41. Razia

6.8K 618 50
                                    

Happy Reading

••°°°••

Dari lantai dua, seorang remaja laki laki sedang melihat pemandangan yang langsung tertuju kearah taman. Kenzo memandang sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga orang, keluarga yang saling melempar senyuman lebar. Bahagia setiap melihat seorang anak bisa akrab dan bercanda bebas dengan orang tuanya, ia bisa merasakan kehangatan walau hanya dengan melihatnya. Dan ia ingin merasakan langsung walau hal itu sangat mustahil untuknya.

Bibir pucat itu tertarik keatas membentuk senyuman. Kenzo tersenyum tipis, menikmati pemandangan keluarga cemara yang sedang bermain dan bertukar cerita di taman. "Seumur hidup belum pernah gue bercanda, ngobrol santai sama papa. Setidaknya gue pengen ngrasain sekali seumur hidup, tapi hal sesederhana itu sangat mustahil buat gue" Gumam nya dengan mata terus tertuju kearah taman.

"Dulu gue slalu berharap bisa ngrasain hal itu, ngemis ngemis perhatian kaya orang tolol. Tapi semenjak kedatangan Queen, harapan itu perlahan hilang dan diganti harapan bisa hidup sama Queen sampe gue beneran nyerah sama hidup gue"

"Untuk kesekian kalinya harapan gue gagal. Queen pergi, obat gue hilang hahaa" Kenzo tertawa hambar, meratapi nasibnya yang selalu gagal ketika mempunyai harapan.

Puk... Seseorang menepuk bahu Kenzo membuat Kenzo langsung membalikkan badannya. "Bang Aksa?"

"Lo ngapain disini? Lo berobat, kenapa nggak bilang ke gue? Gue bisa nganterin lo" Cerocos Aksa menatap Kenzo sedikit kesal. "Gue bisa kena omel nyai kalo sampe nyai tahu lo pergi sendiri"

Nyai yang dimaksud Aksa adalah mama nya. "Santai bang. Gue masih bisa sendiri jadi gue gamau ngrepotin lo, kaya nya juga lo lagi sibuk jadi gue gamau nambah kesibukan lo" Jawab Kenzo terkekeh pelan.

Aksa berdecak. "Ck lo itu tanggung jawab gue, gue nggak ngrasa kerepotan, justru gue bakal ngrasa berguna buat sepupu gue yang tingginya udah nglebihin gue ini"

Kenzo tersenyum lembut. "Dasar kerdil"

Aksa menatap horor Kenzo. "Beda 3cm doang" Protesnya tidak terima.

"Serah lo. Oiya bang lo kenapa bisa ada disini?"

"Nunggu temen gue ada yang sakit"

Kenzo berdehmm. Aksa menoleh menatap sendu Kenzo dari samping, tubuh sepupu nya semakin hari semakin kurus terlihat dari pipi nya yang menyusut. Warna pucat seolah menutup aura Kenzo. "Apa kata dokter?" Tanya Aksa.

"Gapapa"

"Gapapa gapapa, lo jangan kaya cewek kalo pas ditanya jawabnya gapapa" Omel Aksa.

Kenzo menyengir. "Kata dokter makin parah bang, dada, kepala gue juga sering sakit. Tapi yaudah lah gue nikmatin aja" Ucap Kenzo santai.

Aksa mengeratkan pegangannya pada pembatas lantai. Lelaki itu mengalihkan pandangannya ke depan. Kenzo memiliki banyak muka, diluar dia memang terlihat santai tapi di dalam pasti dia merasakan tekanan yang sangat besar.

"Gue bakal terus cari donor jantung buat lo. Lo jangan khawatir"

"Gausah! Percuma juga gue hidup, gue udah gapunya tujuan bang. Gue nyerah, gue mau nyusul bunda aja"

"Lo jangan gitu bangsat! Masih ada gue, mami papi dan papa lo!" Sentak Aksa tak suka dengan ucapan Kenzo.

"Papa?" Kenzo tersenyum miris. "Lo lupa kenapa gue ada disini? Itu karna orang yang lo sebut papa bang. Lebih baik gue pulang dengan keadaan jadi mayat daripada hidup tapi bakal trima cacian, pukulan, hinaan lagi. Capek gue bang"

RAZZALEA || OPEN POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang