Bab 22 : Luka Lama Di balik Skandal

128 23 6
                                    

Ketika pertama kali membuka mata, Jeff merasa seluruh badannya pegal dan sakit, terutama rahang wajah. Saat mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memfokuskan pandangan, dia menemukan sesosok pria di hadapannya. Nyawanya langsung terkumpul. Hingga barulah ia sadari posisinya saat ini; terikat seperti tawanan di atas kursi.

"Brengsek! Apa yang kau lakukan padaku?"

Jeff tak bisa melantangkan suara kendati tenaganya seperti terkuras habis. Tenggorokannya kering. Rasa pengar pun ia alami hingga kepalanya berdentum kuat seakan ingin meledak.

"Lihat dirimu, Morisson. Kau bilang dirimu lelaki? Kau tak ubahnya pecundang, " ucap sosok yang kini sedang menenggerkan dagunya itu di punggung kursi yang posisinya di balik ke depan. Pria itu jelas mengejek Jeff. Sean.

"Tutup mulutmu! Kau sama saja seperti ayahmu! Hobi merebut wanita milik orang lain. "

Senyuman Sean sirna. Otot- otot rahangnya mengeras. "Kau yang tutup mulutmu! Kau selalu saja termakan sampah hasil omongan orang. Masih untung aku menyelamatkanmu. "

Jeff mendengkus. "Menyelamatkan? Dari apa? Aku tak berhutang budi apapun padamu. "

"Kau sangat arogan, Morisson. Bodoh, naif, dan lugu. Hanya luarmu saja yang keras dan sok hebat. Dasar keledai."

Jeff berontak. Dia ingin menghajar pria River itu. Nyatanya, lilitan tali di tubuhnya terikat sangat kencang. Hanya tatapan dari matanya yang memerah saja yang bisa ia lemparkan.

"Lepaskan, Bajingan! Kalau berani mari satu lawan satu dengan tangan kosong!"

Namun, Sean tak menanggapi. Dia justru mengambil air dalam teko di atas meja tak jauh dari mereka, dan kemudian menyiramkannya langsung ke atas kepala Jeff.

"Sadar, Morisson. Kau perlu seseorang menyadarkanmu, dan itu aku."

Awalnya Jeff ingin mengamuk atas perlakuan hina yang dilakukan Sean, akan tetapi... semakin lama air dingin yang membasahinya itu seolah memadamkan amarahnya. Sekilas terlintas satu wajah yang tersenyum padanya.

"Apa maumu?" Jeff tak mau dirinya berakhir di tangan Sean hari ini. Pikirannya kini tertuju pada Lea.

"Kita harus menyelesaikan masalah kita, Morisson. "

Seperti dugaan Jeff, sepertinya pria yang menyekapnya itu ingin membalas dendam.

"Dengan cara seperti ini?" ejek Jeff, "kukira dengan cara pria sejati. "

Sean tak peduli dengan olokan itu. Dia kembali duduk di kursinya menghadap Jeff.

"Aku takkan terpengaruh akan ucapanmu, Morisson. Hanya saja kau perlu tahu satu hal." Sean memenggal ucapannya dan menunjukkan sebuah foto lama kepada Jeff. "Kau masih ingat siapa dia?"

Jelas Jeff tahu persis.

Itu Miranda. Mantannya. Dia tak sudi menyebut nama wanita itu lagi. Apalagi sekedar melihat gambar wajahnya.

"Apa kau sangat membencinya? Bahkan kau mengalihkan pandanganmu, " ucap Sean miris. "Padahal dia tak tahu apa- apa, dan sangat mencintaimu hingga hembusan napas terakhirnya. "

"Omong kosong! Kau tak tahu saja.Wanita itu selingkuhan ayahmu!"

Sean tertawa mendengarnya. "Sudah kuduga. Kau termakan omongan sampah itu rupanya. Tanpa mencari fakta yang sesungguhnya. Jadi ini alasanmu membenciku? Bahkan keluargaku?"

"Apa maksudmu?"

Sekali lagi Sean menunjukkan foto itu , lalu foto lainnya yang kini ada wajah Sean juga. Hanya saja dalam bentuk anak- anak. Jeff mengenalnya karena mereka memang sedari kecil mengenal satu sama lain, dan di foto itu Sean bersama seorang anak perempuan juga.

I Found A Stranger In My HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang