17. Bertemu lagi

590 95 36
                                    

"Jika ini adalah mimpi, ku mohon jangan ada yang menghentikan mimpi indah ini. Aku masih ingin menatapnya, aku masih ingin terus melihatnya," batin Winter berkata.

Ia memandangi pria tampan yang kini tepat berada di hadapannya, di samping Jisung yang menundukkan kepalanya, entah karena apa.

Meskipun pria ini berpenampilan acak-acakan, baru bangun tidur. Namun ketampanannya masih terlihat jelas, membuat Winter sangat terpesona. Ia bahkan lupa jika ada Jaemin disini.

Melihat Jeno datang. Jisung mendadak takut, takut jika seandainya Jeno akan mengusir mereka. Jisung melirik kearah Jeno, yang nampak berdiri dengan kaku dengan tatapan dingin khas pria itu.

Jisung meneguk susah payah air liurnya. Ia tahu telah salah. Kabar dari rumah, tersesat, hingga tak pulang semalam. Jisung semalam telah bersikap ke kanak-kanakan yang sangat Jeno benci. Jeno selalu mengajarkannya untuk bersikap dewasa dan tidak cengeng. Dan ia tahu akan mendapatkan hukuman dari ayahnya atau mungkin Suho. Tapi Jisung berharap Jeno baru akan melakukannya setelah Jaemin dan Winter pergi. Agar ia tak melihat bagaimana sifat keluarga aslinya.

"Ekhm!" suara deheman itu, membuat Winter langsung membelalakkan matanya terkejut. Ia yakin jika saat ini memanglah nyata, apa yang dilihatnya bukanlah mimpi semata. Di hadapannya kini, berdiri sosok pria yang membuatnya kepikiran terus.

Akhirnya halu nya jadi kenyataan juga. Senyuman Winter mungkin sudah tak pernah luntur lagi. Wajahnya terlalu menunjukkan kebahagiaan, membuat Jeno yang melihat itu merasa tak nyaman.

Namun, kembali ia teringat. Jika kedatangan dirinya itu adalah karena Jisung. Dan dirumah megah ini pun ada sosok pria tampan yang ia kagumi. Tetapi yang menjadi beban pikirannya saat ini adalah mengapa mereka bisa satu rumah? Apa mereka punya suatu hubungan.

Tapi yang pasti, Jisung adalah suatu perantara yang bisa membuatnya bertemu pria tampan ini lagi. Maka dari itu, ia harus mencari tahu, hubungan antara keduanya terlebih dulu. Dan jika mereka dekat, maka Winter akan mengambil hati Jisung lebih dulu, baru meluluhkan pria itu.

"Ibu dimana?" tanya Jisung dengan sangat hati-hati. Ia hanya ingin menghilangkan aura ayahnya yang bisa saja membuat Winter dan Jaemin merasa tak nyaman.

"Kamar," jawabnya singkat.

Jisung rasanya ingin sekali berlari menuju kamar ibunya. Namun, ia harus menunda lebih dulu karena masih ada Jaemin dan Winter. Tak mungkin ia tinggalkan mereka bersama dengan Jeno. Dirinya saja terkadang takut, tak nyaman jika bersama pria itu, apa lagi orang asing yang belum mengenalnya.

Jisung hanya bisa berharap, Jeno akan pergi dari ruangan ini. Namun harapannya itu harus pupus saat Jeno malah mendudukkan dirinya tepat dihadapan Winter. Ia mengamati wajah Winter dalam diam.

Menyadari sedang di tatap. Winter hampir saja berteriak, jika tak ingat ada Jaemin disini. Ia hanya takut, jika Jaemin menyadari Winter terpesona dengan Jeno. Membuat pria itu marah dan hubungan mereka menjadi tak baik.

"Pengen banget gue teriak se kencang-kencangnya. Mimpi apa gue semalam bisa ketemu lagi si pria tampan ini. Tapi sayangnya ada Jaemin, gue gak mau buat dia marah, kecewa, dan membuatnya merasa tak nyaman.

Andai waktu bisa berhenti, gue pengen berhenti in waktu tepat saat ini. Gue beneran terpesona dengannya. Di tambah ternyata dia tajir melintir. Huh pasti hidup gue akan sangat terjamin jika bisa nikah sam dia. Moga aja deh, Tuhan jadikan dia jodohku Kabulkan lah ya Tuhan."

Winter membatin dengan pandangan yang terus menatap kearah Jeno. Meski Jeno mengalihkan pandangannya kearah lain. Winter tahu, Jaemin memerhatikan tingkahnya sedari tadi, namun hanya memilih diam. Sepertinya Winter harus menyiapkan sesuatu alasan, agar Jaemin tak marah padanya.

"Kalian yang membawa anak ini pulang?" tanya Jeno memulai pembicaraan, ia menunjuk Jisung yang berdiri disisinya dengan perasaan cemas. Jisung takut untuk menjawab, jika bukan dirinya yang di ajak berbicara. Hingga hanya diam, menunggu jawaban dari keduanya.

Namun hingga beberapa saat masih tak ada jawaban. Jaemin melirik Winter yang masih tersenyum lebar tak berkedip pada Jeno. Entah ia mendengar pertanyaan dari pria itu atau tidak.

Winter sebenarnya ingin menjawab, namun lidahnya seolah keluh tak dapat berbicara.

"Iya, ibunya Pacar saya menemukan Jisung di jalan. Dan membawanya pulang," jawab Jaemin dengan menekankan kata pacar. Sengaja agar pria itu tahu siapa wanita yang duduk di sampingnya kini.

Winter yang mendengar itu, sontak terkejut. Ingin mengajak namun yang dikatakan Jaemin memanglah benar. Tetapi mengapa harus mengatakannya sekarang, di depan pria ini. Winter seketika down karena Jaemin mengatakan itu. Winter gak berniat selingkuh atau semacamnya, tetapi hatinya lah yang membuatnya seperti ini.

"Lalu bagaimana kalian bisa membawanya kesini?" tanya Jeno lagi dengan nada datar seperti tadi.

Jaemin langsung memberikan sebuah foto dimana terdapat alamat, nomor telpon serta foto Dari Jisung.

"Karena ini, kami bisa membawanya pulang. Jisung semalam sempat demam, jadi kami memanggil dokter. Tapi anda tak perlu khawatir, Jisung sekarang sudah baik-baik saja," jawab Jaemin lagi. Winter tambah kesal. Lagi dan lagi Jaemin lah yang menjawab pertanyaan pria itu.

Padahal 'kan, Winter juga ingin mengobrol dengan Jeno. Kapan lagi coba kesempatan seperti ini datang lagi. Tapi untuk kali ini, Jaemin tak peka padanya. Atau mungkin pura-pura tak tahu keinginan Winter.

"Benar 'kan dek?"tanya Jaemin pada Jisung yang lagi-lagi hanya menundukkan kepalanya.

Sebuah anggukan singkat Jisung berikan. Jeno hanya diam memperhatikan, sebenarnya ia tak terlalu peduli dengan keadaan Jisung. Ia tak terlalu mempedulikan semalam Jisung akan pulang atau tidak, toh anak itu pergi atas keinginannya sendiri. Bukan Jeno yang mengusirnya, jadi buat apa khawatir.

Dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia beranjak dari tempatnya duduk. Ia kembali ke kamar nya untuk beristirahat. Pikirannya sedang kacau, ia butuh istirahat.

Setelah Jeno pergi, suasana menjadi kembali seperti tadi sebelum kedatangan pria itu. Namun Winter merasa sangat kecewa, belum sempat ia memberikan sepatah, dua kata, pria itu sudah berlalu dari hadapannya. Sungguh Winter rasanya ingin kembali pada menit saat Jeno masih ada disini.

Jaemin terdiam di tempatnya. Ia melihat raut wajah Jisung yang seketika bernafas lega setelah Jeno pergi. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi melihat interaksi mereka yang sepertinya kurang baik. Jisung sepertinya menyembunyikan banyak hal, namun ia juga tak berhak untuk menanyakan hal itu. Dirinya tak berhak mencampuri urusan orang lain.

"Maaf ya. Tadi itu-"

"Jisung apa hubungan lo sama pria itu?" Winter segera memotong ucapan Jisung. Ia dengan cepat menanyakan apa yang seharusnya ia pertanyaan. Supaya rasa penasarannya hilang.

Jisung mendadak bisu. Ia tak menyangka Winter akan menanyakan pertanyaan sensitif itu padanya. Jisung sangat ingin tak menjawabnya, namun kembali lagi ia tak boleh dipandang sebagai anak tak sopan.

"K-kakak," jawab Jisung dengan beberapa saat pertimbangan.



6 agustus 2022

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang