Bab 14 : Sungai Yang Menghanyutkan

246 42 21
                                    

Dulu Jeff adalah pria baik, gagah, tampan dan humoris. Sangat terkenal di kampus akan keramahannya. Dia juga memiliki tambatan hati yang adalah sang primadona kampus. Mereka adalah pasangan paling serasi ketika bersama. Semua orang mendukung hubungan keduanya. Bahkan setelah lulus nanti, Jeff berencana melamar sang kekasih, Miranda.

Namun, rencana tinggalah sebuah rencana. Sebuah tragedi kecelakaan menewaskan kekasihnya. Hanya saja, satu hal yang tak pernah Jeff sangka.

"Miranda tewas bersama seorang pria tua di mobil yang mereka tumpangi. "

"Siapa pria tua itu?"

"Morris River."

"Morris River? Apa hubungan mereka?"

"Entahlah. Sepertinya kekasihmu itu wanita simpanan Tuan River. Ada yang melihat mereka bersama tadi di sebuah motel sebelum terjadi kecelakaan. Dan banyak gosip juga yang beredar. Hanya kau yang tidak tahu, Jeff. "

Rasanya dunia Jeff hancur - sehancurnya. Mengapa dia harus tahu fakta yang sebenarnya setelah wanita itu tidak ada? Seharusnya dia tidak tahu saja tentang itu semua. Biarkan dia mengenang kekasihnya itu dengan semua kenangan indah mereka semasa bersama. Sakit ternyata diduakan, tetapi Jeff tidak tahu harus melampiaskan rasa pedihnya. Dia marah. Sialnya, harus kepada siapa? Ini semua seperti sungai yang tenang, tetapi menghanyutkan. Miranda telah mengkhianati cintanya.

Berbulan - bulan, bahkan bertahun - tahun, sakit itu tidak kunjung hilang. Jeff justru membungkus luka itu dengan menutup hatinya juga. Tak ada kata cinta lagi kepada satu pun wanita. Mereka tak lebih sebagai teman tidur saja. Dia tak percaya lagi akan cinta sejati. Hatinya telah mati!

Sialnya, sang ayah justru membuat sebuah wasiat yang baginya sangat mustahil untuk dia lakukan. Namun, pada akhirnya harus dia jalani. Bertemu seorang Lea Winter dan menikah dengan wanita menyedihkan itu. Dari yang awalnya terlihat mudah saja, menjadi begitu berat sekarang. Padahal ini baru semusim. Ada tiga musim lagi yang harus mereka lewati bersama. Akan tetapi, dinding hatinya yang beku seakan mulai mencair. Jeff takut jika pertahanannya mulai goyah.

"Jangan keras kepala, Jeff. Kau tak tahu apa di balik cangkang lemah itu. Tidak sama dengan milikmu yang kokoh, tetapi di dalamnya bahkan lebih rapuh." Nasihat ayahnya saat Jeff menjaga pria tua itu di rumah sakit. Mereka membahas seorang wanita yang sedang membersihkan lantai di ruangan tersebut. Lea.

Ya. Itu adalah pertemuan Jeff dengan Lea pertama kalinya. Hanya saja wanita itu tidak menyadarinya. Jeff juga saat itu tidak tahu jika dia akan dijodohkan dengan wanita yang sering menemani ayahnya itu.

Yang benar saja, dia dinikahi dengan tukang bersih- bersih?!

Bukannya Jeff tidak tahu apa yang dilakukan Lea kepada ayahnya selama ini. Wanita itu bahkan selalu setia menemani dan mengobrol dengan ayahnya setiap malam. Mungkin karena kebaikan wanita itu dan rasa kasihan ayahnya lah, sehingga menjodohkan dia dengan Lea. Atau mungkin.... demi menyembuhkannya juga?

Ayahnya memang penuh rencana.

Yang menjadi pertanyaan, apakah sejauh ini sudah berhasil?

Ayahnya pasti tertawa dari atas sana melihat dirinya sendiri.

"Tidak. Aku tidak mencitai siapapun wanita di dunia ini. "

Itu sudah jadi komitmen dengan dirinya sendiri. Wanita akan menjadi penghalang dan sumber kesakitan.

***

"Lea?"

Lea menatap datar ke arah Jeff yang baru saja membuka matanya. Perempuan itu tak menjawab. Terus melanjutkan pekerjaannya membersihkan luka di tangan pria yang sekarang sedang terbaring lemah di atas ranjang dengan handuk putih di bagian kepala.

"Kenapa aku di sini?"

Lagi. Wanita dengan lingkar hitam di bawah mata itu tak menggubris. Dia justru pergi begitu saja membawa waskom berisi air dan kotak obat. Jeff hanya bisa memandang nanar, lalu beralih ke arah tangannya yang sudah di balut perban dan sebelah lagi yang jahitannya sudah diperbaiki. Jeff ingat dia meninju kaca rumah Sean juga malam itu.

"Keluarlah dan makan. Kurasa demammu sudah turun. "

Entah kenapa jeff senang dengan perhatian kecil Lea. Walaupun wanita itu mendiamkannya, tetapi tak sampai hati mentelantarkannya. Jeff lantas segera duduk. Handuk basah itu jatuh ke pangkuannya. Dia baru sadar telah bertelanjang dada juga. Hanya jeans panjangnya yang masih terpakai. Sudut bibirnya terangkat saat mengetahui lagi - lagi Lea yang membukakan pakaiannya.

"Istriku yang satu itu memang manis sekali ternyata, " ucap Jeff terkekeh. Dia lalu segera berdiri dan keluar menemui Lea.

Bau daging panggang langsung tercium begitu Jeff membuka pintu. Lea pasti menemukan daging beku itu di ruang penyimpanan makanan. Mengingat asal kemari, Jeff selalu mendapatkan daging hasil berburu rusa.

Namun, saat Jeff duduk di meja makan, Lea justru berdiri dari kursinya dan membawa serta piring bekasnya yang telah kosong.

"Temani aku. Aku tidak suka makan sendiri. Kau tahu itu, " cegah Jeff dengan menghalangi langkah Lea. Dia menunduk agar melihat reaksi wajah itu.

"Aku ingin mandi dan istirahat. Aku tidak tidur semalaman ini jika kau tahu, " balas Lea dingin. Kemudian pergi begitu saja.

Lea masih marah rupanya. Seketika Jeff tak berselera makan dan kembali menemui Lea.

"Lea, kau tak bisa memperlakukan aku seperti ini sepanjang waktu. Aku ingin kita baikan saja, oke?" teriak Jeff sambil berjalan ke arah kamar.

"Kalau begitu minta maaflah pada Sean. Dia yang paling kau rugikan, " balas Lea. Rupanya wanita itu mendengar.

"Bagaimana denganmu?"

"Tidak perlu."

Bodoh! Padahal Lea mungkin telah sakit hati atas ucapannya kemarin siang. Wanita itu lebih memilih dirinya agar meminta maaf kepada bocah River itu.

"Aku tidak mau."

"Kenapa tidak?" Lea keluar kamar dan itu mengejutkan Jeff yang akan masuk. "Kau tidak merasa bersalah telah menghancurkan rumahnya dan menodongnya dengan senjata? Yang kau lakukan itu sangatlah arogan, Jeff Morisson!"

"Arogan? Kau belum pernah lihat bagaimana keluarga rentenir itu meminta uang pada orang- orang tidak mampu, bukan? Mereka bahkan bisa lebih kejam, asal kau tahu."

Lea tak habis pikir. "Di sini kau yang salah, Jeff. Kau harus meminta maaf padanya. "

"Tidak untuk keluarga River. Tidak akan!" Dengan tatapan tajam kepada Lea.

"Kenapa? Apa salah keluarga mereka?

"KARENA ULAH SATU RIVER AKU HANCUR, LEA! DAN MEREKA YANG SEHARUSNYA BERHUTANG MAAF PADAKU. BUKAN AKU!"

Lutut Lea rasanya tak mampu menopang lagi. Suara teriakan Jeff di depannya tanpa sadar membuat air matanya terjatuh ke lantai begitu saja. Tubuhnya bahkan mematung tak berdaya.

"Dan sekarang River lainnya ingin membawamu juga jauh dariku. Apakah kali ini aku tidak bisa untuk membuatmu tetap di sisiku?"

Jeef sadar jika dirinya sudah berteriak pada Lea. Dia telah membuat Lea terkejut hingga meneteskan air mata. Rasa sesal pun mengisi rongga dada. Lantas dia memilih pergi dari hadapan perempuan itu untuk menenangkan diri. Emosinya kini sedang tidak stabil.

Jeff terlalu terbawa arus.

_______

Jangan lupa;
FOLLOW
VOTE
COMMENT

Thank you

Ann.

I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang