Di dalam sebuah kamar, seorang wanita masih merintih dengan air mata nya. Pikirannya hanya tertuju pada sang cucu yang tak ada kabarnya. Apakah ia dalam keadaan baik atau tidak. Tak ada yang menjamin keselamatan sang cucu kesayangan. Namun apa yang bisa ia perbuat, ia terkurung di kamarnya sendiri. Ia tak bisa keluar untuk mencari Jisung, namun juga tak bisa hanya berdiam diri tanpa mencarinya.
Irene tahu jika Jisung sama sekali tak mengenal keadaan sekitar, ia tak mengenal lingkungan ini. Dan tersesat, itu lah yang mungkin sedang di hadapi oleh anak itu. Ia takut jika ia bertemu oleh orang yang berniat berbuat jahat padanya, Irene takut Jisung nya di sakiti orang.
Di tengah kepasrahan nya itu, ia melihat sebuah ponsel yang terletak di atas kasur. Dan dengan cepat, ia berlari untuk memastikan jika itu memanglah sebuah handphone. Perasaannya langsung senang saat ia tak salah lihat. Kini di genggamannya sudah ada ponsel yang bisa ia gunakan untuk mencari Jisung.
Dengan gerakan tangan terburu-buru, ia mencari kontak seseorang. Dan setelah ketemu, ia mencoba menghubunginya. Saat percobaan panggilan pertama, tak di angkat oleh orang itu. Hingga percobaan ketiga akhirnya panggilan terhubung.
"Halo. Kau dimana? Sedang sibuk?" tanya Irene dengan nada tak santai nya.
Orang diseberang sana, mengernyit heran dengan kalimat dari Irene yang tak seperti biasanya.
'Ada apa? Kau kenapa?'
"Tolong aku-" Irene berkata dengan sebuah isakan yang terdengar jelas. Di balik telpon itu, seseorang semakin heran.
'Meminta tolong? Apa yang terjadi. Meminta tolong untuk apa?'
"Jisung ku kabur dari rumah," ujar Irene memberitahu. Air matanya masih terus turun tanpa ada jeda.
'Tenanglah. Tolong beritahukan dengan pelan apa yang terjadi.'
Irene menghela nafas untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia harus memberitahu secara jelas agar orang itu bisa membantunya. Dalam hal ini, seharusnya Irene bisa lebih tenang sedikit.
"Itu semua karena Suho. Ia menyakiti hati Jisung dengan mengatakan jika ibunya Jisung adalah jalang. Jisung baru saja tiba hari ini, namun justru langsung di sakiti oleh perkataan Suho. Hingga akhirnya Jisung kabur disaat hujan sedang derasnya. Aku ingin mengejar namun di kurung oleh Suho. Aku tahu anak itu sedang tersesat. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Kumohon bantu carikan Jisung," jelas Irene dengan penuh harap, orang ini mau membantunya. Ia sungguh khawatir dan merasa bersalah.
'Baiklah. Aku akan mencarinya. Tenangkan dirimu Irene, ia akan baik-baik saja. Pikirkan juga kesehatanmu.'
"Bagaimana bisa aku tenang jika Jisung tak ada kabar. Tidak mengetahui bagaimana keadaannya yang sekarang. Aku khawatir."
'Aku akan mencarinya hingga ketemu,'
"Terimakasih. Ku mohon bawa Jisung dalam keadaan baik-baik saja."
Panggilan terputus. Ia merasa lega untuk sesaat. Ia harus berdoa agar dia bisa menemukan keberadaan Jisung dan membawanya pulang.
"Jisung- ibu mohon semoga kau selalu dilindungi oleh Tuhan. Semoga kau dalam keadaan baik. Ibu menyayangimu nak, ibu menunggumu pulang," batin Irene
Seseorang yang dimaksud Irene itupun, langsung menjalankan perintahnya. Ia menempelkan sebuah gambar, berisikan foto Jisung, alam rumah dan nomor handphone. Berharap jika ada yang melihat ini, mereka akan langsung menelpon pada nomor yang tertera. Mungkin ini salah satu cara agar bisa menemukan Jisung. Karena tak mungkin kan, jika tak ada yang melihat Jisung tadi.
****
Keesokan harinya, Jaemin dan Winter sedang dalam perjalanan pulang. Jaemin mengendarai mobil dengan laju santai. Sebenarnya ini masih siang hari, namun mereka pulang lebih awal dikarenakan guru sedang rapat dan membiarkan siswa siswi untuk pulang lebih dulu.
Winter menatap keluar jendela. Pemandangan kota memang indah, hal itu selalu membuatnya untuk terus bersyukur atas karunia yang diberikan Tuhan pada mereka.
Hingga akhirnya, mata itu menatap ke sebuah objek yang sepertinya tak asing.
"Jaemin berhenti," ujar Winter dengan berteriak. Refleks Jaemin memberhentikan mobilnya dengan mendadak. Membuat kepala Winter terbentur, namun tak ia pedulikan.
Dengan cepat, ia turun dari mobil dan menghampiri sebuah foto yang tak asing itu. Winter tak mendengar teriakan Jaemin yang memanggil namanya, fokusnya tertuju pada foto yang di tempel itu.
Setelah merasa yakin, ia mengambilnya. Lalu membawanya pada Jaemin, untuk meminta pendapat jika itu benar-benar adalah foto Jisung.
"Ini benar foto Jisung 'kan?"
"Iya. Sepertinya orangtuanya telah mencari Jisung. Mereka pasti khawatir karena Jisung sampai sekarang belum pulang," ujar Jaemin.
Winter terdiam. Itu artinya Jisung akan kembali pada orangtuanya. Meski belum sempat bertukar sapa, belum sempat mengobrol namun kini anak itu sudah akan pergi. Winter mendadak sedih, karena ia berharap Jisung akan tinggal lebih lama.
Melihat wajah sedih dari kekasihnya, Jaemin mengusap pelan rambut Winter guna menenangkan.
"Jangan sedih gitu. Kita kan tahu alamatnya, kalau kamu rindu kita bisa main ke rumahnya 'kan?"
Ucapan Jaemin membuat Winter sontak mendongak. Ia menatap haru pada Jaemin yang memang begitu peka. Jaemin tahu jika ia menginginkan Jisung untuk ia jadikan adik, meski tahu Winter egois namun Jaemin tak pernah marah, malah ia akan mencari jalan keluar lain yang tak akan membuat Winter merasa sedih.
Mereka berdua lalu langsung pulang kerumah Winter. Winter berharap Jisung akan bahagia setelah ia memberikan kabar ia akan segera bertemu keluarganya lagi. Sayang sekali, hanya satu malam Jisung menginap di rumah ini.
****
"Dimana Jisung?" tanya Winter pada maid.
"Dia sedang di ruang makan."
Setelah mendapat jawaban, Winter dan Jaemin segera menuju ke tempat yang dimaksud oleh maid itu.
Senyuman Winter langsung melebar saat melihat wajah Jisung yang sudah bangun, jika semalam dan tadi pagi ia hanya menatap wajah polos Jisung yang tertidur.
Jisung memang baru saja bangun setelah jam menunjukkan pukul sembilan malam. Mungkin karena terlaku nyenyak, ia sampai tak sadar jika waktu hampir siang.
Ngomong-ngomong soal Wendy. Wanita itu jatuh sakit, karena terlalu kepikiran tentang semalam. Chanyeol dengan setia menemui merawat dan menemani Wendy di sisi nya.
Sedangkan Jisung, dokter Kyung-soo yang menjaganya ketika sudah bangun dari tidur. Namun sedari tadi, Jisung terus merengek ingin pulang. Ia bahkan sudah berniat akan kabur, namun justru di tahan oleh Kyung-soo. Karena akan sangat bahaya jika Jisung kabur, disaat anak itu tak ingat jalan pulang. Bukan kah disini adalah tempat yang paling baik, mereka akan mengantar Jisung setelah tahu alamatnya.
"Halo," sapa Winter yang melihat kesusahan Kyung-soo untuk membujuk Jisung untuk makan. Sudah lebih dari sejam ia membujuk, namun anak itu terus saja menolak.
Jisung beralih pandang pada kedua remaja yang berdiri di depannya kini. Kembali, orang asing lah yang ia lihat.
Mengapa begitu banyak orang asing, sungguh Jisung rasanya ingin pergi saja."Aku mau pulang," cicit Jisung pada Winter.
Winter yang melihat raut sedih Jisung, ingin sekali ia mencubit pipi chubby nya. Namun ia urungkan karena tak ingin membuat Jisung merasa tak nyaman.
"Baiklah setelah makan, kakak anterin pulang."
"Beneran?" tanya Jisung karena merasa takut jika dirinya hanya di prank. Hanya sebagi bujukan agar ia mau makan.
"Tentu saja."
6 agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Rastgele"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...