Bab 24 : Rencana atau Jebakan?

133 21 6
                                    

"Tidak. Semuanya sudah kuanggap berakhir. Aku dan kau akan hidup masing- masing mulai dari sekarang. "

Lea tak ingin keputusannya goyah untuk kesekian kali. Dia sudah berbesar hati dan tinggal dengan ada Jeff di sekitarnya. Lagi pula ide siapa yang mengharuskan mereka berdua untuk tinggal bersama demi memperbaiki masalah yang telah terjadi? Mengasingkan diri ke tempat yang asing pula. Dengan si pria super tega itu?

"Ini usul paman Harold dan juga ... Ibumu kalau kau ingin tahu. " Jeff memberi tahu seolah bisa menebak isi hati Lea. Dia duduk sambil menunduk di pinggiran kasur kamar Lea. Sedangkan wanita itu; berdiri dekat jendela kamar dengan ekspresi marah dan enggan melihat wajah Jeff. Jeff benci itu. "Bisa lihat lawan bicaramu jika berkata?"

Lea menulikan telinga. Dia sengaja membuat jarak agar tak satu udara di ruangan tersebut, dan agar Jeff jauh dari perutnya. Anaknya.

"Waktumu habis. Segera keluar. Aku dan Lyly kecilku ingin beristirahat." Sembari Lea mengelus perutnya.

Apa? Lyly kecil? Kini giliran panggilan manis itu yang menggelitik telinga Jeff. Dia lihat si rambut jahe itu juga sedang mengelus perutnya. Apa bayinya nanti perempuan?

"Kau mengatakan anakku Lyly kecil? Tidak. Panggilan itu tidak cocok untuknya. Dia pasti laki- laki. Harusnya...."

Lea menghentakkan kakinya ke lantai kayu. Matanya juga membesar ke arah Jeff. "Kau tidak dilibatkan, ingat itu!" Dia lalu mempersilakan Jeff untuk segera pergi dengan berjalan ke arah pintu dan membukakannya. Lagi- lagi dengan membuang wajahnya.

Jeff kesal. Dia sudah cukup bersabar. Mulai dari masa penyembuhan Lea hingga sekarang wanita itu sudah bisa berjalan kembali, tetap saja dia tak dianggap. Saat natal dan malam tahun baru pun dia hanya bisa mengurung diri di kamar, karena Lea begitu melihat dirinya akan pusing, mual dan muntah. Tidak masuk akal. Apa yang salah dengan dirinya?

"Kau tidak tahu apa kesalahanmu? Lantas mengapa kau minta maaf padaku? Lupa dengan apa yang telah kau perbuat?"

Itu perkataan Lea ketika dia mengeluh beberapa waktu yang lalu, sehari setelah malam tahun baru. Jeff juga ingat dan sadar di mana titik kesalahannya, tetapi apakah salah jika ingin mendapatkan kesempatan kembali? Apakah sudah terlambat? Haruskah terus diacuhkan?

"Kau egois, Jeff! Kau ingin semua berjalan sesuai kehendakmu. Apa tidak pernah terpikirkan olehmu jika memaafkan juga butuh waktu? Kau katakan semua yang dirimu lakukan ini tulus? Bagiku kau hanya ingin sesuatu dariku."

Jeff memang ingin mengambil hati Lea. Memang agak memaksa, itu karena rasa frustrasinya. Apalagi kedekatan Lea dengan Sean yang sekarang semakin intens. Ingin rasanya Jeff menendang jauh pria itu.

Lea yang mengabaikannya ternyata lebih menyakitkan, tetapi Jeff tak ingin usahanya berhenti sampai di sini. Walau kesal merundung hati, dia akan tetap berada di dekat wanita itu.

"Aku tetap akan mengikuti saran Paman Harold dan ibumu, Ginger. Suka atau tidak, kau harus ikut denganku."

Lea murka mendengar perkataan Jeff. "Kesepakatan kita sudah berakhir, Jeff! Untuk apa ruang mediasi itu? Kau ingin aku semakin membencimu?!"

"Tidak. Aku belum menceraikanmu. Lagi pula bagaimana jika ibumu tahu bila putrinya .... "

"Cukup! Jangan libatkan ibuku."

"Dia akan kecewa padamu, " ucap Jeff melanjutkan perkataannya tadi yang terpotong.

Ibu Lea tidak tahu tentang perjanjian itu. Jika putrinya menikah kontrak selama ini, kemungkinan hal tersebut akan membuatnya kecewa dan sedih. Lea tak ingin ibunya merasa bersalah juga karena telah menjadi ibu yang gagal. Apalagi soal finansial.

I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang