Double up nih!
Happy Reading,
mohon maaf atas banyaknya typo🙏****
Pagi hari yang cukup mendung itu, seorang gadis yang baru saja berubah statusnya itu, kini tengah menggeliat di atas kasurnya. Matanya masih sangat ngantuk, namun ia harus bangun, melaksanakan tugas seorang istri yang baik.
Saat matanya sudah sempurna terbuka, ia melirik ke samping. Tak ada Jeno di sana. Padahal ia ingat dengan jelas. Tadi malam ia tidur di samping Jeno yang sudah terlelap itu. Mana mungkin itu hanyalah halusinasinya.
'Loh, kak Jeno mana ya? Masa ia gue cuma mimpi. Ih masa kak Jeno gak ada?' batin Winter yang mendadak seduh Berpikir jika dirinya memang hanyalah berhalusinasi.
Tak lama berlama-lama meratapi nasib. Winter lalu beranjak dari tempat tidur. Baru saja ia ingin melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba penglihatannya menatap seorang pria yang tidur di sopa dengan selimut sebatas dadanya.
"Jeno?" gumam Winrer pelan.
Tak ingin mati penasaran, langkahnya ia bawa pada pria yang tengah tidur dengan lelap di sopa itu. Waktunya seolah berhenti, kala ia melihat Jeno, suaminya yang ternyata nyata itu, kini tengah memejamkan matanya dengan damai.
"Gue pikir mimpi," lirih Winter. Ia tersenyum kecil melihat suaminya itu. Jeno pria yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama. Tak disangka, kini telah menjadi suaminya. Jantungnya selalu berdetak cepat saat berada di dekat pria itu. Impiannya terkabul untuk bisa melihat wajah Jeno yang tidur, namun sayangnya pria itu malah pindah ke Sofa saat menyadari kehadirannya.
Winter sedikit merasa kecewa, tapi tak masalah, ia selalu senang. Setidaknya statusnya sebagai Istri sudah menaikkan derajatnya di hidup Jeno. Meski, di hati pria itu bukanlah dirinya.
Winter lalu memilih masuk ke kamar mandi, untuk melakukan rutinitasnya setiap pagi. Ia belum mau membangunkan Jeno karena memang masih terlalu pagi. Takut, membuat suaminya itu tak nyaman.
Setelah memakai seragam sekolahnya lengkap, ia turun kebawah setelah memastikan Jeno masih nyaman dalam tidurnya. Gadis yang baru menikah itu, Melangkah ke dapur bukan untuk memasak melainkan hanya mengecek apa yang dimasak oleh para maid di mansion ini.
Namun, sebelum ia sampai di tempat tujuannya. Winter malah dikejutkan oleh Jisung yang seperti ingin pingsan. Wajahnya pucat, dengan tak bertenaga.
Winter dengan sigap menghampiri putra Jeno itu, dengan khawatir ia bertanya.
"Jisung, kamu kenapa?" tanyanya khawatir. Ini pertama kali ia melihat Jisung yang terlihat lemah seperti ini.
Meski tanpa tenaga, Jisung masih menggelengkan kepalanya, dengan bibir tersenyum tipis. Untuk membuat istri dari ayahnya itu menganggap ia baik-baik saja.
"Aku gak papa, kak," balas Jisung dengan suara lemahnya.
Mana mungkin Winter bisa percaya begitu saja. Dia tahu, wajah Jisung yang pucat, dengan tubuhnya yang lemah mana bisa dikatakan baik-baim saja.
"Jangan bohong Jisung, kakak tau kamu bohong 'kan? Coba katakan mana yang sakit," ujar Irene dengan perasaan yang khawatir pada kondisi Jisung saat ini.
"Jisung cuma kelelahan kak, karena tadi malam main game sampai subuh," alibinya. Jisung berbohong, tak ingin membuat ia di khawatirkan.
Anehnya, alasan Jisung diterima oleh Winter begitu saja. Gadis delapan belas tahun itupun bertanya,"mau kakak antar ke kamar kamu, atau kakak panggilin eomma Irene?"
Winter tak mungkin memanggil Jeno, karena hubungan mereka yang tak baik. Dalam hal ini, ia malah merasa kasihan dengan Jisung.
Jisung tersenyum miris, yang ia harapkan adalah Jeno yang mau mengkhawatirkan keadaannya, merawatnya atau sekedar menyemangatinya untuk sembuh. Tapi ia sadar, harapan itu terlaku sulit untuk diwujudkan. Jangankan menghawatirkan keadaannya, menganggap Jisung saja di hidup pria itu tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Aléatoire"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...