Suasana tegang di dalam mobil terasa jelas di antara Jeff dan Lea. Keduanya tampak saling tak ingin bicara satu sama lain dengan ekspresi penuh amarah. Baik Lea dan Jeff benar - benar tak ada yang membuka suara. Itu karena aksi Jeff yang menjemput paksa Lea tadi. Pria itu bahkan mendobrak pintu rumah Sean hingga hancur dan menarik Lea untuk pulang. Parahnya, Jeff juga mengancam Sean dengan pistol miliknya, lalu membopong Lea tanpa peduli berontakan wanita itu.
Tidak peduli malam semakin gelap dan badai yang tak juga reda, Jeff tetap melajukan mobilnya kencang. Lea saja tak bisa melihat jalan di depan. Jarak pandangnya hanya beberapa meter saja. Sedikit khawatir jika ada rusa atau hewan yang akan menyeberang. Lebih parahnya lagi mungkin bisa terjadi kecelakaan.
Namun, setelah lama berkendara, mengapa mereka tak juga sampai?
Dari sudut matanya, Lea melihat jika Jeff mulai menyalakan tembakaunya. Itu artinya, pria itu sudah mulai agak tenang.
"Jangan harap kau akan bertemu dengan bocah River itu, Winter. Aku sudah memeringatimu, " ujar Jeff membuka percakapan setelah berjam - jam lamanya. Sebenarnya ke mana mereka?
Lea tak menghiraukan ucapan Jeff. Dia berusaha melihat jalan atau tanda untuk mencari tahu keberadaan mereka saat ini. Jangan- jangan dia akan dieksekusi di suatu tempat asing atau di dalam hutan? Potongan adegan film psikopat mulai berseliweran di kepalanya.
"Percuma. Kau takkan tahu di mana kita sekarang. " Jeff seakan menjawab keresahan Lea. "Anggap saja kau sedang dalam pengasingan. "
Sial! Lea kesal bukan main. Jeff memancing kembali nyala api amarah dalam dirinya. Ingin sekali dia memukul pria arogan di sampingnya itu.
"Baiklah jika itu maumu." Lea membuka kunci pintunya, tetapi ternyata tidak bisa.
Jeff tertawa. "Walaupun ini truk tua, tetapi sayangnya, ini sudah ku modifikasi. "
Wajah Lea rasanya sangat panas karena marah, dan darahnya seakan mendidih. Lantas dia membalas ucapan Jeff dengan memukul tubuh atletis itu bertubi- tubi seraya menumpahkan kekesalannya.
"Aku benci kau, Jeff Morisson!" Lea teriak begitu puas melakukannya, tetapi Jeff tak bergeming. Dia tetap fokus menyetir dan sedikit menyeringai. Membuat Lea semakin jengkel, akan tetapi dirinya terlalu lelah untuk kembali bertengkar. "Turunkan aku! "
"Dan membiarkanmu di makan kawanan serigala di sini?"
"Setidaknya itu pilihan bijak dari pada harus terperangkap dengan monster sepertimu. Dasar Yeti!"
Jeff terkekeh. "Tidak semudah itu. Apa kau bilang tadi? Monster? Yeti? Ini masih belum apa - apa. Aku bahkan bisa berbuat lebih jauh dari pada memerangkapmu." Beralih menatap Lea yang meliriknya tajam. "Aku bisa membuatmu tak bisa pulang selamanya."
Jantung Lea berdetak kencang. Bagaimana jika dia tak bisa lagi melihat matahari esok pagi?
"Kau dan omong kosongmu!" Lea tak peduli lagi jika Jeff menghilangkan nyawanya sekaligus. "Aku tak takut sama sekali dengan gertakanmu."
Namun, reaksi pria itu justru lebih menyebalkan lagi. Jeff tertawa dan laju mobilnya semakin cepat. Hal itu membuat Lea sangat ketakutan dan jantungan. Dia benci kecepatan.
"Aku bersumpah! Aku akan menghantuimu jika aku mati di sini, Jeff!"
"Jangan bodoh! Jika jadi manusia saja kau kalah, apalagi jadi makhluk kasat mata."
Sepertinya benar. Diam itu adalah emas.
***
Entah di mana mereka sekarang. Lea hanya melihat jika di sekelilingnya hanya ada hutan pinus. Jeff memberhentikan mobilnya tepat di depan sebuah gubuk yang gelap gulita. Pria itu menyuruh menunggunya di dalam mobil, tetapi sayangnya, kunci kendaraan itu dibawa juga.
"Sial. Dasar orang gila, " umpat Lea. "Apa yang dia lakukan? Kenapa lama sekali?!"
Tak berapa lama, gubuk di depannya terang benderang. Kemudian muncul Jeff menyuruhnya untuk segera masuk, tetapi Lea bersikeras meminta pulang.
"Jika kau tetap di sana silakan. Jaga mobilku. Aku ingin tidur nyenyak di dalam." Jeff tanpa acuh pergi begitu saja.
Seketika Lea panik dan langsung keluar dari mobil, lalu melempar Jeff dengan buah pinus yang ia dapat sembarang.
"Kau mengajakku berkelahi? " Jeff berhenti dan berbalik.
Namun, Lea kemudian berjalan cepat mendahului Jeff, dan dengan sengaja menubruk kasar tubuh pria itu.
"Kau menghalangi jalan, Yeti!"
Jeff terkekeh. "Bukannya tadi kau marah padaku?"
"Ya. Dan aku ingin membakarmu sekarang hidup- hidup!" teriak Lea dari dalam.
"Dasar wanita."
Ternyata di dalam tak begitu buruk seperti bayangan Lea. Itu lebih kepada sebuah rumah lama yang sepertinya masih yg terawat. Hanya sedikit debu. Semua isi rumah bahkan lengkap, tetapi dilihat dari perabotnya itu model tua.
"Ini rumah singgah milikku dan ayahku jika kami berburu di daerah ini. Apalagi saat di musim dingin." Jeff datang dengan botol minuman di tangannya saat dilihatnya Lea memeriksa rumahnya.
Wanita itu mengabaikan Jeff. Dia sibuk mencari sebuah kamar. Lagi pula orang gila mana yang berburu di musim dingin? Ternyata Tuan Morisson senior dan putranya punya hobi aneh juga ekstrim.
"Itu kamar orang tuaku. " Ketika Jeff lihat Lea akan memasukinya. "Ibuku meninggal tepat di ruang tersebut."
Lea tak jadi membuka pintu tersebut. Beralih ke pintu seberang.
"Oh, kau ingin tidur denganku rupanya. Silakan. " Jeff tertawa dan Lea jengkel, tetapi tetap membuka pintu di depannya dan masuk dengan menutup pintu itu kuat.
Jeff berjalan sempoyongan ke arah kamar tersebut dan berkata dari luar. "Ginger, buka pintunya atau kau melihat sekali lagi aku menghancurkan pintu dengan kakiku. "
Pintu itu terbuka, bersama Lea yang keluar membawa selimut besar.
"Tidur di mana kau?"
"Bukan urusanmu!"
Pria berbadan besar itu lantas menghalangi Lea dan mendorongnya agar kembali masuk. Dia
"Jeff!" jerit Lea kuat. "Biarkan aku di luar!"
Tak dihiraukannya suara wanita yang telah kacau itu. Jeff tetap memaksa Lea untuk di dalam dengan cara membantingnya ke atas kasur. Kemudian menghabiskan bir di tangannya tadi dan mencampakkan botol itu tepat di samping Lea.
"Wanita keras kepala!"
"Dan kau! Pria kasar!"
"Astaga, apakah kau tidak bisa memelankan nada bicaramu? Kau berteriak selalu pada suamimu yang tampan ini. "
Lea kesal. Dia menendang kuat kaki Jeff, tapi sayangnya langsung ditangkap.
"Lepaskan!" Lalu mencoba menendang dengan sebelah kaki yang lain. Sayangnya gerakan itu kembali terbaca. Jeff kini menangkap keduanya dan menarik Lea hingga ke pinggir ranjang.
"Kau selalu ingin agar aku berbuat kasar, Ginger. Apa bermain lembut saja tidak bisa?"
Lea bergidik ngeri mendengarnya. Baginya ucapan Jeff sangat ambigu. Ditambah lagi tatapannya yang penuh tanda- tanda bahaya.
"Berhenti menatapku seperti pedofil gila. Dasar maniak!"
Setelahnya mereka saling terdiam. Namun, tiba- tiba Jeff melepaskan kaki Lea dan tubuhnya seketika jatuh merosot ke bawah sembari memegang tangannya yang terluka.
"Ginger, tanganku." Melihat darah merembes dari bekas jahitannya.
Lea masih tak berkutik di atas ranjang, tetapi lirikan matanya jelas ke arah di mana Jeff berada.
"Tolong. Tolong bantu aku mengobati lukaku."
Rasakan!
_____
Yuk saling menghargai
Follow
Vote
Comment
Biar authornya semangat.Thank you
Ann.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found A Stranger In My House
RomanceLea Winter dikejutkan dengan seorang pria asing di rumahnya. Kedatangannya tak lain untuk memaksan Lea agar menikah dengannya. Itu karena isi surat wasiat dari sang ayah yang telah meninggal dunia. *** Lea Winter tak percaya jika dirinya diculik ol...