Seperti yang dijanjikan oleh Winter, Jisung langsung memakan makanannya dengan lahap sampai habis. Bahagia anak umur 5 tahun, yang menurut jika dituruti keinginannya. Jisung sendiri tak paham mengapa bisa ia percaya begitu saja dengan yang dikatakan seorang gadis di hadapannya ini. Orang ini orang asing, namun satu hal yang ia tahu, mungkin gadis itu adalah putri dari si pemilik rumah.
Winter duduk dihadapan Jisung, dengan terus memerhatikan Jisung yang dengan lahapnya makan. Ia tersenyum sendiri melihat tingkah anak itu. Ia makan dengan terlalu terburu-buru, mungkin sangat ingin cepat untuk pulang kerumahnya. Namun, justru Winter berharap ia bisa tinggal lebih lama.
"Jangan terburu-buru. Kau bisa ke selak," ujar Jaemin, sembari memberikan segelas air, yang langsung di teguk oleh remaja yang paling muda di antara mereka.
"Hei. Perkenalkan nama kakak, Winter. dan kakak yang ini namanya Jaemin," Winter memperkenalkan diri di hadapan Jisung. Dan respon anak itu hanya mengangguk.
"Nama kamu Jisung 'kan?" tanya Winter yang sebenarnya sudah tahu. Ia hanya ingin mengajak Jisung mengobrol, sebelum berpisah.
Sebuah anggukan kepala Jisung lakukan. Ia masih terlalu berfokus pada makanannya, berharap cepat habis dan ia bisa segera menemui Irene. Ia sungguh mengkhawatirkan keadaan wanita itu.
"Usia?"
Jisung mendongak, orang di depannya ini ternyata begitu penasaran tentang dirinya. Tak ingin menjawab, tapi takut jika seandainya tak di antar pulang.
"14 tahun."
"Hah? Serius? Wajahmu bahkan seperti umur 5 tahun. Eh ralat, seperti bayi," ujar Winter dengan nada terkejutnya.
Jisung menghela nafas. Winter terus saja mengajaknya mengobrol, seakan ingin menunda kepulangannya.
"Kenapa wajahmu begitu menggemaskan... Huh- boleh gak aku cubit pipimu itu," Winter memohon. Jisung tertegun di tempatnya, sedang Jaemin memutar bola matanya malas. Winter sedang kambuh, itulah yang dipikirkan oleh Jaemin melihat tingkah pacarnya.
"Maaf kak. Tapi ibu melarang seseorang melakukan itu," jawab Jisung dengan nada sopan.
Winter cemberut. Padahal sudah ia tahan keinginannya itu sedari semalam. Kalau tau akan mendapat penolakan, ia akan melakukannya saat Jisung tidur kemarin, kalau perlu mencubit pipinya hingga anak itu terbangun.
"Udahlah Winter. Jangan menganggu nya," tegur Kyung-soo yang hanya diam memerhatikan.
"Hmm..baiklah paman," pasrah nya. Lalu kembali diam namun masih terus berfokus pada Jisung. Sedang Jaemin sudah berpindah dan bermain game di ponselnya.
"Ayo pulang," ujar Jisung setelah selesai makan makanannya.
"Tunggu. Kau tak ingin pamit pada ibuku?" tanya Winter yang tiba-tiba teringat dengan ibunya. Ia belum melihat keadaannya.
"Antar kan aku," perkataan Jisung langsung di sambut dengan antusias oleh Jisung. Ternyata Jisung anaknya baik, hanya saja ia sedikit tertutup. Mereka belum terlalu mengenal, jadi sangat sulit untuk berinteraksi dengan baik.
Saat membuka pintu, Chanyeol langsung menyuruh mereka untuk masuk. Dengan gerakan pelan, mereka bertiga melangkah ke arah ranjang dimana Wendy sedang terbaring lemah. Sebenarnya bukan la masalah serius, ia hanya kelelahan, dan demam.
"Halo nyonya," sapa Jisung yang mendapati wajah wanita paruh baya yang telah menolongnya itu.
"Saya ingin pamit. Dan terimakasih telah membantu saya. Maaf karena saya, nyonya jadi sakit begini."
Perkataan Jisung begitu tulus, hingga membuat Wendy langsung mengelus surai remaja ini. Ia tersenyum hangat, Jisung terlihat baik-baik saja sekarang.
"Terimakasih juga sudah mampir Jisungie. Jika nanti kau berkenan, datanglah. Kami akan selalu menyambut mu."
Perasaan Jisung menghangat mendapatkan kalimat lembut itu. Wendy memang orang yang sangat baik, ia mengkhawatirkannya, membantunya, dan menolongnya hingga akhirnya dirinya sendirilah yang jatuh sakit. Jisung tak tega, tapi ia berjanji. Dia akan mampir ke rumah ini, setidaknya memberikan hadiah untuk kebaikan yang diberikan Wendy padanya.
"Saya pamit, tuan nyonya," Jisung membungkuk hormat pada keduanya.
"Hati-hati nak," jawab Chanyeol.
Ketiganya langsung bergegas keluar dari rumah, sesuai dengan keinginan Jisung. Jisung dan Winter duduk bersebelahan di dalam mobil. Sedangkan Jaemin duduk di depan, sendirian.
****
Jaemin maupun Winter tertegun melihat bangunan kokoh di hadapannya ini. Sangat besar, luas dan mewah. Mereka berdua memang termasuk keluarga kaya, namun jika dibandingkan dengan kekayaan di keluarga Jisung, mungkin belum bisa sebanding.
"Ini benar, rumah kamu?" tanya Winter untuk yang sekian kalinya. Sebuah anggukan Jisung berikan, setiap kali Winter bertanya dengan kalimat yang sama.
"Mewah banget njir!" batin Winter melongo.
"Fiks sih. Ini Jisung pasti anak kesayangan banget, pasti dia hidup kayak di pangeran-pangeran gitu. wahh beruntung banget."
"Ayo turun," ajak Jisung keluar dari mobilnya. Jaemin dan Winter segera mengikuti Jisung untuk masuk. Dalam hatinya, ia berharap Suho tak ada dirumah ini. Jika tahu ada orang asing, pria itu akan melayangkan kata-kata tak pantas untuk didengar.
"Moga aja deh. Gue dapat duit karena udah nolongin Jisung."
Ketiganya langsung di sambut oleh bodyguard yang berjejer juga para maid. Jisung tersenyum canggung. Tumben sekali, dirinya di sambut.
"Wahh.. Berasa jadi putri kerajaan gue, yang di sambut sama pengawal dan dayang," batin Winter berkhayal.
"Ibu dimana?"
Hal pertama yang Jisung tanyakan adalah ibunya, Irene. Tak ada hal lain yang ia ingin temui, kecuali sang ibu. Karena hanya dirinyalah yang mengkhawatirkan dirinya.
"Sedang tidur, tuan kecil," jawab salah satu maid itu.
"Beliau baik-baik aja?" tanyanya ingin memastikan keadaan Irene.
"Iya, tuan kecil tak perlu khawatir. Nyonya baik-baik saja,"jawabnya.
Jisung membawa keduanya untuk duduk di sofa, ruang tamu itu. Jaemin memandangi sekitar yang semuanya berasal dari barang-barang mewah. Sungguh, Winter tak menyangka Jisung si polos itu ternyata anak orang kaya.
Namun, ingatan Winter kembali teringat dengan bekas sayatan di pergelangan tangan Jisung. Bagaimana bisa itu tercipta, jika kehidupan Jisung bahkan sangatlah nyaman dan megah gini. Hal tak masuk akal, Jisung melukai dirinya sendiri karena masalah tak dituruti keinginannya, seperti kebanyakan anak diluar sana. Jisung bahkan bisa mendapatkan apapun yang ia mau tanpa harus bekerja keras.
Tapi, itu hanyalah pandangan dari orang-orang luar. Tak ada yang tahu, bagaimana sebenarnya yang terjadi di keluarga 'kim' ini. Banyak yang iri dengan keluarga yang katanya harmonis namun aslinya tak seperti bayangan mereka.
"Bibi, tolong siapkan jamuan untuk mereka. Karena telah menolongku," ujarnya yang langsung dipatuhi oleh mereka.
"Jisung, tak perlu repot-repot-"
"Udah gak papa. Sesekali, aku mau coba makanan orang kaya, kapan lagi coba," Winter segera memotong ucapan Jaemin yang ingin menolak.
"Terimakasih Jisung," ujar Jaemin senang.
Tap. Tap.
Langkah kaki itu tiba-tiba terdengar. Maid yang berada disana segera membungkuk hormat menyambut seseorang baru saja datang itu.
Jisung refleks berdiri, menyadari siapa orang yang datang itu. Jaemin hanya diam, sedangkan Winter sudah membuka mulutnya dengan lebar. Tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Jika ini mimpi tolonglah, jangan bangunkan Winter dari mimpi indah ini.
6 agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Duda! (Jeno X Winter Ft. Jisung)
Aléatoire"What? Menikah dengan duda!" teriak seorang remaja dengan suara yang keras. "T-tapi... Kalau dudanya setampan dia sih, siapa yang nolak," ucap gadis itu dengan senyuman lebar. Memandangi seorang pria tampan yang tepat berada hadapannya. Ini kisah Wi...