33. Menghindar part 2

431 60 18
                                    

Saat makan di kantin pun,  Jisung masih saja terus kepikiran. Baru pertama kali ia melihat sikap acuh Winter, meski belum lama mengenal namun Winter seakan menariknya hingga ia menjadi yakin jika Winter adalah wanita yang cocok untuk ayahnya. Namun, apa yang bisa ia lakukan sekarang, Winter sudah kecewa terhadap keluarganya.

Siapa yang tak akan marah dan kecewa, saat datang dengan niat baik-baik, tapi pulangnya malah dipaksa pergi atau dengan kata lain di usir. Jisung tahu bagaimana sakitnya hal itu. Jisung juga kerap sekali di usir oleh Suho, memang bukan mengatakan secara langsung dengan kalimat, 'pergi kamu dari rumah!' tapi ia cukup sadar diri, perkataan perkataan Suho yang selalu menyindir, sebenarnya keinginan Suho hanya satu. Jisung pergi dari kehidupan keluarga kim.

Andai ia sudah bisa mandiri, andai ia sudah memiliki cukup uang untuk tinggal sendiri. Dan andai Irene,membiarkannya. Mungkin Jisung sudah pergi sejak lama. Namun alasan ia bertahan tentu karena Irene, dan juga ia ingin mendapatkan pelukan dari Jeno, setidaknya sekali.

"Jie, lo kenapa?" tanya Haruto merasa heran dengan sikap Jisung saat ini. Jisung tengah melamun, terlihat sekali jika ia sedang merasa sedih dan tak ada semangat dari anak itu.

"Gak papa," balasnya singkat. Ia menatap ke meja Jaemin, namun sudah kosong. Sepertinya mereka telah pergi, bahkan saat ia tak menyadarinya. Posisi duduk mereka memang tidak terlalu jauh, jadi ia bisa melihat Winter kembali dari toilet masih datang ke kantin. Tapi Jisung memilih diam, tak mendatangi meja itu lagi.

Doyoung yang menyadari arah pandangan Jisung langsung berdehem, "kak Winter udah kembali ke kelas. Lo nyaru dia 'kan?"

Jisung menatap Doyoung tanpa arti, namun tak ayal ia menganggukkan kepalanya.

"Lo lagi ada masalah sama kak Winter? Gue perhatikan tadi, dia kayak menghindar gitu," timpal Haruto, yang memang menyaksikan hal itu.

"I-iya," jawabnya dengan jujur.

"Kok lo bisa dekat sih sama kak Winter? Dia sepupu lo?" tanya Doyoung penasaran.

Jisung menggelengkan kepalanya, "bukan. Tapi keluarga kak Winter udah nolongin aku."

"Bantuin apa?" tanya Doyoung lagi, Haruto memutar bola matanya malas. Ia jengah dengan kelakuan sahabat sehidup semati nya itu. Jiwa kepo dari Doyoung kini bangkit, memang ia akan mempertanyakan banyak hal, sampai jawaban yang ia dapatkan detail.

"Nanti aku cerita. Bisa bantu Jisung ke kelas kak Winter?" tanya Jisung penuh harap. Ia menatap kedua siswa yang sudah menjadi sahabatnya itu. Mereka terdiam sebentar, lalu dengan semangat mengangguk.

"Oke. Kita antarin, tapi jangan lama-lama, lima balas menit lagi, kita masuk," pesan Haruto, yang di balas dengan senyuman dari Jisung.

"Siap."

Mereka bertiga pun berjalan ke kelas dua belas. Memang tak ada larangan adik kelas mendatangi area kelas dua belas. Namun ada satu siswa yang berkuasa di kelas dua belas. Lalu membuat peraturan tak membiarkan adik kelasnya untuk datang, kecuali keperluan penting dan suruhan dari guru.

Haruto dan Doyoung berani mengajak Jisung karena mereka sudah mendapat informasi, jika dia sedang tak datang. Jadi untuk sesaat di beri kebebasan. Siswa itu bukan pembully, bukan juga tukang tindas. Ia hanya tak ingin ada adik kelas yang datang menganggu waktu mereka, jadi guru pun tak mempermasalahkan hal itu.

"Ini kelasnya," ujar Haruto menunjuk kedalam kelas yang siswanya sedang bersantai. Jisung ragu untuk masuk, apalagi saat ia tiba-tiba datang pasti akan menjadi pusat perhatian. Dan Jisung benci itu.

"Masuk gih," suruh Doyoung karena Jisung yang memilih berdiam diri di tempat. Ia heran bukankah mereka telah sampai di kelas dua belas. Juga saat ia cek tadi, ia melihat Winter ada di dalam. Jadi buat apa Jisung hanya berdiam diri di tempat, ini membuang-buang waktu.

"Takut," cicitnya dengan suara yang begitu pelan.

Doyoung yang mendengarnya, terkekeh. Lalu sambil merangkul Jisung, ia berkata, "ya udah gue temani. Gak usah takut, di kelas ini rata-rata muridnya bain kok," ujar Doyoung mencoba meyakinkan, juga membuang ketakutan dari Jisung.

Doyoung dan Jisung pun perlahan masuk, mereka mengetuk pintu terlebih dulu, biar terkesan sopan. Haruto tak ikut, ia disuruh berjaga di depan, mengawasi jika ada guru yang akan masuk.

Seperti yang sudah Jisung duga, mereka menjadi pusat perhatian saat memasuki kelas ini. Rasanya, Jisung begitu malu di tatap oleh penghuni kelas yang adalah seniornya. Ia menundukkan kepalanya tak berani menatap mereka.

"Hei Jisung. Sini," hingga suara yang ia kenal terdengar. Untuk pertama kalinya setelah masuk di kelas ini, ia mendongak dan melihat Jaemin dengan senyumannya memanggil Jisung. Dia duduk di salah satu kursih, juga di sampingnya ada Winter yang masih terlihat cuek.

Jisung kemari selain karena ingin meminta maaf. Ada tujuan lain yang tak kalah penting. Dan ia tak ingin Winter marah padanya juga pada keluarganya. Hal itu tak boleh terjadi.

Jisung dan Doyoung pun berjalan menghampiri Jaemin, yang sedang menyengir. Winter terlihat memainkan ponsel juga langsung mengambil earphone. Mungkin sengaja karena tak ingin mendengar apa yang dikatakan Jisung. Jaemin sih tak menyadari apa yang dilakukan Winter, ia dengan hangat menyambit kedatangan Jisung di kelasnya.

"Kak.. Jisung mau bicara sama kak winter, sebentar. Boleh 'kan?" Jisung meminta izin pada Jaemin.

Jaemin mengernyitkan alisnya, mengapa harus meminta izin, bukan ka ia bisa berbicara langsung pada Winter. Begitulah pikiran Jaemin, namun ia tetap menuruti permintaan Jisung.

"Winter. Itu Jisung mau bicara," ujar Jaemin. Namun tak ada respon dari samping. Jaemin menolehkan kepalanya, dan ternyata ia sedang memainkan ponsel dengan dua earphone di telinganya. Jaemin mengambil earphone yang ada di telinga kanannya.

Hal itu membuat Winter kesal, "APA SIH JAEM! GUE LAGI NONTON NIH, JANGAN GANGGU!" teriak Winter menatap marah Jaemin. Jaemin yang teriaki langsung terlonjak kaget, begitu pun dengan murid-murid yang lain.

Jisung memegang kedua tangannya dengan gugup, sepertinya ia membuat masalah lagi, melihat respon Winter yang seperti itu. Rasanya, ia ingin mengembalikan Winter seperti kemarin, yang masih menyambutnya dengan senyuman dan menanyakan berbagai hal tentang Jeno.

"Jisung ingin bicara sama lo. Jangan teriak gitu," balas Jaemin dengan nada sabar.

"Lo gak liat! Gue lagi sibuk Jaem!" balas Winter dengan pandangan enggan menatap Jisung yang hanya mampu  menunduk dengan perasaan bersalah.

"Sibuk apa wih Win? Lo cuma main hp 'kan?" Jaemin kembali membalas.

"Iya benar. Ini lebih penting," ujar Winter menunjukkan acara tontonan nya.

Jaemin memutar bola matanya, sepertinya ada masalah yang tak ia ketahui. Winter jarang sekali ia bersikap seperti ini, kecuali jika ia memang merasa begitu kecewa pada suatu hal. 

"Jisung mau ngomong sama lo. Tolong ajak ia bicara sebentar aja. Ada hal penting yang ingin ia sampaikan."

Bukannya menuruti perkataan Jaemin, Winter malah pergi begitu saja mengabaikan teriakan Jaemin yang memanggilnya.

"Jisung maaf.. Winter memang kadang bersikap seperti itu," ujar Jaemin merasa bersalah.

"Gak papa kak. Disini Jisung yang salah, sudah menganggu."

"Kak apakah boleh meminta pulpen dan kertas?" pintanya.

Jaemin mengangguk lalu memberikan apa yang diinginkan Jisung. Jisung menerimanya dengan mengucapkan kata terimakasih. Ia mulai menulis apa yang ingin ia sampaikan.

Setelah selesai, Jisung menyerah kertas itu pada Jaemin. "Kak, Jisung minta tolong kasih ini pada kak Winter."

Jaemin menerimanya, "baiklah..akan ku sampaikan nanti."

"Makasih kak. Kalau gitu kami permisi," Jisung dan Doyoung langsung bergegas keluar dari kelas. Saat guru yang mengajar juga sudah masuk.

26 agustus 2022

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang