yang memeriksanya kemarin saat di rumah sakit, hal itu wajar di alami ibu hamil. Bahkan mungkin akan banyak keluhan yang akan dia rasakan seiring berjalannya waktu. Apalagi kehamilan trimester awal, sangat rentan dan sensitif. Menurut informasi yang Lea dapatkan, usia kehamilannya baru menginjak delapan minggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found A Stranger In My House
RomanceLea Winter dikejutkan dengan seorang pria asing di rumahnya. Kedatangannya tak lain untuk memaksan Lea agar menikah dengannya. Itu karena isi surat wasiat dari sang ayah yang telah meninggal dunia. *** Lea Winter tak percaya jika dirinya diculik ol...