61. Kedatangan Raven di pesantren

3.2K 309 38
                                    

Happy Reading

••°°°••

Atha terus memutar sebuah video di dalam ponselnya, menyaksikan setiap detail isi video tanpa melewatkan sedikitpun. Tidak ada ekspresi di dalam wajah nya, berbeda dengan jantung nya yang berdebar kencang. Setiap gerakan seseorang yang berada di dalam video, selalu berhasil memporak porandakan perasaannya.

"Takdir jahat sama gue, jadi gak masalah kalo gue jahat demi memperbaiki takdir gue"

Ia mematikan ponselnya, lalu menatap hamparan sungai di hadapannya. Berada di tengah tengah orang asing membuatnya sedikit nyaman, setidaknya tidak ada yang mengenalinya. Hingga kenyamanan sendiri pun tak bertahan lama, kala ada suara anak kecil yang terjatuh di belakang nya.

"Aduhhh" Suara seorang anak kecil jatuh disusul rintihan membuat Atha reflek menoleh ke sumber suara.

"Hey jangan nangis" Tegur Atha melihat bibir anak kecil tersebut sudah bergetar.

"Cakitt omm" Rengek nya.

Atha memutar bola mata nya. Lantas bangkit dan membawa anak itu ke dalam gendongannya. "Ayo om obatin, tapi jangan nangis. Masa cowok nangis, gak keren"

"Aven nda nangis kok" Geleng nya dengan mata berkaca kaca.

Atha terkekeh. "Good job"

Keduanya duduk di depan warung kecil setelah berhasil mendapatkan betadine dan plaster luka untuk menutup luka yang tak seberapa. Dengan telaten Atha melakukan hal yang belum pernah ia lakukan di hidupnya, yaitu membersihkan luka orang lain.

"Nama mu siapa cil?" Tanya Atha.

"Aven"

"Aven?"

"No. Aven!"

"Laven, Vaven?"

"No om. Aven!!" Pekik nya mulai kesal.

Atha berdecak. "Raven?"

Raven mengangguk dengan cengiran lebar. Atha menatap lekat bocah yang terlihat familiar di matanya. Ia seperti pernah melihat Raven, namun ia lupa dimana ia melihatnya.

"Raven kesini sama siapa? Kenapa sendirian?"

"Aven mau cali papa"

"Emang papa Raven dimana?" Tanya Atha memfokuskan perhatian nya kepada Raven.

Raven menggeleng sedih. "Aven nda tau"

Saat itu juga, Atha teringat dengan foto yang dikirim seseorang kepada nya belum lama kemarin. "Ohh shitt, Raven" Mata Atha membola, dengan cepat ia mengeluarkan ponselnya mencari foto anak kecil di galeri khususnya.

"Waw" Atha tak menyangka dunia se sempit ini. Tanpa susah susah mencari, target sudah datang sendiri kepada nya.

"Ini papa Raven?" Tanya Atha seraya memperlihatkan foto Razzan.

Raven mengangguk cepat. Matanya kembali berkaca kaca. "Mau papaaaa"

Atha tertawa kecil. Setelah di perhatikan lebih detail, tidak ada kemiripan antara Raven dan Razzan sedikitpun. Raven memiliki mata yang indah, ketika tersenyum mata itu akan hilang dan membentuk bulan sabit.

"Mau ketemu papa?" Tanya Atha sekali lagi.

Raven mengangguk, lalu merentangkan kedua tangannya meminta gendongan Atha. Atha tertawa kecil, Raven terlihat begitu menggemaskan dengan bibir mengerucut dan mata berair.

"Ayo om antar ketemu papa"

Jam menunjukkan pukul 4 sore, sudah waktunya para santri untuk istirahat setelah melaksanakan sholat ashar. Dan ini waktu yang tepat untuk membawa Raven ke pesantren, membuat ke gaduhan atas kedatangan Raven yang memanggil Razzan Papa.

RAZZALEA || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang