26. Mengobrol

340 63 27
                                    

Winter dan Jisung sampai di kantin..mereka sudah memesan makanan dan saat ini berada di salah satu meja dengan posisi yang sedikit memojok, di belakang. Winter sengaja memilih tempat ini, agar tak terlalu bising sehingga mereka bisa mengobrol dengan santai. Juga agar tak ada yang mendengar apa yang akan menjadi topik obrolan ini.

Winter mengamati Jisung yang sedang makan dengan nikmat. Sepertinya anak itu memang sedang lapar, di lihat cara makannya yang terburu-buru.

"Jisung pelan-pelan aja, makannya. Masih ada empat puluh menit baru pelajaran dimulai lagi," ujar Winter agar Winter bisa lebih santai makannya.

"Hehehe. Iya kak maaf," ujar Jisung salah tingkah. Karena ternyata Winter mengamatinya sedari tadi. Ia jadi malu sendiri. Dia memang sedang lapar, karena sebelum berangkat ia hanya memakan roti beserta susu. Itupun hanya sedikit.

Winter terkekeh melihat reaksi Jisung yang lucu, anak itu jika sedang malu pipinya mendadak merah, mungkin itu kebiasaannya. Kalau kayak gini kan, Winter jadi semakin ingin menjadikan Jisung sebagai adiknya. Tapi akan lebih bahagia lagi jika dia menjadi adik iparnya. Winter merasakan pipinya memanas, ia jadi malu karena pikirannya lagi dan lagi pada Jeno, pria dingin itu.

Sedangkan Haruto dan Doyoung juga duduk tak jauh dari meja Winter dan Jisung. Mereka terlihat menikmati makanannya namun sesekali pandangan mereka akan tertuju pada meja Jisung. Mereka berdua terlihat seperti mata-mata saja. Menatap dengan intens pada targetnya. Untung saja Jisung tak menyadari kehadiran Doyoung juga Haruto yang langsung mengklaim jika mereka sekarang adalah teman.

"Jisung," panggil Winter. Anak itu mendongak menatap Winter menunggu apa yang akan di katakan padanya.

"Ibumu, cantik banget.. Masih terlihat muda, dan jika di amati ia lebih terlihat mirip Jeno ya?" Winter bertanya dengan basa-basi. Ia tak akan langsung ke intinya. Karena pasti akan membuat Jisung curiga atau malah tak suka dengan gadis yang blak-blakan.

Jisung tersenyum ketika mendengar Winter memuji ibunya. Tentu Irene adalah wanita tercantik di hati Jisung, dan ia selalu ingin membuat Irene tersenyum sebelum waktu merebut segalanya.

"Makasih kak.. Kak Jeno memang lebih mirip dengan ibu," balas Jisung.

"Karena kak Jeno adalah anak kandung ibu.. Sedangkan dirinya tidak terlahir dari rahim Ibu," lanjutnya dalam hati.

"Berarti kamu lebih mirip dengan ayahmu dong. Biasanya kayak gitu, kalau anak pertama mirip ibu, anak kedua akan mirip pada ayahnya. Atau kamu perpaduan antara ayah dan ibumu?" tanya Winter dengan begitu antusias membahas hal ini.

Jisung tak menanggapi, ia hanya berusaha tersenyum di hadapan gadis itu. Namun siapa yang akan tahu. Di hati Jisung merasa sakit atas ucapan Winter.

"Apa ia aku perpaduan antara appa dan.. Eomma? Atau aku lebih mirip sama eomma, tapi aku gak pernah tahu bagaimana wajah ibu yang telah melahirkan ku.." batin Jisung dengan sedih.

"Kak.. Jisung mau minta maaf, karena kak Jeno pernah mengusir kakak dan kak Jaemin dari rumah. Jisung tak pernah mengira kak Jeno akan sekadar itu pada kalian," membahas Jeno, Jisung tiba-tiba teringat dengan pertemuan terakhir mereka yang tak berkahir baik. Ia hanya takut Winter akan membenci keluarganya karena perlakukan Jeno. Winter dan keluarganya terlalu baik, dan Jisung juga sudah mulai merasa nyaman dengan Winter.

Ia seperti seorang kakak, yang bersikap baik pada adiknya.

"Gak perlu minta maaf. Kakak udah lupa kok. Ngomong-ngomong soal kakakmu itu. Apakah dia memang selalu bersikap seperti itu pada orang lain, maksudku apa dia memang bersikap dingin seperti itu?" tanya Winter hati-hati.

"Iya kak. Kak Jeno memang dingin sama orang asing. Dia mungkin hanya belum mengenal kakak jadi bersikap seperti itu. Tapi aslinya kak Jeno itu baik kok," ujar Jisung.

"Kakak mu itu sudah memiliki pacar? Eh maksud kakak, apakah dia emm.. Mmm," Winter jadi bingung sendiri apa yang ia ingin katakan. Seharusnya tadi ia menyiapkan sebuah kata-kata agar Jisung tak curiga, dan berfikir aneh tentangnya. Kalau kayak gini, Winter merutuki kebodohannya yang bisa bertanya hal seperti itu. Andai Jisung tak tahu jika ia sudah memiliki pacar, pertanyaan seperti ini menjadi hal biasa. Tapi kan Jisung tahu semuanya.

Pertanyaan spontan itu tak mengejutkan bagi Jisung. Ia memang tahu jika Winter memiliki sebuah tanda suka pada Jeno, Jisung pun tak masalah jika Winter dekat dengan Jeno. Tapi yang mengkhawatirkan disini adalah posisi Jaemin, yang merupakan cinta pertama Winter.

Jika Jisung mendukung Winter mendekati Jeno, ia sama saja menghancurkan hubungan kedua pasangan itu. Jisung tak mau jika Jeno menjadi penyebab pupusnya hubungan keduanya.

"Kak Jeno tidak memiliki pacar," jawab Jisung yang secara langsung menghadirkan senyuman lebar di bibir Winter. Ia bahagia mendengar kalimat itu, itu kan tandanya ia memiliki kesempatan. Kesempatan untuk bisa dekat dengan Jeno, pria yang membuatnya terpesona hanya pertama kali bertemu.

"Tapi ia pernah menikah dengan eomma ku. Tapi bercerai saat Jisung lahir," batin Jisung melanjutkan ucapannya. Irene pernah mengatakan hal itu, saat Jisung berada di sekolah menengah pertama. Tapi meski Jeno bertanggungjawab dengan menikah dengan eomma nya, namun statusnya masih tetap menjadi anak haram. Terlebih di pandangan publik.

"Seperti itu ya.." balas Winter mengangguk-anggukkan kepalanya. Senyuman dari bibir Winter tentu tak bisa ia sembunyikan dari Jisung. Jisung pun mengerti jika saat ini Winter bahagia. Tapi suatu hari nanti Winter akan kecewa saat tahu fakta sebenarnya.

"Kak, kata ibu tadi. Ia mengundang kak Winter makan malam di rumah," ujar Jisung menyampaikan apa yang Irene katakan sebelum wanita paruh baya itu meninggalkan sekolah.

"Hah? Serius.. Tapi kenapa?" tanya Winter yang membelalakkan matanya terkejut. Ia tak sampai berpikiran jika ibunya Jeno akan mengajaknya makan malam. Itu artinya ia akan bertemu Jeno lagi.

"Sebagai tanda terimakasih karena telah menolong Jisung."

Winter menganggukkan setuju. Ia dengan sangat bersemangat dan tentu dengan hati yang berbunga-bunga. Sepertinya Winter harus bersujud syukur setelah ini.

"Mmm. Jisung apakah boleh kak Winter meminta nomor ponsel kakakmu?" tanya Winter dengan penuh harap. Karena tujuan utamanya memang adalah meminta kontak Jeno.

Jisung diam. Bukan tak ingin memberikannya, hanya saja ia takut Jeno akan marah ketika ia memberikan sembarangan kontaknya.

"Bagaimana?" Winter bertanya dengan tak sabar. Melihat Jisung yang ragu, ia jadi merasa takut tak akan di beri.

"Tapi untuk apa ya kak?" hanya Jisung berhati-hati.

"Kalau kakak udah sampai. Kakak bisa hubungi dia. Bolehkan?" entah dimana sekarang urat malu gadis itu. Ia bahkan tak merasa canggung lagi untuk meminta nomor ponsel kakak dari Jisung.

"Kenapa gak nomor Jisung aja ya? Fiks sih kak Winter memang menyukai appa," batin Jisung semakin yakin.

Karena tak ingin membuat kecewa, akhirnya Jisung memberikan kontak Jeno. Semoga saja gadis itu tak mengganggu Jeno, tak mengirimi dia pesan yang bisa membuat Jeno merasa risih.

"Terimakasih banyak ya. Kakak janji pasti akan datang," ujar Winter yang kebahagiannya sudah di level maksimal hari ini.

"Iyaa kak."

19 agustus 2022








Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang