10. Rumah kediaman keluarga 'park'

707 112 26
                                    

Dalam perjalan itu, Jisung hanya terdiam ia sungguh merasa canggung. Banyak pikiran buruk dengan orang asing, makanya ia hanya bisa terus berwaspada, jika seandainya ini hanyalah suatu jebakan.

Ia tak mengenal lingkungan di negara ini, ia tak tahu bagaimana sikap warga negara korea yang sebenarnya. Jujur ia merasa curiga karena wanita ini terus saja memohon agar Jisung mau menerima bantuannya. Bukankah itu hal aneh, jika di ajak pulang oleh seseorang yang asing yang sebenarnya Jisung sendiri tahu, jika orang ini adalah orang yamg baik.

Tapi untuk tetap berwaspada, tak masalah 'kan? Hanya sekedar berjaga diri, jika bantuan malah berujung kejahatan.

"Nama kamu siapa nak?" tanya Wendi setelah beberapa menit hanya keheningan yang tercipta, di dalam mobil ini.

Perlahan, mata coklat itu beralih pandang dengan mata hitam pekat, milik sang wanita paruh baya. Ada perasaan ingin menolak untuk menjawab. Namun binar yang sangat menantikan jawaban itu, membuat Jisung akhirnya memberitahukan namanya.

"Jisung," jawabnya singkat.

Wendi tersenyum, ia mengakui jika nama Jisung, adalah salah satu nama yang sangat cocok dengan remaja jangkung yang tengah duduk di sampingnya kini.

Wendi kembali ingin menyahut, tetapi ia urungkan ketika Jisung yang terlihat tak nyaman jika terus diajak untuk berkomunikasi. Padahal, niat Wendi hanya untuk berkenalan saja, ia tertarik untuk mengetahui lebih jauh dengan sang remaja.

Tak terasa empat puluh menit telah mereka lalui, dalam keheningan karena ketiga manusia di dalam mobil itu memilih tak bersuara. Tentu itu semua agar jisung merasa lebih nyaman.

Sang supir segera bergerak turun, hujan masih terus turun. Maka dengan menggunakan payung, si supir membukakan pintu untuk Wendi terlebih dulu, lalu mengantarkannya hingga sampai di teras rumah. Kemudian setelahnya, si supir juga menghampiri Jisung, yang terlihat enggan untuk turun.

"Ini rumah bibi," ujar Wendi setelah Jisung berada tepat di sampingnya.

Jisung memperhatikan keadaan sekitar, rumahnya tak aneh, tempat ini nyaman. Dan mirip dengan perumahan orang biasa, mungkin memang benar jika orang yang bernama Wendi ini adalah orang yang dengan tulus memberikannya bantuan. Jisung hanya terlalu berlebihan dan beranggapan tentang orang yang pertama kali ia temui.

"Ayo masuk," ajak Wendi. Ia hendak memapah Jisung yang terlihat pucat, namun langsung di tolak olehnya. Jisung hanya tak ingin merepotkan Wendi, makanya ia berusaha untuk berjalan sendiri, meski sedikit kesusahan.

Masuk keruang tamu, Jisung dapat melihat seorang pria paruh baya, yang sepertinya sebaya dengan Suho tengah duduk dengan santai. Pria itu masih mengenakan jas kerja, dan sepertinya memang baru saja pulang.

"Udah pulang?" tanya pria itu ketika menyadari kedatangan dirinya dan Wendi.

"Ya. Baru saja sampai."

Wendi tersenyum. Mungkin wanita ini memang hobi tersenyum. Melibat responnya, Jisung dapat menangkap jika keduanya adalah sepasang suami istri.

"Sayang, kenapa gak bilang jika kamu sedang keluar. Jika saja aku tahu, aku bisa sekalian menjemputmu," jawab pria yang bernama Chanyeol itu. Mata pria itu lalu teralihkan pada sosok remaja tinggi di samping Wendi. Ia merasa asing dengan wajah sang remaja.

"Tak apa. Aku sengaja nyuruh supir, aku tahu di kantor kerjaannya itu bikin pusing dan lelah. Jadi aku tak mau menambah beban kamu," ujar Wendi yang sangat pengertian terhadap kerjaan sang suami.

Chanyeol tak bisa mengelak. Jika ia begitu beruntung memiliki Wendi disisinya.

"Istriku ini sangat pengertian. Jadi tambah sayang deh," ujar Chanyeol bertingkah manis.

"Ingat umur dan tempat Chanyeol!" balas Wendi sambil melirik ke Jisung. Ia sungguh merasa tak enak hati, dengan tingkah suaminya yang bertingkah manis di depan remaja polos ini.

Chanyeol yang mengerti itupun langsung tersenyum pada Jisung, meski tak di tanggapi oleh Jisung sendiri.

"Hei boy. Siapa namamu? Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu," tanya Chanyeol dengan ramah.

Melihat respon itu, Jisung menjawab, "Halo tuan, saya Jisung."

"Wahh namanya bagus. Pasti yang ngasih nama itu ibumu atau ayahmu? Hmm.. Pasti keduanya," balas Chanyeol terlalu bersemangat.

Jisung hanya tersenyum kecil, tak membantah ataupun menyetujui apa yang dikatakan Chanyeol itu. Karena pada kenyataanya, yang memberikan nama itu, tentu saja Irene.

"Yeol, jangan memaksanya untuk berbicara terus. Jisung ini habis hujan-hujanan, ia sedang lelah, kau tak lihat wajahnya itu begitu pucat," potong Wendi.

Maka dengan cepat, Wendi menyuruh Jisung duduk si sofa, meski bajunya yang basah. Itu tak masalah, ia pun juga menyuruh maid untuk mengambil handuk serta pakaian ganti.

"Ini nyonya," ujar seorang maid, yang tadi disuruh oleh Wendi. Ia datang lalu menyerahkan sebuah handuk beserta pakaian yang kiranya cocok dengan Jisung.

Jisung mengambil handuk itu. Namun saat Wendi memberikan sebuah baju, Jisung langsung menolak.

"Makasih. Tapi handuk ini sudah cukup. Anda jangan terlalu repot-repot begini. Di ajak untuk berteduh saja, ini sudah sangat membantu. Saya mengucapkan terimakasih," ujar Jisung dengan tulus. Perasaan curiganya sudah lenyap, ia mengakui jika orang di keluarga ini memang baik.

"Jangan seperti itu. Pakailah. Itu bukan baju Chanyeol kok, itu baju keponakan tante, yang juga tinggal di china," ujar Wendi masih menyerahkan sepasang baju ganti itu. Jika dilihat, memang baju itu cocok untuk remaja.

"Jangan menolaknya nak, saya ikhlas membantumu. Kebaikan seseorang itu tidak boleh setengah-setengah jika ia masih mampu melakukan dan memberikannya. Jangan menolak, bibi mohon," kali ini Wendi tak ingin di tolak. Ia begitu berharap Jisung mau menerima bantuannya.

Dengan pertimbangan yang cukup lama, akhirnya Jisung menyetujui. Ia menerima baju itu, lalu diarahkan oleh maid untuk menuju kamar mandi, dan berganti pakaian.

Setelah selesai, ia di antar ke ruang keluarga di rumah ini. Terlibat Wendi dan Chanyeol yang juga sudah berganti pakaian. Samar-samar, ia mendengar percakapan keduanya.

"Yeol, kemana putrimu itu pergi?" tanya Wendi tak menemukan keberadaan Winter di rumah ini.

"Lagi pergi sama pacarnya," balas Chanyeol dengan santai. Matanya berfokus pada layar televisi yang menampilkan sebuah film bertemakan rumah tangga.

"Siapa? Jaemin?" tanya dan tebak Wendi.

"Tentu saja. Siapa lagi, pacar putrimu kan cuma dia." Chanyeol menatap Wendi heran, sudah tahu Winter pacaran dengan Jaemin, namun masih tetap aja di pertanyakan.

"Ya kan siapa tau aja, ada yang lain. Winter kan keturunanmu, bisa saja ia mengikuti jejak mu yang jadi playboy dimas lalu," balas Wendi, sengaja menekankan kata 'playboy' biar Chanyeol mengingat masa lalu mereka.

"Apa sih. Dia kan juga putrimu, pasti kelakuannya tak jauh beda darimu." Chanyeol yang tak ingin di salahkan.

"Udahlah, jangan mengingat masa lalu, jangan mengungkap aib."

Satu hal yang dapat Jisung tahu dari keluarga ini. Mereka harmonis dengan cara sendiri, keluarga ini nyaman dan berwarna, sungguh Jisung iri.

"Pasti yang menjadi anak mereka, sangat beruntung," batin Jisung lalu mendekat dan duduk di sofa.

2 agustus 2022

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang