11. Sebuah opini

9.6K 791 11
                                    


Happy Reading

••°°°••

Kring kring...

Queensy merenggangkan otot bahu nya ketika bel istirahat berbunyi. Sejujurnya hari pertama sekolah gadis itu sudah merasa sedikit tertekan, ia sama sekali tidak tahu menahu tentang agama bahkan jauh dari agama apalagi mata pelajaran seperti bahasa Arab yang sama sekali tidak ia bisa, namun kini ia dipaksa harus bisa karena bersekolah di Madrasah Aliyah.

"Ck bisa gila gue lama lama" Decakan keluar dari bibir tipis Queensy.

Zahra yang mendengar gumaman kecil tersebut sontak menahan tawa nya. "Lo tekanan batin?"

"Hmm, bayangin selama ini gue sekolah di sekolah biasa terus akhir kelas 12 pindah ke sekolah yang banyak agama nya"

"Kenapa kamu gak pindah ke sekolah biasa aja? Biar kamu mudah menyesuaikan?" Tanya Faza ikut menimbrung.

"Nah bener tuh, setidaknya kamu gak ketinggalan jauh"

Queensy tidak tahu bahwa ia dipindahkan ke sekolah yang banyak agama nya, semua ini sudah diatur oleh orang tuanya mungkin termasuk Razzan juga. Ia benar benar tidak diberi kesempatan untuk memilih, semua sudah diatur oleh mereka.

"Orang tua gue yang ngatur"

"Yaudah si udah terlanjur juga, kalo ada yang gak lo tau lo bisa tanya ke kita, kita bakal bantu" Ucap Zahra merangkul bahu Queensy.

Queensy menghela nafas panjang. "Masalahnya gue gatau semua, yakali lo pada mau bantuin semuanya"

Syafa menggaruk kepalanya yang terbalut kerudung. "Saran ku mending kamu ikut bimbel, bisa bantu kamu tuh"

Queensy diam berfikir, benar juga yang disarankan Syafa. Namun seperdetik kemudian gadis itu tersenyum miring, kenapa ia harus susah mencari bimbel jika suaminya saja adalah guru yang paham agama.

"Lo kesambet?" Tanya Zahra ngeri melihat Queensy yang senyum sendiri.

"H-hah kaga ya, nanti aja dah gue pikirin sekarang antar gue ke kantin gue lapar" Ucap Queensy seraya mengelus perutnya yang sudah keroncongan minta diisi.

Keempatnya mulai melangkahkan kakinya menuju kantin. Sepanjang jalan tak sedikit orang yang terang terangan melihat kearah mereka terutama kearah Queensy yang tampak asing. Tanpa tahu bahwa di ujung lorong berdiri seorang gadis yang menatap Queensy dengan tatapan sulit diartikan, mata gadis itu menajam sebelum akhirnya melenggang pergi.

"Mau pesan apa?" Tanya Faza setelah memasuki area kantin.

"Ngikut gue" Jawab Queensy melihat sekeliling kantin.

"Bakso sama es jeruk"

Zahra dan Faza menjauh untuk memesan makanan sedangkan Syafa dan Queensy memilih untuk mencari bangku kosong. Ditengah mencari bangku kosong Queensy dikejutkan dengan seseorang yang menabraknya dari belakang, gadis itu terdorong maju hingga perutnya menabrak ujung meja.

"Fuck!!" Umpat Queensy dengan suara keras seraya memegang perutnya yang terasa nyeri.

Semua terkejut termasuk Syafa yang langsung mendekati Queensy. "Aza kamu gapapa?" Tanya Syafa membantu Queensy berdiri tegak lalu menoleh melihat orang yang menabrak temannya itu. "Kamu kalo jalan hati hati, gak liat apa di depan ada orang"

"Salah temen lo sendiri kenapa berdiri di tengah jalan" Balasnya dengan songong.

Queensy menoleh menatap sosok gadis yang berdiri di depan nya dengan dagu yang terangkat angkuh. Ia mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak berdiri di tengah jalan karena melihat sekelilingnya yang masih ada jalan lebar.

RAZZALEA || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang