"Jisung, dia siapa?" tanya Winter menuntut jawaban. Ia menatap sang eomma yang mungkin lebih tahu tentang hal ini. Raut wajah Winter berubah serius ketika mendengat nama asing itu. Ia menuntut untuk mengetahui seseorang yang eomma nya itu bawa pulang hingga memanggilkan nya seorang dokter.
Wendy yang ditatap seperti itu oleh Winter. Menghela nafas kasar. Keinginan tahu anak itu memang besar. Akhirnya dengan sabar, ia menjelaskan semuanya tanpa ada yang di kurang kan ataupun di lebihkan. Penjelasan panjang lebar darinya hanya di balas dengan anggukan singkat. Membuat Winter sebenarnya kesal, karena ia sudah lelah menjelaskan namun hanya anggukan kepala yang diberikan anak itu. Sungguh, Winter tak melihat kekesalan sang ibu.
"Baiklah. Dimana sekarang anak itu?" tanya Winter karena tak menemukan seseorang yang dimaksud oleh ibunya. Di ruangan ini hanya ada mereka tanpa ada orang lain lagi. Ia celingak-celinguk mencari keberadaannya. Siapa tau saja matanya yang agak rabun hingga tak melihat keberadaan anak itu.
"Dia dikamar tamu," jawab Wendy saat melihat tingkah Winter. Jaemin yang duduk dengan anteng hanya diam menyimak. Ia tak ikut campur atau terlibat dalam obrolan, ketika tak di ajak ngobrol terlebih dulu. Ia harus mencari muka di depan orangtua Winter. Agar di klaim menjadi calon menantu yang sopan dan berkepribadian baik.
"Baiklah aku ingin melihatnya," Winter berdiri dari duduknya, lalu melangkah diikuti oleh semuanya. Kecuali untuk Chanyeol yang kembali ke rumah kerjanya, ada sedikit masalah dan ia harus menyelesaikan itu terlebih dulu.
Ceklek.
Pintu kamar bercat putih itu terbuka, menampilkan seorang remaja yang sedang tertidur telentang. Dengan memakai pakaian milik Renjun, sepupunya.Winter dapat mengenali itu karena dirinyalah yang memberikannya sebagai hadiah ulangtahun. Namun tak di bawa oleh Renjun pulang ke China, ia sengaja menyimpannya ketika ia sedang berkunjung kerumah ini.
Perlahan, kaki Winter mendekat untuk melihat wajah remaja ini. Kira-kira usianya di bawah dirinya. Namun tubuhnya yang begitu tinggi, sungguh tak akan ada yang menyangka jika tubuh tinggi ini memiliki wajah imut kayaknya bayi.
Winter terkesip menatap wajah polos sang remaja. Wajahnya begitu imut dan damai saat tertidur. Tanpa dasar, sebuah senyuman terukir di wajah Winter. Ia merasa senang saat melihat pemandangan indah ini. Jaemin yang ikut melihat pun, reaksinya tak beda jauh dengan Winter.
"Wajahnya imut banget, menggemaskan," ujar Winter antusias dengan tangan yang dengan pelan mengelus pipi chubby Jisung. Tangannya bergerak secara naluri, tanpa ia pinta. Ia bahkan tak tahu, mengapa ia bisa selancang ini. Namun pergerakannya terhenti, dan tangannya di tarik oleh seseorang.
Saat menoleh, ia melihat wajah Jaemin. Jaemin lah yang telah menghentikan pergerakan tangannya yang sedang mengelus pipi remaja itu.
"Kenapa?" tanya Winter menatap mata Jaemin. Jaemin tidak mungkin 'kan cemburu pada anak ini. Wajah yang di tunjukkan Jaemin bukanlah kekesalan ataupun cemburu, melainkan wajah semacam khawatir itu.
"Jangan melakukan itu. Kau akan membangunkannya. Bisa saja dia terusik dengan pergerakan tanganmu," ujar Jaemin mencoba memberikan pengertian.
"Baiklah. Tapi kau lihat kan, ia seperti bayi. Sangat lucu," ujar Wendi dengan nada gemas yang di tujukan pada remaja bernama Jisung itu.
"Aku ingin mencubit dan menguyel-uyel pipinya yang menggemaskan ini. Biarkan aku menganggu nya,"ujar Winter memohon pada Jaemin
"Iya kau benar. Anak ini sepertinya anak yang polos. Tapi jangan mengganggunya sekarang, kau bisa menganggu nya setelah ia bangun. Dia sedang butuh istirahat." penjelasan dari Jaemin membuat Winter mengerucutkan bibirnya pasta. Benar yang dikatakan oleh Jaemin, Jisung sedang butuh istirahat.
Wendy yang mendengar percakapan kedua remaja itu, terkekeh. Mereka berdua begitu menggemaskan. Lalu ia perlahan maju, untuk kembali melihat wajah remaja yang ia bawa pulang itu.
Deg!
Jantung Wendy berdetak sangat cepat saat mengamati wajah anak ini. Sadar atau tidak, wajahnya santan familiar ia tak asing dengan wajah dari Jisung.
"Mengapa wajahnya mirip dia?" batin Wendy meminta penjelasan. Perasaannya mendadak tak baik, ketika kembali mengamati wajah anak itu yang begitu mirip dengan seseorang yang ia kenal.
Wendy menggeleng-gelengkan kepalanya. Mungkin saja ia salah lihat, karena akibat dari hujan-hujannya tadi. Kepalanya menjadi tambah pusing dengan hati yang menuntut jawaban atas pertanyaannya yang tak ada yang bisa menjawabnya.
Namun, semakin di amati, wajah itu bahkan tambah mirip, bagaikan duplikat namun ada tambahan dari wajah seseorang yang Wendy tak kenal. Pikiran buruk semakin bercabang di otaknya.
"Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa mereka memiliki wajah hampir sama. Apakah aku sedang bermimpi? Ataukah ini justru sebuah petunjuk dari dia yang tak pernah memberikan kabar. Sebenarnya apa yang terjadi?"
Karena kepala nya yang semakin sakit, ia perlahan berjalan mundur. Keluar dari sini, hanya untuk menenangkan pikirannya. Tak ada yang menyadari kepergian Wendy, semuanya terlalu fokus pada Jisung.
Jaemin dan Winter masih betah di dalam kamar itu. Winter masih terpesona dengan Wajah Jisung. Membayangkan jika seandainya ia memiliki seorang adik seperti dia, pasti Winter akan sangat menyayangi nya. Menjadi kakak yang akan melindungi sang adik dari apapun itu.
Namun senyuman lebar dari Winter pudar. Saat ia tak sengaja menatap pada pergelangan tangan Jisung. Ada sebuah tanda kemerahan di pergelangan tangan itu.
Maka dengan cepat, ia melihatnya dengan jelas. Betapa terkejutnya ia saat menyadari itu ternyata adalah sebuah luka. Dan dengan panik ia memanggil Kyung-soo, yang sedang duduk membaca sebuah buku di dekat jendela.
"Paman Kyung-soo," panggil winter.
Kyung-soo dan Jaemin segera melihat apa yang di perlihatkan Winter padamu. Reaksi mereka berdua menunjukkan keterkejutan.
"Paman apakah ini benar, luka sayatan?" tanyanya dengan cemas.
Sebuah anggukan dari Kyung-soo membuat Winter semakin terkejut, tak menyangka. Bagaimana bisa anak yang memiliki wajah polos menggemaskan ini, mendapatkan sebuah luka sayatan. Bukanlah seharusnya anak itu di sayang dan memiliki kepribadian yang ceria.
Apakah perkiraan Winter tadi itu salah. Apakah anak ini sebenarnya dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Winter tak tahu apa yang terjadi, namun ia berkeinginan untuk mencari tahu. Setidaknya, apa yang ia telah ucapkan tadi, harus terpenuhi. Yaitu melindungi Jisung dari orang-orang jahat. Namun bagaimana jika seandainya orang jahat itu, adalah keluarga Jisung sendiri. Mampukah Winter menolong dan membawa Jisung keluar dari masalah yang di hadapinya?
Dokter Kyung-soo langsung bergegas untuk mengobati luka itu, yang sepertinya baru beberapa hari ini terjadi. Ia sendiri tak menyangka jika ada luka di tubuh anak ini.
"Kalian berdua istirahatlah. Besok kalian akan sekolah, jangan sampai terlambat," ujar Kyung-soo. Baru saja Winter akan memprotes ia sudah mendapatkan sebuah ucapan tak ingin terbantah dari Kyung-soo.
"Istirahatlah. Paman akan menginap dan menemani Jisung disini. Tolong jangan membantah apa kata paman."
Maka dengan tak rela, ia keluar dari kamar. Meninggalkan Jaemin yang merasakan aura di kamar ini berubah. Maka dengan membungkuk kaku, ia perlahan keluar dari kamar, dan tak lupa menutup pintu dengan gerakan pelan.
6 agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
De Todo"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...