30. Sebuah kepercayaan

6.6K 620 18
                                    


Happy Reading

••°°°••

Queensy mengintip sebentar ruangan Razzan dari luar, memastikan bahwa pemilik ruangan berada di dalam. Pelan namun pasti gadis itu mulai memasuki ruangan, berusaha pelan agar tidak menimbulkan suara.

Razzan yang tengah duduk membelakangi pintu tidak menyadari kedatangan Queensy, membuat Queensy dengan leluasa melancarkan surprise yang ia buat untuk Razzan.

"Assalamualaikum mas Razzan" Bisik Queensy tepat di samping telinga Razzan, hingga sukses membuat Razzan terjengit terkejut.

"Waalaikumsalam, ada apa?" Tanya Razzan menatap Queensy.

Queensy mengernyitkan keningnya. "Kok ada apa?" Tanya nya balik sedikit tidak terima.

Razzan melirik jam yang melingkar di tangannya lalu kembali melihat Queensy. "Ini waktunya ngaji kitab, kenapa disini?"

Queensy mendengus. Bahkan lelaki yang berstatus sebagai suaminya seperti tidak ada niat untuk memutar kursi nya ke depan dan melihat apa yang ada diatas mejanya.

"Emang gak boleh? Aku cuma mau ketemu suami aku"

"Saya tahu, tapi tidak seharusnya kamu membolos jam ngaji"

"Kenapa? Biasanya juga kamu gak mempermasalahin"

"Sudah berapa kali coba kamu bolos jam ngaji? Kamu masih bisa menemui saya setelah selesai ngaji atau kalau perlu saya yang akan mendatangi kamu"

Queensy membuka sedikit mulutnya. Ada apa dengan laki laki itu, tidak biasanya Razzan menatapnya dengan tatapan datar seperti ini. Seperti ada hal yang tidak ia tahu dan yang membuat suasana hati Razzan memburuk. Karena biasanya mau sesering apa ia membolos selagi itu untuk mendatangi Razzan, Razzan tidak pernah mempermasalahkan dan mengganti jam hilangnya dengan mengajari pribadi Queensy.

"Buat gantinya kamu yang ngajarin aku"

Razzan menghela nafas panjang. "Tidak bisa, pekerjaan saya menumpuk"

Benar ada yang aneh, tidak biasanya Razzan menolak dan bersikap dingin seperti ini. Queensy berdiri di hadapan Razzan, menatap Razzan yang juga tengah menatapnya rumit.

"Lo kenapa sih? Ada masalah? Kalo ada masalah crita jangan tiba tiba cuek" Sudah di bilang, Queensy tidak sesabar itu untuk menghadapi orang yang membuatnya bingung tak mengerti.

Razzan mengalihkan pandangannya, menghindari kontak mata dengan Queensy. Sungguh untuk saat ini ia ingin sendiri tanpa orang lain, walau itu istrinya sendiri.

"Tidak ada. Sekarang kamu kembali ikutlah mengaji, saya akan menyelesaikan tugas saya. Kamu bisa lihat tumpukan buku di meja saya, itu semua belum saya sentuh" Ucap Razzan dengan lembut namun tanpa melihat Queensy.

Queensy melirik meja dimana ada dua tumpukan buku. Ia menghela nafas, sepertinya memang untuk saat ini Razzan tidak mau diganggu. Tanpa membalas ia langsung melenggang pergi, kembali mengambil apa yang ia bawa.

"Padahal gue disini mau kasih lo surprise. 2 jam gue pinjem dapur bikin cookies yang ternyata gak lo lirik sedikitpun. Tahu gini mending gue kasih ke Gavin" Dumel Queensy pelan namun sayup sayup masih bisa di dengar oleh Razzan.

Deg... Razzan segera memutar kursi nya, namun telat karena Queensy sudah lebih dulu keluar dari ruangannya. Tanpa menunggu lama ia langsung berlari menyusul Queensy yang belum terlalu jauh pergi. Menyesal, tidak seharusnya ia bersikap kekanakan seperti ini terlebih kepada istrinya.

"Aza berhenti!!" Panggil Razzan berjalan cepat menghampiri Queensy.

Queensy yang kesal dengan Razzan pun terpaksa berhenti, namun memilih untuk tidak membalikkan badan. Tadi aja ngusir, sekarang nyari juga kan.

RAZZALEA || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang