56. Setuju

480 52 37
                                    

Info.

Aku mau minta maaf, minggu depan aku gak akan update dulu. Soalnya udah memasuki ulangan semester di real life. Jadi harus fokus belajar. Tapi insyaAllah setelah ulangannya selesai, aku akan rajin update.. Thanks semuanya.


****

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Irene begitu bersemangat juga senang saat dokter mengatakan jika Jisung nya telah sadar. Ia tidak bisa melunturkan senyumannya tanda kebahagiaan yang begitu besar akan keadaan sang cucu yang sudah perlahan membaik.

"Jie nya ibu, memang hebat."

"Ibu," panggil Jisung dengan suara seraknya. Wajahnya masih sangat pucat dengan tubuh yang begitu lemah.

"Iya sayang. Kamu mau apa nak?"

Irene menatap Jisung, menunggu kalimat yang akan di lontarkan olehnya.

"Jie lapar? Haus?" tanya Irene.

Namun, gelengan kepala yang diberikan Jisung sebagai respon. Ia nampak ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Lalu kenapa nak?"

"Jie- emmm."

Ucapan menggantung itu, membuat Irene merasa heran. Ada apa? Apa yang ingin di katakan oleh Jisung yang baru saja sadar itu.

"Nak, coba katakan, apa yang ingin kamu bilang pada ibu."

Jisung bimbang. Ia takut jika apa yang akan ia katakan kali ini, akan membebani Irene nantinya.

"Jie, katakan saja," ujar Irene lagi.

"Jisung punya permintaan ibu," ucap Jisung yang masih merasa enggan untuk mengatakannya. Keraguannya tak luput dari pandangan Irene.

"Katakanlah. Ibu akan turuti semua permintaan Jisung. Jangan takut untuk mengatakannya nak," balas Irene yang sedikit membuat Jisung merasa senang.

"T-tapi Jisung takut, ini akan membebani ibu-"

"J-juga appa," dengan suara lirih dan wajah yang begitu cemas. Tapi dalam pikiran Jisung saat ini. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu yang diberikan Padanya. Apalagi melihat kondisinya saat ini. Apapun bisa saja terjadi.

"Nak, apa pun ibu lakukan jika itu buat kamu bahagia. Bahkan ibu rela mempertaruhkan nyawa untuk kamu nak."

Ungkapan kasih sayang dari Irene justru membuat Jisung merasa bersalah. Lagi-lagi ia memikirkan jika seandainya Jisung gak ada di dunia ini pasti semuanya akan baik-baik saja. Ia justru menjadi beban untuk Irene.

"Apa ibu bisa membujuk appa untuk segera menikah dengan kak Winter?"

Irene menatap heran kearah Jisung. Permintaan Jisung memang sulit untuk dikabulkan. Apalagi Jeno sudah menolaknya. Apa yang kiranya harus Irene lakukan untuk membujuk Jeno lagi. Tapi apapun akan ia lakukan demi Jisung, demi melihat senyuman dari kesayangannya.

"Ibu, kalau gak bisa-"

"Ibu janji akan membujuk appa mu. Agar segera menikah dengan kak Winter. Tapi Jisung harus janji juga harus cepat sembuh, biar nanti Jie bisa merasakan kebahagiaan bersama orang tua lengkap."

Jisung tersenyum," makasih ibu."

****

Saat Jisung sudah di pastikan tidur dengan nyenyak. Irene keluar dari ruang inap Jisung. Ia ingin menelpon Wendy untuk membicarakan hal ini terlebih dulu.

"Halo Wen. Lagi sibuk?" tanya Irene pada sahabatnya.

"Enggak kok. Ada apa?"

"Ada hal serius yang pengen omongin. Ini menyangkut perjodohan waktu itu."

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang