Happy Reading....
Di sebuah cafe yang cukup terkenal, terdapat dua orang berbeda usia tengah berbicara berdua di meja paling pojok. Melihat dari raut wajah mereka, keduanya tampak begitu serius dan larut dalam percakapan. Sebuah obrolan yang mungkin begitu penting, hingga keduanya bersikap layaknya sedang berada di ruangan meeting penting. Padahal, ini hanyalah sebuah obrolan yang tidak ada kaitannya dengan masalah pekerjaan kantoran, dan lain sebagainya. Melainkan obrolan tentang masalah pribadi.
Wanita paruh baya itu, membelalakkan mata, dengan mulut yang terbuka cukup lebar. Pertanda, jika si wanita paruh baya ini terkejut atas apa yang dikatakan oleh lawan bicaranya. Seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Apa kamu tidak salah?! Ini serius?" tanya Wanita paruh baya itu, yang diketahui adalah Irene, ibu dari Jeno. Dan seorang lelaki di hadapannya ini adalah orang yang ia suruh dulu mencari keberadaan Jisung, juga meminta agar ia menyelidiki tentang gadis bernama Winter itu. Penyelidikan dalam hal ini, tidak bermaksud jahat. Ia hanya ingin tahu, benarkah Winter gadis yang Jeno. tunggu selama bertahun-tahun, ataukah bukan. Ia hanya butuh bukti yang kuat, untuk meyakinkan hatinya jika yang dikatakan oleh Jisung adalah suatu kenyataan.
Tapi entah bagaimana nanti ia akan bersikap, dirinya sebenarnya dilanda ketakutan besar. Memang hal bagus jika Winter ini adalah Winter yang sama dengan yang dirinya kenal dulu, tetapi ia jadi takut jika Winter akan menolak Jeno, lelaki yang setia menunggunya.
Tetapi sebenarnya Irene tak yakin, apakah Jeno masih tetap menunggu Winter atau tidak. Ia begitu sulit di tebak, dan di mengerti. Putranya memang telah banyak berubah. Bukan hanya usia, wajah, juga penampilan. Melainkan sifat dan sikapnya juga berbanding terbalik dengan Jeno semasa kecil.
"Yang saya katakan adalah hal kebenaran, bibi. Dia memang Winter, anak dari bibi Wendy juga paman Chanyeol," jelas lelaki yang berusia setahun lebih tua dari Jeno itu.
Penampilannya memang begitu menawan, juga tingkat kepedeannya sudah di atas rata-rata. Ia selalu memuji dirinya sendiri, ketampanannya di mana pun dan kapanpun. Dengan jas hitam yang melekat indah di tubuhnya, ia merupakan seorang CEO, namun sampai sekarang masih melajang. Bukan tak punya pacar, melainkan ia yang masih ingin berpacaran dulu, nikahnya nanti saja.
Irene menatap lelaki itu ragu. Ia mencoba mencari kebohongan darinya. Namun, sepertinya yang dikatakan oleh lelaki ini memang benar adanya.
"Apa kau punya bukti untuk meyakinkan bibi? Tolong bibi tidak bisa men klaim seseorang sebagai Winter yang bibi maksud, di saat tak ada bukti kuat yang menyatakan jika Winter adalah putri dari Wendi," jelas Irene terkesan menuntut. Ia hanya takut salah orang, dan masalah akan bertambah semakin rumit.
Terlihat, lelaki itu merogoh tas yang sedang ia bawa. Lalu mengeluarkan beberapa lembar foto. Ia menyerahkan foto-foto itu pada Irene untuk diamati. Barang kali, ini bisa menjadi bukti kuat bagi Irene. Bukti untuk meyakinkan jika yang dikatakannya, informasi yang ia dapat tidaklah salah.
Irene mengamati dengan seksama, setiap foto. Jantungnya tak berhenti berdetak dengan kecepatan dua kali lipat. Perasaannya tak karuan, melihat kenyataan ini. Entah harus beraksi bagaimana, namun yang ia bisa tunjukkan sekarang hanya wajah ketidakpercayaan juga kaget.
Foto pertama berisi foto bayi. Yang sama dengan yang di tunjukkan Jisung. Bayi cantik yang sedang memejamkan matanya. Bayi kecil yang menarik perhatian Jeno.
Foto kedua ini adalah foto Winter berdua dengan Wendy, terlihat mereka begitu dekat dan sudah di pastikan jika Winter memang benar adanya adalah anak dari Wendy. Bayi kecil yang sudah sangat lama sekali ia tak lihat, juga keberadaan dan kabarnya tak ia ketahui.
Foto ketiga adalah sebuah foto keluarga, dimana ada Chanyeol, Wendy, juga Winter. Dan melihat foto ini, Irene sudah yakin Winter memang anak dari sahabatnya. Sungguh tak ia sangka, pertemuan mereka tak terduga. Winter kini sudah tumbuh menjadi gadis cantik dengan kepribadian ceria. Dan mungkin ia tak mengenal dirinya, juga Jeno karena Winter pada saat itu masih terlalu kecil.
Tanpa sadar, Irene tersenyum lebar. Ia bahagia kini ia sudah bertemu dengan Winter, anak yang ia rindukan. Dulu, ia sering mengunjungi kediaman Wendy, hanya untuk bermain bersama putrinya, dan tentu Jeno akan merengek ingin ikut. Ia jadi bahagia mengingat momen-momen itu, namun sayangnya mungkin tak akan terulang lagi.
"Dia sudah tumbuh jadi gadis yang membawa keceriaan, juga kebahagiaan," gumam Irene tanpa sadar.
Lucas, lelaki yang diajak bicara oleh Irene ikut tersenyum melihat ibu dari sahabatnya, senang seperti ini. Ia sudah sangat mengerti bagaimana kehidupan Jeno, dari awal, hadirnya Jisung hingga detik ini. Ia selalu ingin menjadi bahu untuk bersandar bagi Jeno, ia ingin kembali menjalani persahabatan seperti dulu. Namun sayangnya, Jeno lah yang memilih menutup diri, dan menghindari darinya.
Persahabatan mereka tak begitu baik. Padahal, Lucas ini adalah orang yang baik. Meski mungkin sudah tak di anggap sahabat oleh Jeno, tapi Lucas akan selalu datang ketika pria yang kini sudah berstatus ayah itu membutuhkannya. Ia siap membantu Jeno kapanpun itu. Bahkan Jeno tak sadar, jika ia adalah orang yang telah membantu banyak keluarganya.. Irene memang akan selalu meminta tolong pada dirinya, termasuk menjaga Jisung ketika di China dulu, dan tentu tanpa di ketahui oleh Jeno.
Pertemuan mereka hari ini pun, rahasia.Namun, senyuman yang terbit dari Irene perlahan memudar. Ketika ia kembali mengingat jika Winter sudah dibuat kecewa oleh Suho. Perkataannya beberapa waktu lalu, sudah pasti menyakiti hati gadis itu. Ia harus meminta maaf, karena disini yang salah memang keluarganya. Apalagi, Winter ini adalah anak sari sahabatnya, dan jika Wendy tahu hal ini. Ia pasti akan sangat marah pada dirinya.
"Bibi kau kenapa?" tanya Lucas saat mendapati wajah Irene yang begitu sedih. Seharusnya kan Irene bahagia karena sudah tahu tentang fakta Winter. Namun, bukan raut bahagia lagi yang di tunjukkan nya. Melainkan kesedihan yang membuatnya ikut merasakan hal itu.
"Bibi tidak papa," elak Irene cepat.
"Lucas, apa kau sudah tau alamat rumahnya?" tanya Irene lagi.
Lucas mengangguk, lalu memberitahukan alamat rumah Wendy. Memang bukan hal sulit untuk mengetahui hal ini. Namun, Irene juga yang sejak dulu tak ingin mencari tahu, ia hanya sengaja menghindar. Ingin menjauh dari Wendy, hingga sahabat nya itu yang di ketahui nya sudah menetap di negara lain. Dan Irene sama sekali tak ingin tahu, Wendy pindah ke negara apa.
Dan kini, ia sudah bertemu dengan Winter, putrinya. Jadi kemungkinan besar Wendy sudah kembali ke korea.
"Terimakasih Lucas. Kau selalu bisa diandalkan, dan selalu mau membantu bibi," ujar Irene merasa beruntung dengan kehadiran Lucas yang selalu membantu keluarganya. Meski terkadang sedih, karena Jeno yang selalu tak ingin bertemu dengan Lucas lagi.
"Sama-sama bibi. Aku selalu merasa senang jika bisa membantu bibi."
"Dan maaf bi, aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi. Karena Yuqi, sudah menghubungi untuk menjemputnya," ujar Lucas merasa tak enak hati, jika pergi duluan.
"Tak apa. Cepat pergi dan jemput pacarmu itu. Kasihan jika harus menunggu lama." ujar Irene mempersilahkan.
"Saya permisi bibi. Dan tolong sampaikan salam ku pada Jisung."
"Nanti bibi sampaikan. Kapan-kapan datang dan temui lah Jisung di rumah. Ia pasti senang jika kamu datang, dan tahu jika Lucas juga sudah menetap di korea."
"Iya bibi. Jika ada waktu, aku akan mampir." Lucas perlahan meninggalkan Cafe itu, ia harus menjemput kekasihnya, sebelum ia marah karena menunggu lebih dari sejam.
Irene masih berada ditempatnya, enggan untuk beranjak. Kini, di pikirannya sedang kacau, pusing. Memikirkan bagaimana cara memperbaiki hubungan persahabatan nya dengan Wendy lagi.
"Apakah harus datang kerumahnya?" gumam Irene bingung. Ia ragu untuk bertemu dengan Wendy lagi.
4 september 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Casuale"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...