28. Dress?

349 64 15
                                    

Malam telah tiba, Malam yang sangat ia nantikan. Bahkan saat pulang sekolah, Winter langsung saja memasuki kamar untuk membongkar isi lemari nya. Memilih pakaian yang kira-kira cocok untuk ia pakai agar terlihat cantik di mata keluarga Jeno. Pipinya kembali bersemu merah membayangkan Jeno kali ini akan terpesona padanya.

Meski sudah tau kenyataan, bahwa hati Jeno tak akan tergerak karena penampilannya. Tapi setidaknya ini adalah suatu usaha agar bisa dekat dengan pria itu. Winter menghembuskan nafas gugup, ia sepertinya telah jatuh cinta begitu dalam pada Jeno. Sekarang apa yang harus ia lakukan, terus lanjut atau mundur?

Winter sudah lelah, sedari tadi memilih pakaian yang kiranya akan cocok dengannya. Namun, ia belum menemukan pakaian yang pantas untuknya, Winter hanya tak ingin salah kostum, yang ada bukannya terpesona eh malah memandangnya aneh.

"Duh gue pakai pakaian apa sih!" batin Winter lelah. Gadis itu merasa aneh, mengapa dua lemari yang berisi pakaian miliknya malah tak satupun yang menarik di pandangannya. Memilih pakaian saja, sangat memakan waktu. Ia sudah hampir dua jam hanya untuk memilih Baju yang akan ia kenakan.

Lagi dan lagi, ia merasa heran pada dirinya sendiri. Padahal, ia bisa saja mengambil yang mana saja. Saat berkencan dengan Jaemin saja, ia tak perlu repot memikirkan tentang penampilan. Mungkin karena Jaemin sudah mengerti dirinya.

Tok. Tok. Tok.

Suara pintu kamar terketuk. Dan suara ibunya menyapa gendang telinganya. Ibunya memanggilnya dari balik pintu, pasti heran karena ia tak keluar dari kamar saat pulang tadi.

Maka dengan langkah gontai ia membuka pintu, tak peduli jika ibunya akan mengomel memarahi nya saat melihat kondisi kamarnya saat ini. Sangat acak-acakan dan baju yang terlempar sana sini, sungguh ini seperti bukan kamar seorang anak perempuan.

Pintu terbuka. Dan pandangan Wendy mata Wendy langsung membulat sempurna, terkejut karena mendapati kamar putrinya yang sangat tak layak untuk di lihat. Ingin memarahi, tetapi ia urungkan saat melihat putrinya yang tampak kelelahan juga menahan kesal. Padahal saat pulang tadi, senyuman tak luntur dari wajahnya.

"Winter kau sedang cari apa?" di bandingkan memarahi, Wendy hanya memberikan suatu pertanyaan. Meski dalam hati jengkel, namun ia tak tega memarahi putrinya. Ia pasti memiliki alasan mengapa melakukan ini, biasanya anak itu selalu menjaga kebersihan dan kerapian kamarnya.

Wendy melangkah masuk, lalu duduk di pinggir kasur, dengan pandangan masih tertuju pada tumpukan baju-baju Winter. Ia juga melihat ke arah lemari nya yang sudah kosong. Seluruh isinya tergeletak di lantai, sofa, kasur, hingga di komputer yang sedang terbuka pun ada yang menyangkut. Sambil memilih pakaian yang bagus, Winter tadi menyempatkan diri untuk menonton drama romantis berharap malam ini juga ia seperti itu.

"Aku di undang makan malam, tapi gak ada pakaian yang bagus eomma," adu nya pada Wendy. Raut kesedihan yang di tunjukkan Winter tak membuat Wendy merasa iba. Ia memandang datar putrinya saat mendengar penjelasan itu.

"Maksudmu, baju-baju ini jelek!" ujar Wendy berbuah garang, ia tak pernah mengajarkan pada putrinya untuk mencela segala sesuatu.

"B-bukan gitu. Tapi gak ada yang menarik aja di mata Winter, gak ada yang cocok gitu eomma,"jawab Winter membela diri.

"Banyak alasan kamu!" Winter meneguk susah payah air liurnya. Sepertinya ia salah bicara, sekarang apa solusinya. Dia harus bagaimana, ia tak enak jika mereka sampai menunggu.

"Biasanya juga kamu asal pakai aja. Pakai baju kek gelandangan pun, Jaemin tetap lihat kamu cantik tuh," ujar Wendy menyindir sembari tertawa. Ia ingat betul se bucin apa Jaemin pada putrinya ini.

"Ih ibu apa sih. Ini kan makan malam keluarga, bukan mau jalan sama Jaemin. Makanya aku harus terlihat perfect dimata mereka," balas Winter yang menahan malu. Mengapa ibunya begitu memperhatikan hubungannya dengan lelaki mirip kelinci itu.

"Cie. Cie. Cie. Ada yang di undang makan malam sama calon mertua nih," Wendy semakin menggoda Winter. Sedang sang anak mati-matian agar tak salah tingkah. Jujur ia begitu malu, mungkin pipinya sudah memerah sekarang.

Sebenarnya Winter tahu, jika yang di maksud Wendy itu adalah Jaemin. Mungkin ia mengira Jaemin yang mengajaknya makan malam keluarga. Padahal itu Irene, ibu dari calon eh pria bernama Jeno itu. Dan ia harus terlihat perfect hingga membuat mereka terkesan. Anggap lah ini sebagai langkah awal dia untuk pdkt dengan Jeno, tapi melalui keluarganya terlebih dulu.

"Udah deh bu. Kalau gak bisa bantu, mending nonton aja sama appa tuh. Kasian sendiri," ujar Winter yang sebenarnya berniat untuk mengusir Wendy di kamarnya. Bukan bermaksud tak sopan tapi bisa-bisa ia tak kunjung berangkat jika terus meladeni ibunya yang menggoda dirinya.

Wendy tak beranjak dari tempatnya untuk menuju pintu, ia membantu Winter untuk mencari pakaian yang kiranya dia sukai. Kalau makan malam dengan calon keluarga, sepertinya dress adalah pilihan terbaik. Maka ia pun mencari dress milik Winter, yang sebenarnya tak banyak. Karena Winter sangat jarang memakai dress.

Winter sendiri tak melihat apa yang dilakukan ibunya, ia fokus memandang ponsel dimana tertera kontak milik Jeno, juga wajah tampan yang di jadikan profil. Meski, tatapannya datar dan dingin, tapi justru itulah daya tariknya. Hingga Winter tak bisa lepas darinya kini.

"Duh.  Gue bingung, ajak Jaemin gak ya?" perasaannya bimbang. Tapi jika mengajaknya pasti Winter tak akan bisa nyaman. Karena Jaemin akan mengawasi segala hal yang ia lakukan. Dari pada membuat pacarnya kecewa, lebih baik ia tak mengajaknya.

"Sorry ya Jaemin. Gue pergi sendiri aja," batinnya lalu meletakkan ponselnya, saat mendengar langkah Wendy yang mendekat padanya.

Ibunya itu menyerahkan sebuah pakaian dihadapan Winter. Winter langsung mengambilnya lalu melihat pakaian yang di pilih kan ibunya.

"Dress?" tanya Winter pada sang eomma.

Wendy mengangguk sambil tersenyum.

"T-tapi Winter gak akan nyaman pakainya eomma. Kan eomma tahu sendiri, jika Winter jarang pake dress, soalnya gak suka," Winter hendak mengembalikan itu, ia tak ingin memakai dress, takutnya malah ia terlihat aneh.

"Jalan di tolak. Ini pihak mama yang terbaik. Lagi pula kalau makan malam bersama keluarga, harusnya kamu memakai dress, biar terlihat anggun juga feminim. Siapa tahu aja kan, ibunya Jaemin itu suka sama cewek-cewek feminim. Jangan malu-maluin eomma di depan mama papa nya Jaemin," Wendy tak menerima penolakan. Ia memaksa Winter memakai dress itu.

"Baiklah," pasrah Winter tak ingin berdebat lagi. Ia melihat jam yang ternyata sudah hampir pukul tujuh. Itu artinya ia tak memiliki banyak waktu untuk bersiap. Winter pun segera masuk ke kamar mandi. Dan Wendy menunggu di dalam kamar.

Tak lama, Winter keluar, memang benar apa yang dikatakan Wendy itu. Winter akan terlihat dua kali lebih cantik jika memakai dress, seperti sekarang.

 Winter akan terlihat dua kali lebih cantik jika memakai dress, seperti sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Winter bercermin, mengamati dirinya dalam pantulan cermin besar ini. Ia sudah berdandan, tentu di bantu oleh Wendy.

"Eomma.. Apa gak terlalu pendek nih? Malah terkesan aneh kalau Winter yang pake deh," keluh Winter tak puas dengan penampilannya.

"Cantik kok."

20 agustus 2022

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang