60. Berdebat

3.4K 308 24
                                    


Aku update cepat, jadi vote dulu sebelum baca biar berkah...

Happy Reading

••°°°••

Kepala Razzan terangkat kala telinga nya mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, melihat Atha yang mendekat dengan dua minuman kaleng di genggamannya.

Tanpa mengucap sepatah kata, Atha duduk di kursi kosong sebelah Razzan lalu menyodorkan satu minuman kaleng kepada Razzan.

Dalam diam Razzan menerima minuman pemberian Atha. Ia dapat melihat tubuh Atha yang semakin mengurus, apa selama ini adiknya tidak bahagia tinggal di pesantren. Ia banyak melewatkan waktu untuk sekedar bertukar cerita dengan Atha, rasa bersalah pun mulai menyeruak dalam dada nya.

"Kamu kurus an" Ucap Razzan membuka suara.

Diam nya Atha membuat Razzan kembali mengeluarkan suara nya. "Kamu tidak bahagia?"

"Maafkan kakak"

Dua kata itu berhasil membuat Atha menoleh, menatap lekat Razzan. "Maaf kakak gabisa ngembaliin kebahagiaan ku"

Batu tak kasat mata seolah menghantam dada Razzan. Lelaki itu menahan rasa sesak, sejauh inikah hubungan nya dengan adiknya. "Apa yang harus kakak lakukan agar kamu bahagia?"

"Gabisa. Kakak nggak mungkin bisa bikin aku bahagia, kak Razzan gagal jadi seorang kakak" Jawab Atha menohok.

'Kak Razzan' panggilan itu sangat asing di telinga Razzan. Berubah nya panggilan dari Atha menjadi bukti bahwa kini mereka bukan lagi adik kakak yang dekat, mereka jauh.

Tatapan mata Razzan berubah sendu. Ini salahnya, seandainya ia tidak menjaga jarak dengan Atha hanya karena Atha mengancam istrinya, semua tidak akan sejauh ini. Seharusnya ia bisa bersikap adil dan bijak, kembali menyatukan Queensy dan Atha sebagimana mereka dulu menjadi teman dekat.

"Maaf" Pengecut. Mungkin sebutan itu cocok untuk Razzan yang tidak berani mengambil langkah jauh.

"Kakak tidak tahu, semua sudah diatur sama abi dan umi. Kakak hanya menjalankan apa yang mereka suruh, kakak tidak punya kendali atas hidup kakak. Kalau seandainya kakak tahu dari awal, sebisa mungkin kakak akan menolak dan membujuk abah agar kamu yang menikah dengan Queensy"

"Kakak selalu dapat apa yang aku mau. Dari kecil kakak udah ada jauh di atasku. Aku nggak pernah ngerasa kekurangan kasih sayang abi, tapi aku tahu abi selalu ngutamain kakak pake alasan kakak anak pertama, kakak lebih besar, kakak lebih paham. Dan sekarang, disaat abi udah gaada, kakak tetep menang, kakak dapatin apa yang aku mau dengan mudah. Kakak gatau usaha aku selama ini buat Queensy sadar sia sia, berakhir ngliat Queensy sama kakak ku sendiri"

Razzan menunduk. Ia tak menyangka Atha merasakan hal yang sama sekali tidak pernah ia pikirkan. "Kakak tidak pernah merasa ada diatas mu. Kamu adik kakak, kita sama sama sejajar"

Atha terkekek pelan. Ia ingat bagaimana dulu abi nya selalu mendahulukan Razzan daripada dirinya. Hal yang sangat membekas di ingatannya ketika ia sedang sakit dan bunda nya sedang mengajar, abi nya lebih memilih menyambut kepulangan umi dan Razzan dari sekolah, lalu bercanda di ruang tamu dimana dengan kamar nya hanya berbatasan dinding, sehingga dengan jelas ia dapat mendengar gelak tawa ketiganya tanpa melihat bahwa di dalam kamar ada anak kecil yang menahan rasa sakit dan tangis mati matian.

"Apa yang kakak rasain beda sama yang aku rasain. Buat sekali ini, aku mau egois kak"

"Kamu adik, kakak. Sebisa mungkin kakak akan berusaha menjaga perasaan kamu dan menjaga kamu. Tetapi jika kamu melakukan hal diluar batas, kakak tidak segan melawan kamu. Jadi jangan aneh aneh Tha, kakak tidak mau menjadi lawan kamu" Ucap Razzan sungguh sungguh.

RAZZALEA || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang