Happy Reading••°°°••
Kini Razzan dan Queensy sedang duduk berhadapan menikmati jajanan yang baru saja Queensy beli beberapa saat lalu. Wanita itu terus berceloteh dengan Razzan yang hanya menanggapi seadanya.
"Kasian banget tau penjual cireng nya. Anaknya dimana sih, bapaknya udah tua bukannya disuruh istirahat malah dibiarin kerja. Tadi juga aku tanya masa sehari cuma dapat untung 20rb, huh kalo aku jadi anaknya udah aku suruh istirahat nikmatin masa masa tua"
Razzan terkekeh mendapati berbagai macam ekspresi dari wajah Queensy ketika bercerita. "Kamu kasih uang lebih?" Tanya nya dan di angguki oleh Queensy.
"Ini aku beli cireng nya 10rb. Aku bayar pake 100rb terus aku suruh ambil kembaliannya"
Razzan mengusap pucuk kepala Queensy, gemas dengan istrinya itu. "Kamu menjadi lulusan dengan nilai tertinggi urutan kedua, selamat ya" Ucap Razzan tersenyum manis.
Queensy menunduk malu lalu menganggukkan kepalanya. Inilah yang ia tunggu dari kemarin, ucapan selamat dari Razzan atas nilai tertinggi yang ia dapatkan dari kelulusan.
"Aku mau hadiah dong"
"Boleh, apa?"
"Aku mau jalan jalan sama kamu seharian besok" Ucap Queensy menatap penuh harap Razzan.
"Besok? Sepertinya tidak bisa. Besok saya harus pergi mengurus sesuatu" Balas Razzan.
Queensy mengembungkan pipinya. "Akhir akhir ini kamu sering keluar, kemana?"
"Ada hal yang harus saya tanggung jawabkan Aza, jadi saya tidak bisa meninggalkan nya begitu saja. Kita jalan jalan setelah acara pengajian aja ya?" Tanya Razzan penuh kehalusan, mencoba memberi pengertian Queensy.
Queensy menghela nafas berat, lalu mengangguk simpul walau sejujurnya hatinya sedikit merasa tidak enak. Seperti ada hal janggal yang ia rasakan.
"Apa kamu besok mau keluar dulu dengan Atha? Saya bisa memberitahu Atha, saya lihat hubungan kalian juga tidak terlalu dekat. Ini kesempatan kalian saling mengenal"
Queensy menggeleng cepat. Keluar berdua bersama Atha sama saja masuk ke dalam kandang singa. Razzan tidak tahu bahwa adiknya se berbahaya itu untuk dirinya. Ia tidak mau karena semenjak perdebatan nya terakhir kali, sebisa mungkin ia menghindari Atha.
"Aku nunggu kamu aja"
Razzan mengangguk. "Baiklah"
"Aza" Panggil Razzan menatap serius Queensy.
Queensy mendongak menatap Razzan. "Iya kenapa?" Tanya Queensy menghentikan acara makannya lantas terfokus kepada Razzan yang sepertinya mau membicarakan hal serius.
"Kamu mau adopsi anak?"
Deg... Queensy mencengkram tepi sofa yang di dudukinya. Terlihat jelas bahwa raut wanita itu langsung berubah drastis. "Kenapa harus adopsi? Aku bisa kasih kamu keturunan jadi nggak perlu adopsi. Kita hanya tinggal nunggu kapan Allah percaya sama kita dan kasih kita keturunan"
Queensy menggigit bibir bawahnya resah melihat keterdiaman Razzan. "Kamu ragu sama aku yang gabisa kasih kamu keturunan? Kalo gitu ayo cek di rumah sakit mastiin kalo aku bisa punya anak!"
Razzan menggeleng, menarik tangan Queensy untuk di genggam. "Bukan, bukan seperti itu Aza. Hanya saja saya punya kerabat yang mau saya mengurus anaknya dengan kata lain saya disuruh mengadopsinya"
Queensy memandang rumit Razzan. "Ucapan kamu kaya alasan seakan kamu punya anak diluar nikah dan kamu membawanya dengan alih kata adopsi"
"Kenapa diam? Jangan bilang tebakan aku benar kalo kamu punya anak diluar nikah?" Sentak Queensy melepas genggaman tangan Razzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAZZALEA || OPEN PO
Teen FictionFollow dulu because beberapa part ada yg di privat. 𝓢𝓮𝓫𝓾𝓪𝓱 𝓲𝓷𝓼𝓲𝓭𝓮𝓷 𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓻𝓾𝓫𝓪𝓱 𝓼𝓮𝓰𝓪𝓵𝓪𝓷𝔂𝓪 -𝐑𝐚𝐳𝐳𝐚𝐥𝐞𝐚 ••°°°•• Tentang Razzan Fathar Ghazalah seorang Gus muda di pesantren Al Adamaya, Bandung. Razzan sosok laki...