Seorang pria dengan masker hitam, kini tengah mengendap-endap di area rumah sakit. Saat ini terlihat sedang sepi, dikarenakan sekarang tengah malam. Kebanyakan para pasien maupun perawat sedang istirahat.
Waktu yang paling pas, untuk menjalankan sebuah misi.. Ia kembali teringat dengan percakapan dengan bosnya tadi. Bosnya menyuruh dia mengambil taktik lain, sepertinya menyiksa lebih baik daripada langsung membunuh.
Dan kini, tujuannya sekarang adalah mendatangi kamar anak yang menjadi targetnya. Untuk menculik, membunuh bukanlah hal yang sulit bagi pria ini. Semuanya mudah untuknya, bahkan ia sudah berkali-kali mengelabui polisi.
"Dasar bocah ingusan. Setelah ini lo akan merasakan neraka yang sebenarnya,"gumam pria itu, ketika ia sudah sampai di depan pintu rawat Jisung.
Pria itu, dengan pelan membuka pintunya, setelah memastikan situasi aman. Beruntungnya, karena didalam kamar ini hanya terdapat satu wanita yang sudah paruh baya.
Wanita itu, tertidur di sofa. Dan tidak menyadari kehadirannya.
Langkah pria itu ia bawa pada Jisung. Senyuman licik yang tercipta dari balik maskernya. Setelah ini, ia akan mendapatkan imbalan yang sangat besar dari bosnya.
"Hanya menculik, bocah polos seperti ini. Bukan hal yang sulit,"gumamnya, menganggap sang target kali ini sangatlah mudah.
"Tapi sebelum itu, apa perlu gue nyiksa wanita itu?" pikir si pria yang kini tengah menatap Irene yang terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya.
"Sepertinya itu hanya akan mengulur waktu. Mending gue bawa lo sekarang, bocah!"
Pria itu kemudian menyuntikkan sesuatu pada Jisung, semacam bius agar anak itu tidak berontak dan berteriak saat perjalanan.
"Ucapkan selamat tinggal pada kebahagiaan, bocah," ujarnya sebelum mengangkat Jisung dan membawanya kabur.
Sampai di mobil, ia menyuruh salah satu anak buahnya, untuk menghapus rekaman CCTV, agar tak ada yang tahu proses penculikan ini.
Pria itu, meletakkan Jisung yang tak berdaya di kursi penumpang. Dengan tangan yang terborgol. Sebelum meninggalkan area rumah sakit, ia melaporkan pada sang boss.
"Halo bos,"sapa pria bermasker itu.
"Ada apa?"suara berat dari pria diseberang sana terdengar.
"Saya sudah berhasil menculik anak yang anda maksud. Dan kini, saya sedang menuju ke tempat tujuan."
"Kerja bagus. Pastikan kamu bawa dia, tanpa ada yang tahu!"perintahnya.
"Siap bos."
****
Dilain sisi, Karina sedang mondar mandir di kamarnya. Ia tidak bisa tidur, pikirannya hanya tertuju pada Jisung. Entah bagaimana keadaan anak itu sekarang, tapi saat ini Karina benar-benar merasa cemas dan khawatir.
"Ya Tuhan, lindungi putraku. Dimana pun dia berada,"lirihnya menahan tangis.
"Izinkan aku untuk bertemu dengannya ya Tuhan, izinkan aku untuk memeluk putraku yang selama ini jauh dariku. Tolong, selamatkan dan lindungi selalu putraku,"doanya meminta pada Tuhan.
"Apa yang harus kulakukan. Aku gak bisa berdiam diri saja disini, jika tidak memastikan putraku baik-baik saja sekarang. Apalagi pria bayaran itu jelas-jelas akan melukai anakku. Dia bertindak kapan saja.."
Hingga akhirnya ia menyuruh salah satu bodyguardnya untuk melihat keadaan Jisung. Ia tidak akan tenang jika Jisung belum ia ketahui kondisinya.
Hingga menunggu sekitar empat puluh menitan, ponsel Irene bergetar, panggilan masuk dari bodyguard yang ia tugaskan untuk mendatangi rumah sakit tempat dirawat Jisung.
Dengan cepat ia menerima panggilan itu,"bagaimana? Putraku baik-baik saja 'kan?"tanya Karina tak sabar.
Orang diseberang sana, tak langsung menjawab. Namun terdiam beberapa detik menambah kekhawatiran Karina.
"Maaf nyonya, t-tapi den Ji-jisung tidak ada diruangannya. Saya sudah mencari di kamar mandi pun tidak ada."
Deg!
Ketakutannya terjadi. Sekarang, Jisung dalam bahaya, dan ini karena kecerobohannya. Andai, tadi ia mendatangi Irene, lalu mengatakan jika Jisung dalam bahaya, pasti kejadian ini tidak akan terjadi.
"A-apa tidak ada orang yang berjaga di ruangan itu? Bagaimana bisa putraku tidak ada!"tanyanya yang kini sudah mulai menangis. Ia bahkan tanpa sadar berteriak, membuat para maid langsung menghampiri Karina. Takut wanita itu, kenapa-napa.
"Maaf nyonya. Tapi di sana tidak ada bodyguard satu pun. Bahkan di dalam ruangan itu, hanya ada bu Irene yang tidur. Saya tidak berani membangunkannya, karena bisa saja dia menuduh kitalah pelaku hilangnya den Jisung,"ujar bodyguard itu.
"Ya Tuhan, lalu dimana putraku sekarang?! Tidak mungkin 'kan nika dia diculik?"
"Itu bisa saja terjadi nyonya. Karena tidak dijaga dengan ketat. Dan seperti yang nyonya katakan, pembunuh pembayaran itu sudah bertindak."
"Cepat kau cari rekaman CCTV di ruangan itu. Lalu cari putraku, temukan dia dalam keadaan baik-baik saja. Hubungi yang lain untuk membantu kalian!"perintah Karina.
"Baik nyonya."
Setelah panggilan terputus, salah satu maid langsung bertanya.
"Nyonya, apa yang terjadi? Mengapa nyonya sampai menangis seperti ini?"
"P-putraku d-diculik!"
Mereka yang mendengar ucapan Karina lantas terkejut. Namun tak ada yang bisa mereka lakukan untuk menenangkan Karina.
"Nyonya, berdoalah. Mintalah pada Tuhan semoga putra nyonya baik-baik saja. Karena doa seorang ibu, akan di kabulkan oleh Tuhan."
"Iya. Aku akan ikut serta mencari Jisung,"Karina menghapus air matanya. Ia segera mengambil kunci mobilnya.
T-tapi nyonya. Ini larut malam-"ucap salah satu maid, yang berniat mencegah kepergian Karina.
"Putraku lebih penting daripada keselamatan ku!"ucap Karina dan langsung pergi dari sana. Para maid hanya bisa menyaksikan kepergian Karina.
****
Pagi harinya, Winter dengan raut wajah ceria mendatangi ruang rawat Jisung. Seperti yang sudah dijanjikan, bahwa hari ini, seharian ia yang akan menemani anak itu. Berpikir, Irene pasti sangat lelah dan butuh seseorang untuk menggantikannya.
Ceklek!
Winter langsung membuka pintunya, karena ia yakin jam segini Jisung pasti belum bangun. Winter melihat Irene yang masih tertidur lalu bergumam,"eomma pasti kelelahan."
Namun, ketika ia tidak menemukan Jisung diarea manapun. Perasaannya langsung gelisah. Rasa khawatir tiba-tiba menghampirinya.
"Dimana Jisung?"tanyanya pada diri sendiri.
Ia lantas mengetuk kamar mandi, namun anehnya tak ada sahutan. Karena tak ada jawaban. Dan sangat khawatir jika seandainya Jisung malah pingsan di dalam kamar mandi. Winter langsung mendobrak pintu itu.
Brakk!
Namun sayang, tidak ada siapapun di dalam. Winter dengan kalut langsung berlari keluar, ia menghampiri Irene yang kini sudah terbangun akibat dobrakan pintu yang disebabkan Winter.
"Eomma,"Winter langsung duduk di samping Irene. Lalu memeluk ibu mertuanya itu.
"Ada apa nak?"tanya Irene dengan lembut. Ia sama sekali tak mengerti, apa yang terjadi pada menantunya ini. Karena sehabis dari kamar mandi, ia langsung memeluknya. Seperti ketakutan.
"Eomma- Jisung gak ada..J-jisung hilang!"
"APA!"
Deg!
30 Maret 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Diversos"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...