Mendengar kabar menggembirakan itu, Winter kini berjalan menuju kelas dengan penuh hati berbunga-bunga. Padahal, ia hanya di ajak makan malam, bukan di ajak berkencan oleh sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Jeno, yang membuatnya begitu terpesona. Ia begitu unik, dan seperti ada sebuah magnet yang terus menariknya untuk mengenal pria itu lebih dalam.
Jisung juga sudah kembali ke kelasnya. Anak itu juga ikut senang melihat Winter yang tampak bahagia. Sepertinya ia harus mendekatkan Winter dengan Jeno. Ia dapat merasakan ketulusan dalam diri Winter yang menyukai appa nya. Akan tetapi, ia tidak akan menjamin jika Jeno akan menyukai Winter juga. Ia hanya mencintai bayi perempuan yang telah ia lamar dulu, meski hanya sebuah ucapan, tapi janjinya pada bayi itu tak akan bisa Jeno ingkar.
Jisung merasa sedih, ia khawatir Winter semakin dalam mencintai Jeno, namun ayahnya tak akan membalas perasaan Winter. Gadis itu pasti akan merasakan sakit dan kecewa yang begitu dalam. Apa lagi jika kelak, Winter harus di hadapkan, memilih antara Jeno dan Jaemin. Ini termasuk pilihan yang sulit. Meski, baru mengenal Jaemin dan Winter tapi Jisung tahu, jika mereka berdua adalah orang yang baik.
Dan disini ia jadi bimbang, membantu Winter dekat dengan Jeno, meski tak yakin akan meluluhkan hati Jeno dan membuat pria itu membalas cinta Winter, atau mendukung Jaemin dengan Winter yang sudah bahagia sekarang. Ada akhirnya, salah satu di antara mereka harus mengalah, dan merasakan sakit.
Tapi tak membantu Winter dekat dengan Jeno, ia juga tak rela jika harus kehilangan Winter. Ia terlalu senang dan merasa nyaman berada di dekat gadis itu. Ia seperti merasakan sesuatu yang selama ini ia pendam. Perasaan rindu.. Rindu akan kehangatan sebuah kasih sayang seorang ibu. Seharusnya sedari awal ia juga tak berharap, seharusnya ia bisa mengabaikan perasaan nyamannya jika berada di dekat Winter. Ia hanya takut, jika Winter mengetahui fakta tentang dirinya dengan Jeno, maka Winter akan merasakan kekecewaan yang sangat besar dan memilih pergi.
Jisung sudah tak ingin merasakan kehilangan lagi, sudah cukup ia tak mendapatkan kasih dari sang ayah, juga tak pernah melihat bagaimana sosok wanita yang telah membawanya melihat dunia ini. Bisakah kebahagiaan kini berpihak padanya?
****
Winter memasuki kelas yang masih terlihat sepi. Padahal ini sudah masuk pembelajaran, namun sepertinya tak ada tanda-tanda guru akan datang. Gadis itu mendudukkan diri di bangku dekat dengan jendela. Kelasnya berada di lantai tiga, dan tempat duduk Winter tepat berada di jendela yang bisa melihat secara langsung lapangan yang luas.
Gadis itu menyender pada sandaran bangku. Sambil berkhayal memikirkan apa yang akan terjadi beberapa jam kedepan. Ia jadi tidak sabar menunggu matahari berubah menjadi bulan. Malam yang indah, sama seperti perasaannya kini. Winter merasa malu sendiri ketika ia membayangkan wajah tampan Jeno yang duduk di hadapannya sembari menikmati makanan yang tersaji di meja makan.
"Pasti sangat tampan.. Huh.. Berarti kali ini gue dapat waktu yang lebih banyak buat natap wajahnya. Tapi apakah ia juga akan ikut makan malam ya?" batin Winter mulai khawatir, jika ia sudah dandan yang cantik, namun Jeno malah tak ikut makan malam. Kan sia-sia ia tampil cantik jika tak di lihat oleh Jeno.
"Pasti ikutlah. Kan ibunya yang minta, pasti ia juga di paksa buat ikut. Kalau pun enggak mau, gue bisa minta Jisung buat ajak kakaknya itu," batin Winter menjawab sendiri pertanyaannya. Ia yang sempat merasa galau, kini sudah kembali ceria dan senyuman yang mengembang meski kesadarannya berada di tempat lain.
Winter terlalu dalam berkhayal hingga tak menyadari dua orang siswi yang menatapnya dengan pandangan khawatir dan heran. Kedua gadis itu saling memandang dengan alis mengkerut dengan tingkah Winter. Winter sedari tadi tersenyum lebar, namun mereka tahu jika Winter sedang melamun saat ini.
"Kenapa tuh, teman lu!" ujar siswi dengan nama tah Giselle itu. Ia menyenggol gadis di sampingnya yang juga sama-sama menatap satu objek, yaitu Winter.
"Teman lu tuh!" gadis itu malah melayangkan perkataan yang sama, juga seolah tak ada dari keduanya yang mengakui Winter, sebagai sahabat.
Winter yang mendengar keributan di dekatnya. Langsung tersadar, dengan pandangan kesal ia mengumpat dalam hati. Ketika tahu yang mengganggunya adalah kedua sahabatnya sendiri. Yaitu Giselle juga Ning-Ning.
"Lo berdua, ganggu khayalan gue aja deh!" tuntut nya dengan nada mengeluh.
"Habisnya kita khawatir, lo kayak gitu tadi. Aneh banget lagi, senyum-senyum gitu," Giselle membela diri. Tujuan keduanya kan memang baik, siapa tahu aja Winter sedang kesurupan.
"Gue lagi ber halu. Gara-gara lu berdua halu gue jadi lenyap kan!" Winter menyalahkan kedua sahabatnya yang memasang tatapan tajam pada Winter karena di salahkan."Win, berhalu sih boleh. Tapi jangan kek orang kesurupan gitu. Kita kan takut lo kenapa-napa. Senyum-senyum kayak gitu, untung bukan guru yang lihat lo tadi," ujar Ning-Ning mencerocos.
Winter tertegun, apakah benar dia sampai segitunya. Padahal waktu di tembak oleh Jaemin saja, ia tak se bahagia ini. Padahal, tadi ia hanya di ajak makan malam di rumah, keluarga Jisung. Dan yang mengajak pun bukan Jeno langsung, tetapi Jisung. Winter mengakui dirinya memang aneh akhir-akhir ini.
"Gue kan lagi senang," ujar Winter membela dirinya..
"Ya tapi kan-"
"Jaemin belum datang?" tanya Winter bermaksud mengalihkan topik pembicaraan. Ia memotong ucapan Ning-Ning yang kembali ingin menjawab ucapannya tadi..
"Belum. Masih rapat kayaknya," sahut Giselle.
Winter menganggukkan kepalanya mengerti.
"Tapi tumben lo gak bareng dia, Win?" tanya Giselle heran. Apakah keduanya sedang ada masalah?
"Kan lagi rapat OSIS," jawab Winter santai.
"Tumben tuh anak rajin, biasanya juga malas dengan berbagai alasan."
"Ya karena gue paksa," balasnya dengan tersenyum manis, namun justru terlihat aneh dimata Giselle dan Ning-Ning.
Giselle, Winter dan Ning-Ning adalah sahabat sejak duduk di kelas satu SMA. Mereka sahabat yang bisa di sebut lintas negara.
Giselle aslinya orang Jepang, namun pindah saat akan memasuki Sekolah Menengah Atas. Sedang Ning-Ning, merupakan orang China, sama seperti sepupu Winter yaitu Renjun. Dan Winter sendiri asli orang korea. Mereka bertemu tanpa sengaja dan sampai sekarang menjalin pertemanan yang sudah seperti saudara sendiri.
Mereka bertiga begitu akrab, namun tentu mereka tak bisa terus bareng, karena Winter telah memiliki kekasih, dan kebanyakan waktunya di habiskan bersama dengan Jaemin. Meksi begitu, kedua sahabatnya pun mengerti, dan akan begitu senang ketika mereka bisa menghabiskan waktu lagi bersama, hanya tiga orang, tanpa Jaemin yang kadang kala ikut dalam geng mereka.
20 agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Diversos"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...