Saat melihat Winter dan jaemin dagang, Senyum Jisung kembali. Meskipun masih sedikit dipaksakan, dia masih terlalu kepikiran dengan masalah kemarin, dengan Jeno yang tiba-tiba datang menghentikan niatnya. Andai Jisung bisa meminta, Ia ingin agar Jeno tak perlu datang. Dan semuanya berakhir kemarin sore.
Namun, mungkin Tuhan masih menyayangi dirinya. Hingga kini, Winter yang beberapa hari yang lalu menghindari darinya akibat kecewa terhadap perkataan Suho. Kini, gadis 18 tahun itu sudah duduk manis di hadapannya dengan pandangan khawatir yang begitu kentara. Rasanya jisung begitu bahagia bisa mengenal Winter maupun jaemin, ternyata mereka berdua memang adalah orang yang berhati mulia. Buktinya mereka datang menjenguk nya padahal pertemuan mereka atas dasar ketidaksengajaan.
"Gimana keadaanmu dek?" tanya winter.
Dengan senyum yang begitu di paksakan, karena tubuhnya yang lemah. Ia menjawab, " T-terima kasih telah datang."
Jaemin mendekat, ia mengelus surai hitam ji-sung yang tampak lepek. Keringat dingin turun di pelipis anak itu. Demamnya pun masih belum turun. Dengan senyuman manis dengan penuh ketulusan ia berucap, "Sehat selalu Dek, jangan sakit, kak Jaemin nggak tega melihatnya."
Tanpa sadar, hati Jisung menghangat mendengar penuturan Jaemin. Andai yang mengucapkan itu adalah Jeno, mungkin saat ini Jisung serasa terbang di angkasa, bahagia.
Winter yang mendengarnya, lantas terkekeh mendengar ucapan jaemin. Tak ia sangka ternyata laki-laki itu tulus menyayangi Jisung di hatinya. Jaemin memanglah orang yang baik. Itulah mengapa, diantara banyaknya pria yang menginginkan dirinya untuk di jadikan pacar. Ia memilih Jaemin di antara pria-pria tampan juga kaya itu. Karena laki-laki itu betul-betul tulus. Namun, karena ketulusan itulah, Winter jadi ragu. Bisakah ia mempertahankan Jaemin atau justru melepaskan suatu hari nanti.
Sedang Irene, yang sedari tadi mendengar percakapan mereka. Tersenyum bahagia. Ia senang Jisung menemukan orang-orang baru yang Jauh berbeda dari teman-temannya dahulu. Ia berharap semoga mereka, akan tetap saling mendukung hingga nanti. Tatapan Irena kita tertuju pada winter. Entah kenapa mata anak itu, begitu mirip dengan sahabat, yaitu Wendy. Haruskah Ia tetap ragu jika Winter ini, adalah gadis yang pernah dilamar oleh putranya. Gadis yang telah dibuat kecewa, karena mereka yang tiba-tiba menghilang tanpa ada kabar. Irene ingin meminta maaf jika benar Winter dihadapannya ini adalah bayi mungil cantik itu.
"Nak. Karena temannya udah datang. Sekarang kamu makan ya, Sesuap aja. Ujar Irena.
Setelah beberapa saat membiarkan mereka bertiga berinteraksi. Meski kebanyakan Jaemin dan Winter yang mengajak mengobrol sedang Jisung hanya akan memilih diam atau tersenyum kecil sebagai tanggapan.
Namun, sebuah gelengan kecil ia berikan, pertanda ia menolak permintaan Irene yang sudah ia ucapkan lebih dari seratus kali. Mulutnya enggan untuk menerima sesuap nasi, bubur yang dibuat oleh sang Ibu langsung.
"Nanti saja," ujar ji-sung dengan suara lemah lirihnya.
Irene menghela nafas. Anak itu masih tak ingin mau makan sesuap nasi pun. Dia bahkan tak makan sesuap nasi pun dari tadi malam. Bagaimana jika seandainya Jisung terus sakit dan tak kunjung sembuh. Karena anak itu terus saja menolak makanan ke dalam perutnya. Selalu beralasan Jika dia tidak lapar dan mengatakan nanti saja. Itu saja terus yang dikatakan olehnya.
Ribuan rayuan telah Irena berikan, untuk membujuk Jisung namun tetap tidak ingin, masih menolak.
"Makannya sedikit aja. Daritadi malam kamu belum makan loh nak, ibu takut," ujar Irene dengan tatapan memohon nya, rasanya Irene ingin menangis saja melihat keadaan Jisung sekarang ini. Harusnya jika akan itu menurut, keadaannya sudah akan membaik. Namun, bahkan belum ada obat yang diminum Jisung dan hal itu membuat dirinya semakin khawatir. Ia juga sudah membujuk agar Jisung mau kerumah sakit, namun ia menolak bahkan sampai mengancam yang berhasil membuat dirinya tak bisa berkutik. Ia pun hanya bisa menurut dan dokter yang dipanggil ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Aléatoire"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...