22. Risih

436 76 10
                                    

Karena Winter tipe orang yang cukup aktif, ia langsung menerobos siswa-siswi yang sedang berkerumunan menyambut kedatangan siswa baru, yaitu Jisung. Belum sehari menjadi murid Sopa, ia sudah populer, banyak yang mengagumi wajahnya yang memang terlahir mirip bayi. Meski kini usia Jisung sudah memasuki usia remaja, tapi sifat dan wajahnya masih seperti seorang bayi, berwajah imut memang adalah suatu pesona tersendiri bagi Jisung.

Wali kelas yang di tugaskan mengantar Jisung ke kelasnya, hanya memberi intruksi kepada murid-muridnya yang lain agar memberikan mereka jalan. Berkerumunan dijalan tentu saja menghambat perjalanan mereka untuk menuju kelas. Tapi, mereka semua bukannya menyingkir, malah semakin mendekat hingga terpaksa harus memberhentikan jalan bagi si Siswa baru.

Ternyata mereka ingin melihat lebih jelas wajah si murid baru. Tingkat penasaran murid-murid disini memang sangat tinggi. Wali kelas wanita itu, melirik ke arah Irene yang ternyata sama sekali tak terganggu. Memamerkan senyuman khasnya pada murid-murid yang berada diantara mereka. Wali kelas bernama Yeri itu, hanya merasa takut jika Irene maupun Jisung akan risih. Meski hal-hal seperti ini sudah sering terjadi di sekolah-sekolah lain, tetapi Irene dan Jisung bukanlah orang biasa, yang bisa diperlakukan demikian.

"Mohon anak-anak, kalian beri jalan pada kami. Kelas sudah ada di ujung sana," ujar Yeri yang menimbulkan efek raut sedih murid-muridnya.

"Tapi bu, kita hanya ingin berkenalan," bantah seorang siswa bernama tag Haruto itu. Remaja dengan tinggi 183 cm itu, berdiri tepat di samping Jisung, yang nampak kebingungan dengan situasi yang sedang terjadi. Sebelumnya, jangankan berkerumunan untuk Jisung, di sekolah lamanya, menatap Jisung saja mereka enggan dan hanya mengatainya sebagai anak haram. Hanya kalimat-kalimat hinaan yang menjadi kenangan paling ia ingat sampai sekarang.

Jika ditanya, Jisung risih atau tidak? Jawabannya Jisung risih, dan tak terbiasa dengan hal ini. Ia mendadak seperti menjadi siswa populer, padahal sebelumnya ia adalah bahan bullyan dan hinaan di sekolahnya. Ini begitu berbeda dengan apa yang ia alami di sekolahnya yang dulu.

"Benar ibu. Kita hanya ingin berteman dengannya, bu," ujar siswa satunya, dengan nama tag Doyoung itu.

Kata teman, memiliki arti lain di hidup Jisung. Jisung memiliki trauma kecil atas kata pertemanan itu. Ia memejamkan mata, berharap orang-orang disini adalah orang baik, yang menerimanya apa adanya, bukan karena tujuan lain. Dalam helaan nafasnya, ia menatap kedua siswa yang tadi memprotes ucapan bu Yeri. Jika dilihat dari penampilan mereka yang rapih, mereka berdua memang terlihat seperti murid baik-baik. Dan dari raut wajahnya pun sepertinya mereka tulus untuk berniat berteman dengan Jisung.

Namun rasa trauma di hatinya, tak bisa membuatnya begitu percaya begitu saja. Ia harus bisa waspada dan memilih teman yang benar-benar tulus, jika tak ingin kejadian yang lalu terulang lagi. Memang, sebelumnya Jisung itu mudah terpengaruh dengan kata-kata manis dari siswa di sekolahnya dulu.

Mereka begitu baik berteman dengannya, mereka memperlakukan Jisung baik layaknya teman pada umumnya. Namun, saat tahu jika Jisung tidak memiliki ibu, seluruh siswa di sekolahnya tak lagi mau berteman dengan Jisung. Jisung di asing kan, dihina,  di caci, hingga ia begitu terpuruk. Meninggalkan kenangan menyakitkan yang membekas di ingatan dan hatinya.

Ia tak ingin kejadian lama terulang lagi. Ia takut kenangan buruk kembali terjadi. Jisung hanya ingin menikmati masa remajanya yang tidak akan datang dua kali. Ia hanya ingin merasakan arti persahabatan bersama teman-teman dari berbagai kalangan.

Awalnya, Irene meminta agar Jisung home schooling saja. Namun, ia menolak dengan alasan akan kesepian jika belajar di rumah tanpa adanya seorang teman. Meski, home schooling tidak terlalu buruk, namun Jisung sudah pernah merasakannya, dan ia merasa hal itu taj lebih baik sekolah secara normal, bersama banyak siswa siswi akan terasa ramai dan menyenangkan.

Karena itulah ia datang ke korea. Berharap disini akan mengubah takdirnya. Mengubah kenangan buruk itu menjadi kenangan indah dan masa remaja yang menyenangkan. Kini, ia harus mulai berjuang selama tiga tahun. Dan berjuang agar ia bisa memberikan kebanggaan pada Jeno, setidaknya satu kali dalam seumur hidup pun, tak masalah.

"Hi.. Nama gue haruto," ujar siswa tinggi itu. Menjulurkan tangan di depan Jisung.

Jisung sendiri hanya diam, tak tahu harus bereaksi apa. Dirinya bingung, bimbang kejadian seperti ini terbilang langka untuknya.

Ia sudah seperti seorang idol yang di kerumuni oleh fans.  Irene yang di sampingnya terkekeh gemas mendapati ekspresi bingung Jisung.

Maka ia pun menyenggol lengan Jisung, "Itu dia ngajak kenalan..kenapa gak di tanggapi?" ujar Irene terkekeh gemas.

Jisung menatap Irene di sampingnya,  dengan pandangan sedikit kesal menahan malu, "Ibu.. "

Hanya sebuah panggilan yang Jisung berikan pada Irene. Nyatanya, ia terlalu malu untuk berkata sesuatu pada di depan banyak orang seperti ini. Ia risih dan merasa canggung saat dijadikan objek utama mereka.

"Haruto.. Perkenalannya bisa nanti saja. Dan untuk yang lainnya. Jangan menganggu, tolong hormati nyonya Irene, dia tak punya banyak waktu untuk meladeni kalian. Tolong anak-anak mengertilah disini jangan membuatnya risih. Tolong beri kami jalan ke kelas," Yeri seakan memohon kepada murid-murid nya ini. Dengan perasaan kesal tentu saja, nyonya Irene adalah orang terhormat, tapi malah di buat tak nyaman karena ulah murid-muridnya.

Mendengar teguran bu Yeri, dengan terpaksa Haruto menarik tangannya kembali, saat murid baru itu belum sempat menerima uluran tangannya untuk berkenalan. Ya, Naruto sedikit merasa kesal karena bu Yeri. Namun sebenarnya, disini yang salah bukanlah Yeri, namun siswa di sekolah ini yang malah berbuat rusuh. Padahal kan mereka bisa berkenalan setelah nanti, minimal Irene sudah pulang.

Semua murid pun langsung mengundurkan diri, memberikan akses untuk Irene dan Jisung untuk berjalan menuju kelas. Namun, belum sempat mereka kembali berjalan menuju tujuan awal, secara tiba-tiba seorang gadis menerobos dengan suara melengkungnya.

"TUNGGU!" teriak gadis itu. Ia berlari sampai akhirnya sampai diantara murid-murid kelas sepuluh yang mengelilingi Jisung. Winter, gadis itu kini berdiri tepat dihadapan Jisung. Ia menatap lekat wajah imut Jisung, seolah memastikan yang kini berada di hadapannya adalah adik dari pria yang di incarnya itu.

"Kak.. Winter?" Jisung tanpa sadar berkata. Saat matanya menatap seorang gadis, yang ibunya itu telah menolongnya beberapa hari yang lalu. Ia cukup terkejut dengan keberadaan gadis itu disini. Dengan memakai seragam khusus sekolah SOPA. Dan disini dapat di Pastikan jika Winter adalah salah satu murid di sekolah ini.

16 agustus 2022

Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang