Bab 4 : Pesta Pernikahan

394 66 12
                                    

Seperti hal nya pesta kebun. Acara pernikahan di adakan di salah satu lumbung gandum milik keluarga Morisson. Ruangan besar dengan cat merah itu telah disulap sangat cantik dengan suasana country. Hiasan jerami, lampu lilit yang terkesan romantis, kain - kain putih di langit -langit, papan penunjuk kayu, dan tak lupa hiasan tanaman rambat yang ada di meja makan juga kursi serta hiasan pohon besar di beberapa sudut, semakin memperindah tempat tersebut. Satu lagi, terdapat meja bar besar juga bersama bartendernya.

Lea berterima kasih untuk yang memiliki konsep pernikahannya sekarang. Itu jelas impiannya. Sederhana dan indah. Sama seperti gaun pernikahan pedesaan yang ia pakai. Warnanya putih gading dengan desain bunga yang halus, serta renda yang rumit dan leher segitiga. Lea tak tahu model apa namanya, terlihat seperti perpaduan vintage dan bohemian. Semuanya terasa nyaman dan membuatnya percaya diri. Selubung lapang dengan bentuk terompet di bawah sangat cocok untuk tubuhnya yang terlampau kurus. Tubuhnya tak terlihat menyedihkan seperti biasa, justru sangat anggun ketika berjalan. Tak lupa riasan simpel di wajah dan rambut jahenya. Semua sempurna.

"Astaga, Lea. Aku masih tak percaya ini. Kau sudah menikah." Debby, teman kerja sekaligus sahabatnya, terus mengulang kalimat yang sama sejak tiba kemarin.

Lea sengaja membawa Debby, karena dia juga sebagai pengiring pengantin bersama adiknya, Livy. Tak lupa ibunya juga turut mendampingi.

"Aku lebih tak percaya jika kau akhirnya menikah dengan anak saudagar kaya raya. Ini jelas seperti dongeng. Cinder-Lea." Livy, masih tak percaya dengan cerita cinta kakaknya dengan Jeff. Menurutnya, Jeff yang sangat tergila- gila dengan Lea itu hanya omong kosong. Dia mencurigai ada sesuatu yang tidak beres.

"Livy! Tidak sopan berkata seperti itu di hari besar kakakmu. Harusnya kau turut bahagia. " Ibu mereka, Linda, baru saja bergabung dan mendengar ucapan anak bungsunya, lantas memarahi dan membela si sulung.

"Ini aneh. Perasaanku tak enak. Jangan memaksaku untuk bersikap nyaman, Bu. "

Lea tak pernah mengambil pusing perkataan adiknya. Livy hanya gadis berusia 15 tahun. Jiwanya masih labil dan emosinya belum stabil. Sudah wataknya dari dulu yang kritis dan keras kepala. Lagipula apa yang dikatakan adiknya itu benar. Insting Livy ternyata kuat.

Pertanyaannya saat ini adalah .... Kemana Jeff? Pria koboi itu tak terlihat di manapun. Padahal ini adalah acaranya. Pasti Jeff sangat risih dengan setelan jas nya, mengingat saat pemberkatan tadi dia sempat mengeluh pada bibinya.

"Itu Jeff," bisik Debby.

Oh, rupanya Tuan Stranger baru saja datang dengan setelan yang telah diganti. Dia bukan lagi pengantin pria dengan setelan jas abu-abunya tadi. Melainkan terlihat seperti mafia di film Indiana Jones.

Lea memutar matanya saat Jeff melambaikan tangan dan menunjukkan pose dengan kemeja kotaknya dan jeans robek itu. Hanya saja kini wajahnya telah terlihat bersih tidak seperti awal bertemum Lea menyuruhnya bercukur kemarin, tapi tetap saja, Jeff tidak memangkas rambutnya yang sudah lebat itu dan memilih untuk menguncirnya saja.

"Hai, pengantinku. Mencari suamimu?"

Anggap saja angin lewat. Lea lantas berdiri dari kursinya meninggalkan meja makan bundar khusus keluarganya itu.

"Winter! Emm maksudku Nona Morisson. " Jeff mencoba mengejarnya. Hanya saja Lea memilih tak mengindahkannya. Dia bergegas mencari toilet yang terpisah di luar lumbung.

"Hei, mau ke mana kau, Nona Ginger? Mengacuhkan suamimu?" Jeff menangkap tangannya dan seketika tubuh kecil itu terhuyung ke belakang.

Lea lantas memukul dada berbulu itu kuat tak peduli dengan tamu undangan, tetapi Jeff justru dan bergurau, "Dia sudah tidak tahan untuk malam pertama kami sepertinya. Kami harus pergi dulu. "

Mata Lea membelalak, dan Jeff kemudian dengan entengnya membopongnya seperti karung gandum. Lantas bukannya menatap penuh heran, mereka yang ada di dalam lumbung menyoraki keduanya dan tertawa. Lea hanya bisa pasrah. Sekilas dia melihat Debby dan ibunya melambai kecil padanya sedangkan Livy hanya berdiri diam.

***

"Apa kau habis bercinta dengan wanita lain? Baumu seperti klorin. "

Lea mencium bau itu dari tubuh Jeff. Sama persis seperti cairan yang ia pakai untuk bebersih saat di rumah sakit.

"Pria dan kebutuhannya. Apa kau ingin juga? Aku bisa membantumu. Temanku juga banyak yang bisa memuaskan. Pilih yang mana?"

Tanpa menggubris lagi, Lea pergi ke kamarnya. Ternyata Jeff pembual. Dia punya kamar lainnya di rumah kayu ini. Lucunya, mereka sekarang sudah pulang dan pesta masih berlanjut. Sedangkan ibu, adik dan sahabatnya pasti aman, karena menginap di mansion Tuan Harvey. Pria tua baik itu memfasilitasi mereka dan melayani dengan sepenuh hati.

"Aku serius, Ginger."

"Diamlah, Jeff. Kau berisik."

Begitu memasuki kamar kecil itu, Lea akhirnya bisa bernapas legah. Setidaknya di dalam sini dia aman dari Jeff dan orang banyak yang membuatnya kikuk dan canggung. Walaupun orang di desa sangat ramah, tetapi bagi Lea itu sangat asing dan aneh. Lea terbiasa hidup tanpa perhatian sebelumnya.

Dari kaca besar dekat jendela bisa ia lihat pantulan dirinya sekilas. Memang tampak cantik, tetapi ini bukan pernikahan yang sesungguhnya. Hanya demi uang dan semoga dia tak menyesalinya.

Perlahan Lea membuka gaun putih gading itu dengan berat hati. Membiarkan kain berokat itu jatuh di lantai dengan sendirinya. Ternyata baru tersadar olehnya, jika tubuh dalam bayangan itu benar - benar menyedihkan.

Lea tak pernah mempermasalahkan bentuk tubuhnya. Sebelum dia melihat sendiri apa yang terjadi pagi tadi. Bukan maksud mengintip, tetapi desahan dan erangan pria dan wanita di kandang kuda sebelah lumbung membuatnya penasaran. Lea yang awalnya bermaksud untuk ke toilet di antara bangunan itu dengan bodohnya mencari tahu.

Sialnya, dugaannya benar, ada yang sedang bercinta di sana, dan itu adalah Jeff. Pria itu bersama seorang wanita berambut pirang. Lea dapat melihatnya dari sebuah lubang kayu. Menyaksikan bagaimana Jeff 'menghajar' tubuh dengan bokong indah itu sambil meremas payudaranya yang berisi dan padat.

Keingintahuan Lea jelas adalah hal bodoh. Selain lancang, itu juga hal yang memalukan jika ketahuan. Hey, tapi itu bukannya calon suaminya? Gilanya lagi wanita itu adalah salah satu tamu mereka tadi.

"Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau melakukannya di sana, dasar Tuan- Tidak- Tahu - Malu?" Lea lalu berjalan ke kasurnya dan merebahkan diri di sana.

Lelah sudah pasti, tetapi terus terbayang adegan Jeff tadi membuatnya panas-dingin. Dia pun membandingkan dada wanita tadi dan miliknya dengan meraba dadanya yang rata. Sangat berbeda jauh.

"Sial! Kapan terakhir kali aku bercinta? Setahun? Dua tahun? Oh, aku memang wanita yang payah. "

°°°°°

Don't be a silent reader pleasee...

Salam literasi,

Ig: annmemories12

I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang