"Lea Winter, kau ingat hari pertama kita bertemu? Hari di mana kisah kita baru saja dimulai. Aku diam- diam memasuki rumahmu, bertindak sesuka hatiku, lalu menculikmu untuk segera menikah denganku dan tinggal di rumahku. Seperti itulah aku mencoba masuk merebut hatimu; menyusup, mengobrak- abrik, dan mengambil apa yang bukan milikku. Berbeda dengan apa yang kau lakukan. Kau hanya duduk diam dengan manis. Tanpa bersusah payah merebut atensiku, yang sayangya sempat kuingkari tetapi nyatanya tak bisa kuberpaling. Sejak saat itu aku tahu kau rumahku. Satu - satunya tempat yang ingin kutuju. Lea, aku mencintaimu. Kaulah rumahku, harapanku, cahayaku. Aku berjanji akan selalu bersamamu dalam suka maupun duka, sehat ataupun sakit, miskin ataupun kaya, sampai akhir napasku hingga jantung ini tak berdetak."
"Jeff Morrisson, aku masih ingat pertama kali kau masuk ke rumahku. Aku meyakinimu adalah orang asing yang jahat saat itu. Kau bertindak sesuka hatimu. Merebut semua waktu, hati, pikiranku. Memaksaku untuk melewati garis batas. Hingga akhirnya kusadari, kebersamaan kita membuat perasaan itu muncul. Aku pun mengingkarinya. Awalnya. Namun, menjadi bagian dari dirimu itu yang kumau setelahnya. Kau memang sempat membuatku kecewa, tetapi cintaku ternyata lebih besar dari pada yang kukira. Aku bahkan tak sanggup untuk menutupinya. Berawal dari orang asing, seorang teman, orang yang dicinta, kuharap tak menjadi orang asing kembali setelah apa yang telah kita lewati. Kau adalah orang asing yang kutemukan berhasil masuk ke rumahku. Hatiku. Selamanya aku akan setia padamu. Baik dalam keadaan suka maunpun duka, sehat ataupun sakit, kaya dan semakin kaya sampai akhir napasku hingga jantung berhenti berdetak. "
Jeff dan Lea tersenyum. Setelahnya mereka berciuman dengan lembut di hadapan pastor dalam sebuah gereja yang merupakan gereja tempat Jeff dan Miranda dulu sering berjumpa. Mereka sekali lagi mengulang mengucapkan janji pernikahan. Namun, hanya untuk mereka berdua saja. Di saat keduanya sudah saling cinta.
Dengan Lea yang memakai baju pengantin ibu Jeff, dan Jeff dengan setelan tuksedo milik ayahnya. Mereka menemukannya masih tersusun rapi di dalam kotak loteng atas rumah.
Momen tersebut juga terabadikan melalui bidikan kamera. Jeff berinisiatif mengambil gambar yang sama seperti kedua orang tuanya menikah dahulu. Dia akhirnya memajang foto mereka di rumah ibunya. Hadiah untuk kedua orang tuanya di alam sana. Jeff berharap ayah dan ibunya akan senang dan ikut bahagia. Terutama sang ayah. Berkat beliau, dia dan Lea kini bersama.
"Terima kasih, Ayah. Berkatmu aku dan Lea bisa bersama. Aku mencintaimu. Berbahagialah bersama ibu. Aku meyanyangi kalian."
Jeff dan Lea berharap setelah ini kehidupan mereka berjalan dengan baik. Kepulangan mereka kembali sudah dalam keadaan siap untuk menjalani bahtera rumah tangga. Apapun halangan dan rintangan yang menghadang, keduanya akan selalu bersama menghadapinya, karena ikatan itu kini telah kuat dan kokoh.
***
"Jeff, bangun. Aku lapar. Buatkan pie apel untuk kami. "
Jeff hanya menggumam, tetapi matanya masih berat untuk terbuka. Tak ada pergerakan sama sekali.
"Sepertinya baru kemarin ada pria yang mengucapkan sumpah janjinya padaku. Sepertinya kata- kata itu hanya bualan."
Akhirnya Jeff membuka matanya yang berat dan perlahan bangkit dari tidurnya.
"Apa lagi kali ini, Nyonya Morrisson? Apa kali ini si kembar ingin ayahnya memacu kuda lagi?"
Lea mencubit pinggang Jeff kuat. Mereka semalaman bercinta. Jeff bilang ini malam 'babymoon'.
"Kau dan otak mesummu. Ayo, bangun. Kerja untuk kami. Kau harus jadi suami dan ayah yang berguna untuk keluarga ini."
Apa- apaan ini? Baru jadi suami sungguhan tiga hari ini saja dia sudah diperlakukan tidak manusiawi. Jeff menatap Lea malas dan kemudian menarik kepala perempuan itu untuk mencium paksa bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found A Stranger In My House
RomanceLea Winter dikejutkan dengan seorang pria asing di rumahnya. Kedatangannya tak lain untuk memaksan Lea agar menikah dengannya. Itu karena isi surat wasiat dari sang ayah yang telah meninggal dunia. *** Lea Winter tak percaya jika dirinya diculik ol...