"Sekarang kembali kan dia padaku!"
"Dia-"
Plak!
Suara tamparan yang terdengar cukup keras, membuat Jeno maupun Karina membulatkan matanya. Mereka tak menyadari sejak kapan Irene datang bersama Winter disampingnya.
"Eomma Irene,"lirih Karina pelan, merasakan sakit pada pipi kanannya. Ia menatap tak percaya pada wanita yang dulu selalu membantunya.
Sekarang yang terpancar dari wanita itu tak ada lagi kelembutan, hanya ada tatapan kebencian yang Karina sadari itu untuknya.
"Katakan sekali lagi, apa tujuan kamu datang kesini!"bentak Irene dengan air matanya. Ia kecewa karena tak bisa menjaga Jisung, bahkan kini pun, ia belum menemukan keberadaan Jisung.
Dan saat sampai di rumah, ia malah di hadapkan dengan kedatangan seseorang yang tak ia harapkan. Irene membenci wanita itu, karena tega meninggalkan Jisung demi masa depan yang dikejarnya. Baginya, ia tak pantas disebut sebagai seorang ibu. Apalagi perkataannya pada Jeno benar-benar menaikkan amarahnya.
"KATAKAN!"teriak Irene karena Karina hanya diam sembari menunduk menahan air mata yang hampir saja lolos.
"Eomma, tenanglah,"Winter yang memang tidak mengerti apapun hanya berdiam diri, sembari menenangkan ibu mertuanya. Ia tidak mengenal wanita di hadapannya ini. Kesalahan apa yang diperbuatnya, hingga wanita selembut dan sebaik Irene sampai menampar dan marah kepadanya.
"A-aku ingin mengambil Jisung-"
Plak!
Belum sempat Karina mengucapkan kalimatnya, Irene justru kembali menampar Karina, kali ini sebelah ia tampar pada pipi sebelah kiri. Jeno sendiri hanya diam, ia tak bisa bereaksi apapun.
Karena bagaimana pun, Jeno menaruh dendam pada wanita yang melahirkan Jisung. Ia membenci wanita itu, yang telah menghancurkan masa depan, kebahagiaan dan bahkan ia tak mau mengambil
Jisung dulu. Andai Karina mau membawa Jisung saat itu, Jeno akan lebih bahagia dan tak perlu terbebani dengan masalah yang tak ia harapkan."Eomma, cukup,"ujar Winter tak tega melihat Karina yang cukup menyedihkan. Air mata yang selalu ia tahan, kini lolos dihadapan mereka. Jiwa kerapuhannya kembali lagi.
"Mbak gak papa?"tanya Winter dengan nada lembut. Ia ingin menyentuh tangan Karina, namun tangannya langsung di tarik oleh Irene.
"Jangan pernah menyentuh jalang seperti dia. Winter, kamu gak perlu merasa kasihan pada dia, dia itu licik. Wanita jalang- lihatlah kedatangan dia hanya membawa petaka."
"J-jalang? Maksud eomma?"
Karina meremat ujung bajunya, ketika mendengar ia dihina sebagai wanita jalang, oleh mantan ibu mertuanya. Karena yang dipikirkan ibu mertuanya sama sekali tidak sesuai dengan kenyatannya. Karina bukanlah jalang.
"Dia, wanita jalang ini yang telah membuang Jisung! Demi masa depan yang sangat ia kejar-kejar itu, ia meninggalkan putranya. Bahkan saat itu, Jisung benar-benar butuh pelukan dari ibunya,"jelas Irene yang masih memandang Karina jijik.
Karina akui, dia salah karena meninggalkan putranya saat itu. Tapi kenyataannya, dia pergi bukan untuk semata-mata mengejar mimpi, karena saat itu ia hanya remaja polos yang ketika diancam akan menurut. Apalagi, ancaman Donghwan pada saat itu menyangkut hidup putranya. Karina tak punya pilihan selain menurut.
Saat itu, Karina dihadapkan dengan pilihan yang begitu sulit. Jika tetap tinggal, anaknya akan di bunuh oleh Donghwan. Dan terpaksa Karina harus pergi dengan alasan mengejar mimpi. Padahal kenyataannya tidaklah seperti itu. Karena Donghwan pula, ia di anggap buruk oleh keluarga Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Rastgele"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...